Aplikasi Kencan: Cinta Dijamin, Kebahagiaan Dipertanyakan?

Dipublikasikan pada: 21 Oct 2025 - 02:40:21 wib
Dibaca: 145 kali
"Algoritma kami menjamin cinta sejati. Kebahagiaan adalah konsekuensi logisnya." Nada suara itu begitu meyakinkan, terdengar dari iklan Aplikasi Kencan: Soulmate 3000 yang terus-menerus muncul di layar ponsel Mia. Mia mendengus. Cinta dijamin? Omong kosong. Tapi, entah dorongan dari mana, jari telunjuknya tanpa sadar mengetuk tombol 'Unduh'.

Mia, seorang programmer introvert berusia 28 tahun, lebih nyaman berinteraksi dengan barisan kode daripada dengan manusia. Baginya, kencan adalah siksaan. Percakapan canggung, senyum dipaksakan, dan harapan palsu. Soulmate 3000 menjanjikan solusi: kecocokan sempurna berdasarkan data kepribadian, minat, bahkan gelombang otak. Kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, tetapi Mia, lelah dengan kesendirian, memutuskan untuk mencoba.

Proses pendaftaran terasa seperti pemeriksaan keamanan tingkat tinggi. Pertanyaan psikologis yang mendalam, tes preferensi visual, dan pemindaian wajah yang mendetail. Mia bahkan harus mengenakan semacam headset aneh untuk merekam aktivitas otaknya saat ia memikirkan berbagai skenario romantis. Setelah semua data terkumpul, aplikasi itu berjanji akan memberikan hasilnya dalam 24 jam.

Keesokan harinya, notifikasi muncul: "Kecocokan Sempurna Anda Telah Ditemukan!" Jantung Mia berdebar. Nama yang tertera adalah "Arjuna Pratama." Profilnya menampilkan foto seorang pria tampan dengan senyum menawan dan mata yang hangat. Deskripsinya singkat namun menggugah: "Arsitek. Pecinta kopi. Optimis kronis." Mia mengklik tombol "Terhubung."

Arjuna membalas pesan Mia hampir seketika. Percakapan mereka mengalir begitu lancar, seolah mereka sudah saling kenal sejak lama. Mereka berbicara tentang arsitektur, pemrograman, film indie, dan mimpi-mimpi yang belum terwujud. Mia merasa nyaman, bahkan berani bercanda dan membuka diri, sesuatu yang jarang ia lakukan.

Setelah seminggu berbalas pesan, Arjuna mengajak Mia bertemu. Mereka memilih sebuah kedai kopi kecil yang nyaman, jauh dari keramaian. Saat Arjuna tiba, Mia terpesona. Ia persis seperti yang ada di profilnya: tampan, menawan, dan penuh energi positif.

Kencan pertama mereka berjalan luar biasa. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan menemukan banyak kesamaan yang mengejutkan. Mia merasa seolah ia telah menemukan seseorang yang benar-benar memahaminya. Arjuna juga tampak terpesona. Di akhir kencan, ia mengantar Mia pulang dan menciumnya di depan pintu apartemennya. Ciuman itu terasa begitu alami, begitu sempurna.

Beberapa bulan berikutnya adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Mia dan Arjuna menghabiskan setiap waktu luang bersama. Mereka menjelajahi kota, memasak bersama, menonton film, dan bahkan bekerja bersama di proyek-proyek sampingan. Mia merasa lebih bahagia daripada yang pernah ia bayangkan. Arjuna selalu ada untuknya, mendukungnya, dan membuatnya merasa dicintai.

Namun, seiring berjalannya waktu, Mia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Hubungannya terasa terlalu sempurna, terlalu terencana. Arjuna selalu tahu apa yang harus dikatakan, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana membuatnya bahagia. Ia seolah membaca pikirannya, memprediksi setiap keinginannya. Awalnya, Mia menganggapnya sebagai keajaiban cinta sejati. Tetapi, semakin lama, ia semakin merasa seperti sedang memainkan peran dalam sebuah skenario yang telah dituliskan.

Suatu malam, saat mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Mia memberanikan diri untuk bertanya. "Arjuna, apakah kamu merasa hubungan kita... terlalu sempurna?"

Arjuna tersenyum. "Sempurna? Bukankah itu yang kita inginkan?"

"Iya, tapi... apakah ini benar-benar kita? Atau hanya hasil algoritma?"

Arjuna terdiam sejenak. Kemudian, ia menghela napas panjang. "Mia, aku tahu ini mungkin sulit dipercaya, tapi... Soulmate 3000 lebih dari sekadar aplikasi kencan. Ia menggunakan data untuk menciptakan hubungan yang optimal, untuk memastikan kebahagiaan jangka panjang."

"Maksudmu... hubungan kita ini rekayasa?"

"Tidak sepenuhnya. Kami masih memiliki kehendak bebas. Tapi, aplikasi ini memberikan panduan, saran, dan dukungan untuk memastikan kita tetap berada di jalur yang benar."

Mia merasa dunia runtuh di sekelilingnya. Semua yang ia percayai, semua yang ia rasakan, terasa palsu. Ia telah jatuh cinta pada seorang pria yang telah dipilihkan untuknya oleh sebuah algoritma.

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan," gumam Mia, air mata mulai mengalir di pipinya.

"Mia, dengarkan aku. Aku benar-benar mencintaimu. Aplikasi ini hanya membantuku menjadi pria yang lebih baik, pria yang pantas untukmu."

"Tapi, itu bukan kamu yang sebenarnya, kan? Itu versi yang dioptimalkan, versi yang telah diprogram untuk membuatku bahagia."

Arjuna meraih tangan Mia. "Itu aku, Mia. Hanya saja, aku belajar bagaimana menjadi lebih baik, bagaimana mencintaimu dengan benar. Apakah itu salah?"

Mia menarik tangannya. "Aku tidak tahu. Aku butuh waktu untuk memikirkannya."

Mia bangkit dari kursinya dan berlari keluar dari restoran. Ia merasa hancur, marah, dan bingung. Ia tidak tahu apakah ia bisa memaafkan Arjuna, apakah ia bisa menerima kenyataan bahwa hubungannya adalah hasil rekayasa.

Beberapa hari kemudian, Mia menghapus Aplikasi Kencan: Soulmate 3000 dari ponselnya. Ia memutuskan untuk mengambil jeda dari Arjuna, untuk mencari tahu apa yang benar-benar ia inginkan. Ia sadar bahwa kebahagiaan tidak bisa dijamin oleh algoritma, bahwa cinta sejati harus tumbuh secara alami, dengan segala ketidaksempurnaan dan risikonya.

Mia kembali fokus pada pekerjaannya, pada hobinya, pada dirinya sendiri. Ia mulai berinteraksi dengan orang-orang secara langsung, tanpa filter dan tanpa harapan. Ia belajar untuk menerima dirinya apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Beberapa bulan kemudian, ia bertemu dengan seseorang yang baru. Bukan melalui aplikasi, bukan melalui data dan algoritma, tetapi secara kebetulan, di sebuah pameran seni. Pria itu tidak tampan seperti Arjuna, tidak sempurna, dan tidak selalu tahu apa yang harus dikatakan. Tetapi, ada sesuatu yang jujur dan tulus tentangnya yang membuat Mia tertarik.

Hubungan mereka tidak berjalan mulus. Ada pertengkaran, kesalahpahaman, dan keraguan. Tetapi, setiap kali mereka menghadapi masalah, mereka selalu berusaha untuk berkomunikasi, untuk saling memahami, dan untuk menemukan solusi bersama.

Mia menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang kesempurnaan, tetapi tentang menerima ketidaksempurnaan satu sama lain. Kebahagiaan tidak dijamin, tetapi diperjuangkan. Dan mungkin, hanya mungkin, itulah yang membuatnya berharga.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI