Debu digital berterbangan di sekitar server tua itu. Suara kipas yang berderu keras seolah mengeluhkan beban usia. Di balik monitor CRT yang berkedip-kedip, seorang pria bernama Arya berkutat dengan barisan kode yang panjangnya tak terhingga. Jari-jarinya menari di atas keyboard mekanik, menghasilkan suara ketukan yang ritmis di tengah keheningan larut malam. Ia sedang berusaha menghidupkan kembali Algoritma Jodoh, sebuah program kencan legendaris yang pernah berjaya di era 2000-an awal.
Dulu, Algoritma Jodoh adalah raja. Dengan menganalisis data pribadi, minat, dan harapan, program ini mampu menjodohkan ribuan pasangan. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan munculnya aplikasi kencan yang lebih modern, Algoritma Jodoh perlahan dilupakan. Servernya dibiarkan berkarat di gudang, kodenya dianggap usang, dan penggunanya beralih ke platform yang lebih menjanjikan.
Arya, seorang programmer muda yang idealis, menemukan Algoritma Jodoh secara tidak sengaja. Ia terpikat oleh kesederhanaan dan filosofi di baliknya. Ia percaya bahwa di balik kode kuno itu, tersembunyi potensi untuk menemukan cinta sejati, cinta yang lebih dalam dari sekadar kecocokan dangkal.
Berbulan-bulan Arya habiskan untuk mempelajari, memperbaiki, dan memodifikasi kode Algoritma Jodoh. Ia menambahkan lapisan keamanan baru, memperbarui antarmuka, dan menyempurnakan algoritma pencocokan. Ia ingin membuktikan bahwa di era algoritma kompleks dan kecerdasan buatan, keindahan kode klasik masih relevan.
Suatu malam, saat Arya hampir menyerah karena terus-menerus menemui kebuntuan, sebuah notifikasi muncul di layarnya. Algoritma Jodoh menemukan kecocokan sempurna. Arya terkejut. Ia tidak menyangka usahanya akan membuahkan hasil secepat ini.
"Siapakah dia?" gumam Arya penasaran.
Nama yang tertera di layar adalah Anya. Seorang wanita yang profilnya dipenuhi dengan foto-foto buku, lukisan, dan perjalanan alam. Deskripsinya singkat namun menggugah: "Mencari seseorang yang mengerti keheningan, bukan hanya keramaian."
Arya ragu. Ia tidak pernah menggunakan aplikasi kencan sebelumnya. Ia lebih nyaman bersembunyi di balik layar komputer daripada berinteraksi dengan orang asing. Namun, ada sesuatu tentang Anya yang menariknya. Mungkin karena kesamaan minat, atau mungkin karena harapan yang sama untuk menemukan cinta yang tulus.
Dengan jantung berdebar, Arya mengirim pesan singkat kepada Anya. "Hai, Anya. Aku Arya. Algoritma Jodoh mempertemukan kita."
Beberapa menit terasa seperti berjam-jam. Arya terus memandangi layar, menunggu balasan. Akhirnya, sebuah pesan muncul.
"Hai, Arya. Aku tidak percaya program ini masih berfungsi. Tapi... senang bertemu denganmu."
Percakapan mereka berlanjut hingga larut malam. Mereka berbicara tentang buku favorit, film klasik, dan mimpi-mimpi yang belum terwujud. Arya terkejut betapa mudahnya ia merasa nyaman dengan Anya. Seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama.
Setelah beberapa minggu berinteraksi secara online, Arya memberanikan diri untuk mengajak Anya bertemu. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi kecil yang tersembunyi di sudut kota.
Saat Anya masuk ke kedai kopi, Arya terpana. Ia lebih cantik dari yang ia bayangkan. Rambutnya panjang bergelombang, matanya berbinar cerdas, dan senyumnya hangat dan tulus.
Anya juga terkejut. Arya tidak seperti programmer kutu buku yang ia bayangkan. Ia tampan, ramah, dan memiliki aura ketenangan yang membuatnya merasa nyaman.
Mereka menghabiskan sore itu untuk berbicara, tertawa, dan berbagi cerita. Arya menceritakan tentang usahanya menghidupkan kembali Algoritma Jodoh, dan Anya mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia kagum dengan dedikasi dan semangat Arya.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Arya dan Anya semakin dalam. Mereka menemukan banyak kesamaan, tetapi juga perbedaan yang saling melengkapi. Arya membantu Anya untuk lebih terbuka dan berani mengambil risiko, sementara Anya mengajarkan Arya untuk lebih menghargai keindahan dunia di luar layar komputer.
Suatu hari, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman kota, Arya berhenti dan menatap Anya dengan mata penuh cinta.
"Anya," katanya, "aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi aku rasa Algoritma Jodoh melakukan pekerjaan yang luar biasa. Aku tidak pernah membayangkan akan menemukan seseorang seperti kamu."
Anya tersenyum. "Aku juga, Arya. Aku rasa, terkadang, cinta bisa ditemukan di tempat yang paling tidak terduga."
Arya meraih tangan Anya dan menggenggamnya erat. "Aku mencintaimu, Anya."
"Aku juga mencintaimu, Arya," jawab Anya.
Di bawah naungan pepohonan rindang, di tengah keramaian kota, dua hati bersatu berkat algoritma usang yang dihidupkan kembali. Cinta mereka bersemi di pembaruan terakhir, membuktikan bahwa teknologi, betapapun kunonya, dapat menjadi jembatan menuju kebahagiaan sejati. Arya tahu, meskipun Algoritma Jodoh mungkin tidak sesempurna aplikasi kencan modern, ia telah melakukan tugasnya dengan sempurna. Ia telah menemukan cinta sejati. Dan itulah yang terpenting.