Terjebak Algoritma: Hati Merindu Sentuhan yang Tak Terkode

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 04:28:15 wib
Dibaca: 166 kali
Jemari Luna menari di atas keyboard, menciptakan barisan kode yang rumit namun indah. Di balik kacamatanya yang besar, matanya memindai layar, mencari celah kesalahan, memastikan algoritmanya berjalan sempurna. Dia adalah seorang programmer jenius, pencipta "SoulMate.AI," aplikasi kencan revolusioner yang menjanjikan kecocokan sempurna berdasarkan analisis mendalam data pribadi dan preferensi. Ironisnya, Luna sendiri masih sendiri.

SoulMate.AI dirancang untuk menyingkirkan semua drama dan kebingungan dalam mencari cinta. Algoritma canggihnya memprediksi kompatibilitas dengan akurasi yang mencengangkan. Aplikasi itu sukses besar, jutaan orang bergantung padanya untuk menemukan pasangan ideal mereka. Luna bangga, tetapi di lubuk hatinya, ada kehampaan yang menganga.

Suatu malam, setelah berjam-jam berkutat dengan kode, Luna memberanikan diri untuk menguji SoulMate.AI pada dirinya sendiri. Awalnya, dia ragu. Bukankah ini curang? Bukankah cinta seharusnya ditemukan secara organik, bukan melalui perhitungan matematis? Tapi rasa penasaran dan kesepian mengalahkannya.

Dia memasukkan semua informasi yang diperlukan: minat, nilai-nilai, harapan, bahkan kebiasaan makan dan preferensi musiknya. Algoritma bekerja dengan cepat, menganalisis jutaan profil dan mencocokkan Luna dengan seorang pria bernama Aryan.

Profil Aryan tampak sempurna. Usia yang sama, minat yang serupa, bahkan selera humor yang sejalan dengan Luna. Foto-fotonya menampilkan senyum hangat dan mata yang teduh. Dia seorang arsitek yang mencintai alam dan membaca puisi. Di atas kertas, mereka adalah pasangan ideal.

Luna memulai percakapan dengan Aryan. Obrolan mereka mengalir dengan lancar, seolah mereka telah mengenal satu sama lain seumur hidup. Mereka membahas buku favorit, mimpi-mimpi masa depan, dan ketakutan-ketakutan terdalam. Setiap jawaban Aryan terasa tepat, setiap komentar resonan. Luna merasa terpikat, seolah ia telah menemukan belahan jiwanya yang hilang.

Setelah beberapa minggu berinteraksi secara virtual, mereka memutuskan untuk bertemu langsung. Luna gugup bukan main. Apakah pertemuan ini akan seindah seperti yang dia bayangkan? Apakah chemistry mereka akan terasa nyata di dunia fisik?

Aryan menunggu di depan kafe, persis seperti yang ada di fotonya. Senyumnya menenangkan, tatapannya hangat. Luna merasa lega, setidaknya dia tidak tertipu oleh foto profil palsu. Mereka duduk dan mulai berbicara. Percakapan mereka mengalir lancar, sama seperti di dunia maya. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan menemukan banyak kesamaan.

Namun, ada sesuatu yang ganjil. Meskipun secara intelektual mereka terhubung dengan baik, secara emosional ada jarak. Seperti menonton film dengan subtitle yang sempurna, tetapi tanpa merasakan emosi yang sebenarnya. Sentuhan tangan Aryan terasa hambar, pelukannya tidak menimbulkan sensasi apapun.

Luna mulai menyadari masalahnya. SoulMate.AI telah menciptakan pasangan yang sempurna secara algoritma, tetapi gagal menangkap esensi cinta yang sebenarnya: ketidaksempurnaan, spontanitas, dan misteri. Cinta bukan sekadar persamaan matematika yang bisa dipecahkan. Cinta adalah kekacauan yang indah, emosi yang tak terduga, dan sentuhan yang membangkitkan jiwa.

Beberapa kencan berikutnya hanya menegaskan apa yang sudah Luna ketahui. Aryan adalah pria yang baik, cerdas, dan pengertian. Tapi tidak ada percikan api, tidak ada getaran aneh, tidak ada perasaan mendalam yang mendefinisikan cinta sejati. Mereka hanya dua orang yang cocok di atas kertas, terjebak dalam algoritma yang mereka ciptakan sendiri.

Luna merasa bersalah. Dia telah menjual gagasan cinta yang dihitung, cinta yang diukur, cinta yang dijamin. Tapi dia sendiri merindukan sesuatu yang lebih: sentuhan yang menggelitik kulit, tatapan yang membuat jantung berdebar, dan kehadiran yang membuat dunia terasa lebih hidup. Dia merindukan cinta yang tak terduga, cinta yang liar, cinta yang tidak bisa dikodekan.

Suatu sore, Luna memutuskan untuk jujur pada Aryan. Mereka bertemu di taman, di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran. "Aryan," Luna memulai, suaranya bergetar, "aku... aku tidak bisa melanjutkan ini."

Aryan menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu? Bukankah kita cocok?"

"Kita cocok di atas kertas," jawab Luna. "Tapi tidak ada... tidak ada apa-apa di sini," dia menunjuk dadanya. "Aku merasa seperti terjebak dalam algoritma. Kita terlalu sempurna. Tidak ada ruang untuk kejutan, untuk kesalahan, untuk pertumbuhan."

Aryan terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Aku mengerti," katanya lirih. "Aku merasakan hal yang sama. Aku terlalu fokus pada menemukan seseorang yang cocok denganku, sampai lupa mencari seseorang yang membuatku merasa hidup."

Mereka berpisah secara baik-baik. Luna merasa lega, tetapi juga sedih. Dia telah kehilangan seorang teman, dan dia masih sendiri. Tapi kali ini, kesendiriannya terasa berbeda. Dia tidak lagi mencari cinta dalam kode dan perhitungan. Dia siap membuka hatinya untuk kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga.

Luna kembali ke laboratoriumnya, menatap layar komputer yang dipenuhi dengan barisan kode SoulMate.AI. Dia tahu bahwa algoritmanya telah membantu banyak orang menemukan kebahagiaan, tetapi dia juga menyadari batasannya. Cinta terlalu kompleks, terlalu misterius, untuk direduksi menjadi serangkaian angka dan persamaan.

Dia mulai menulis ulang kodenya. Dia tidak menghapus algoritmanya sepenuhnya, tetapi dia menambahkan elemen kejutan, ketidakpastian, dan keacakan. Dia menciptakan fitur baru yang disebut "Serendipity," yang mendorong pengguna untuk bertemu orang-orang di luar zona nyaman mereka, untuk mengalami hal-hal baru, dan untuk membuka diri terhadap kemungkinan yang tak terduga.

Luna tahu bahwa perubahan ini mungkin akan mengurangi tingkat kecocokan SoulMate.AI, tetapi dia berharap perubahan ini akan membantu orang-orang menemukan cinta yang lebih sejati, cinta yang lebih mendalam, cinta yang tidak bisa dikodekan.

Dia menutup laptopnya, bangkit dari kursinya, dan melangkah keluar dari laboratorium. Matahari menyinari wajahnya, dan angin sepoi-sepoi membelai rambutnya. Luna menarik napas dalam-dalam, merasakan kebebasan dan harapan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi dia siap untuk menghadapinya. Dia siap untuk mencintai lagi, tanpa algoritma, tanpa prediksi, hanya dengan hati yang terbuka dan jiwa yang merindu sentuhan yang tak terduga. Karena Luna percaya, cinta sejati selalu menemukan jalannya, bahkan di dunia yang dipenuhi dengan teknologi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI