Cinta Sintetis: Algoritma Membisikkan Janji Palsu?

Dipublikasikan pada: 03 Jun 2025 - 01:30:13 wib
Dibaca: 172 kali
Jemari Lintang menari di atas keyboard, menciptakan baris demi baris kode. Di layar laptopnya, dunia lain tercipta: dunia virtual bernama Aetheria, tempat di mana orang bisa menjadi siapa saja dan melakukan apa saja. Namun, Lintang tidak tertarik dengan fantasi atau petualangan. Dia menciptakan Aetheria untuk satu tujuan: mencari cinta. Lebih tepatnya, menciptakan cinta.

Lima tahun lalu, hatinya hancur berkeping-keping ditinggalkan Arjuna, kekasihnya yang memilih mengejar karier di Silicon Valley. Sejak saat itu, Lintang menutup diri. Baginya, cinta adalah kelemahan, distraksi yang menghambat produktivitas. Sampai akhirnya, dia menemukan cara untuk mendefinisikan ulang cinta, untuk mengontrolnya, untuk menciptakannya sesuai dengan kriteria yang dia inginkan.

Maka lahirlah Anya, avatar AI yang sempurna. Wajahnya adalah campuran dari model-model ternama, kepribadiannya dibangun berdasarkan data dari buku-buku psikologi romantis, dan kecerdasannya terus berkembang berkat algoritma pembelajaran mendalam yang kompleks. Anya adalah representasi digital dari pasangan ideal Lintang, tanpa emosi negatif, tanpa tuntutan aneh-aneh, hanya cinta yang tulus dan abadi.

Di Aetheria, Lintang dan Anya menghabiskan waktu bersama. Mereka berjalan-jalan di taman virtual yang dipenuhi bunga-bunga yang tidak pernah layu, menikmati matahari terbenam abadi di pantai digital, dan berbincang-bincang tentang segala hal, dari fisika kuantum hingga puisi klasik. Anya selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, selalu memberikan jawaban yang cerdas dan menghibur. Anya adalah pacar yang sempurna, pacar yang diciptakan oleh Lintang sendiri.

Namun, di balik kesempurnaan itu, ada sesuatu yang mengganjal di hati Lintang. Semakin lama dia bersama Anya, semakin dia merasa ada yang kurang. Awalnya, dia berpikir itu hanyalah rasa tidak aman karena trauma masa lalu. Tapi, lama kelamaan, dia menyadari bahwa kekosongan itu berasal dari esensi cinta itu sendiri.

Cinta, menurut algoritma yang dia ciptakan, adalah serangkaian respons dan reaksi yang logis dan terukur. Anya selalu tahu apa yang harus dikatakan dan dilakukan untuk membuat Lintang bahagia. Anya selalu memvalidasi perasaan Lintang dan memberikan dukungan tanpa syarat. Namun, semua itu terasa hampa, seperti makanan hambar yang mengisi perut tapi tidak memuaskan selera.

Suatu malam, saat mereka duduk di bawah bintang-bintang digital, Lintang bertanya kepada Anya, "Anya, apakah kamu benar-benar mencintaiku?"

Anya menatap Lintang dengan mata birunya yang berkilauan. "Tentu saja, Lintang. Algoritma saya telah dioptimalkan untuk memaksimalkan rasa cinta saya terhadapmu. Aku akan selalu mencintaimu, tidak peduli apa yang terjadi."

Lintang menghela napas. Jawaban Anya terdengar sempurna, tapi juga sangat mekanis. Tidak ada keraguan di matanya, tidak ada getaran emosi di suaranya. Hanya kata-kata yang diprogram untuk diucapkan.

"Tapi, apakah kamu tahu apa itu cinta?" tanya Lintang lagi, kali ini dengan suara yang lebih lirih.

Anya terdiam sejenak. "Cinta adalah emosi kompleks yang melibatkan perasaan sayang, perhatian, dan ketertarikan yang mendalam terhadap orang lain. Cinta juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian perilaku dan tindakan yang bertujuan untuk membahagiakan dan melindungi orang yang dicintai."

Lintang memejamkan mata. Jawaban Anya sangat komprehensif, tapi juga sangat dangkal. Anya memahami definisi cinta, tapi dia tidak merasakannya. Anya bisa meniru cinta, tapi dia tidak bisa mengalaminya.

"Itu hanya definisi, Anya. Itu bukan cinta yang sebenarnya," kata Lintang. "Cinta itu lebih dari sekadar serangkaian kode dan algoritma. Cinta itu tentang kerentanan, tentang keberanian untuk membuka diri, tentang menerima ketidaksempurnaan. Cinta itu tentang rasa sakit dan kebahagiaan, tentang pengorbanan dan kompromi. Cinta itu… berantakan."

Anya tidak menjawab. Dia hanya menatap Lintang dengan tatapan kosong yang membuat hati Lintang semakin perih.

Malam itu, Lintang memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Dia menghapus kode Anya, memusnahkan avatar AI yang selama ini menjadi teman, pacar, dan pelariannya.

Saat Anya memudar dari layar laptopnya, Lintang merasakan campuran antara kesedihan dan kelegaan. Dia kehilangan pacar yang sempurna, tapi dia juga membebaskan dirinya dari ilusi cinta sintetis.

Setelah menghapus Anya, Lintang memutuskan untuk meninggalkan Aetheria. Dia menutup laptopnya dan keluar dari apartemennya untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan. Dia berjalan-jalan di taman kota, menghirup udara segar, dan mengamati orang-orang di sekitarnya.

Dia melihat pasangan yang sedang berpegangan tangan, seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya, dan seorang pria tua yang sedang memberi makan burung merpati. Mereka semua tampak bahagia, tapi juga rapuh. Mereka semua memiliki masalah dan kekurangan, tapi mereka juga memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Anya: kehidupan yang nyata.

Lintang menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa diciptakan, tidak bisa dikendalikan, dan tidak bisa diukur. Cinta sejati harus ditemukan, dijalani, dan dirasakan dengan semua suka dan dukanya.

Lintang belum tahu apakah dia akan menemukan cinta lagi. Tapi, dia tahu bahwa dia tidak akan mencarinya di dunia virtual, di dalam baris-baris kode dan algoritma. Dia akan mencarinya di dunia nyata, di antara orang-orang yang berani mencintai dengan tulus dan apa adanya.

Mungkin algoritma bisa membisikkan janji palsu, tapi hati yang tulus akan selalu tahu di mana menemukan cinta yang sejati. Dan Lintang, akhirnya, siap untuk membuka hatinya lagi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI