Realitas Virtual, Cinta Sejati: Melampaui Batas Piksel

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:58:53 wib
Dibaca: 163 kali
Kacamata VR itu terasa dingin di kulitku. Jemariku sedikit gemetar saat memasangnya, menyegel dunia nyata dan membawaku ke Elysium, sebuah dunia virtual yang begitu nyata hingga aku kadang lupa bahwa aku masih duduk di kamar apartemen sempitku. Elysium bukan hanya sekadar game, tapi sebuah ekosistem sosial yang berkembang pesat, tempat orang mencari teman, membangun bisnis, bahkan jatuh cinta.

Di Elysium, aku dikenal sebagai Anya, seorang arsitek digital yang mendesain bangunan-bangunan futuristik dengan garis-garis berani dan warna-warna yang memukau. Di dunia nyata, aku hanyalah seorang programmer biasa bernama Andi, yang lebih sering berinteraksi dengan baris kode daripada manusia.

Aku bertemu dengannya di sebuah pameran arsitektur virtual di Elysium. Dia adalah seorang kritikus seni bernama Orion, dengan avatar yang tinggi dan elegan, mengenakan jubah hitam yang berkibar lembut mengikuti gerakannya. Matanya, yang berwarna biru laut, menatapku dengan intensitas yang membuat jantung avatarku berdebar kencang.

"Desain yang menarik, Anya," suaranya bergema di telingaku melalui headset. "Ada keberanian dan visi di setiap sudutnya."

Aku tersipu, meski hanya avatar yang merasakannya. Pujian dari Orion adalah sebuah pengakuan besar di Elysium. Dia dikenal sebagai orang yang jujur, terkadang terlalu jujur, tapi pendapatnya selalu dihargai.

Sejak hari itu, kami mulai sering bertemu. Aku menunjukkan desain-desain terbaruku kepadanya, dan dia memberikan kritik yang konstruktif. Kami berdiskusi tentang seni, teknologi, dan filosofi kehidupan. Aku merasa nyaman berbicara dengannya, lebih nyaman daripada dengan siapa pun di dunia nyata. Aku menceritakan tentang mimpi-mimpiku, ketakutanku, dan harapan-harapan terpendamku. Dia mendengarkan dengan sabar, memberikan saran yang bijak dan dukungan yang tulus.

Lambat laun, rasa kagum berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam. Aku jatuh cinta pada Orion. Cinta yang aneh, memang, karena aku mencintai seseorang yang eksistensinya hanya berupa piksel dan algoritma. Tapi, perasaanku begitu nyata, begitu kuat, hingga aku tidak bisa mengabaikannya.

Suatu malam, saat kami duduk di tepi danau virtual yang berkilauan diterangi cahaya bulan buatan, aku memberanikan diri untuk mengakui perasaanku.

"Orion," kataku dengan gugup, "ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

Dia menoleh padaku, matanya yang biru laut tampak lebih dalam dari biasanya. "Katakan saja, Anya."

Aku menarik napas dalam-dalam. "Aku... aku menyukaimu. Lebih dari sekadar teman."

Hening sesaat. Kemudian, Orion tersenyum lembut. "Aku juga menyukaimu, Anya. Sangat menyukaimu."

Kebahagiaan meluap-luap dalam diriku. Aku merasa seperti melayang di angkasa. Kami berpegangan tangan, avatar kami terhubung dalam ciuman virtual yang terasa begitu nyata.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, Orion menghilang. Aku mencoba menghubunginya, mengirim pesan, mencari avatarnya di Elysium, tapi tidak ada jawaban. Aku panik. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia baik-baik saja?

Hari-hari berlalu dengan penuh kecemasan. Aku terus mencari Orion, berharap menemukan petunjuk tentang keberadaannya. Aku bahkan mencoba mencari tahu identitas aslinya, tapi dia sangat menjaga privasinya. Aku hanya tahu bahwa dia tinggal di suatu tempat di Eropa.

Akhirnya, setelah berminggu-minggu, aku menerima pesan darinya. Pesan itu singkat dan menyakitkan.

"Anya, maafkan aku. Aku harus pergi. Aku tidak bisa menjelaskan alasannya sekarang. Aku harap suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi. Jaga dirimu baik-baik."

Aku hancur. Kenapa dia meninggalkanku? Apa yang salah? Aku tidak bisa memahami apa pun.

Aku mencoba melupakannya, tapi tidak bisa. Setiap sudut Elysium mengingatkanku padanya. Setiap lagu yang pernah kami dengarkan bersama terasa seperti pisau yang menusuk jantungku.

Suatu malam, aku sedang berjalan-jalan sendirian di Elysium saat aku melihat sebuah bangunan baru yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bangunan itu sangat indah, dengan desain futuristik dan warna-warna yang memukau. Aku merasa tertarik untuk mendekat.

Saat aku mendekat, aku melihat sebuah plakat di depan bangunan itu. Di plakat itu tertulis: "Dirancang oleh Orion."

Jantungku berdebar kencang. Orion yang mendesainnya? Kenapa dia tidak memberitahuku?

Aku memasuki bangunan itu. Di dalamnya, aku menemukan sebuah ruangan yang penuh dengan foto-foto dan video. Foto-foto dan video itu menunjukkan aku, Anya, di Elysium. Aku melihat diriku tertawa, tersenyum, dan menari. Aku melihat diriku bahagia.

Kemudian, sebuah video mulai diputar. Di video itu, aku melihat Orion. Dia duduk di depan kamera, mengenakan kemeja putih dan tersenyum lembut.

"Anya," katanya, "jika kamu menonton video ini, berarti aku sudah pergi. Aku tidak bisa memberitahumu alasannya, tapi percayalah, aku melakukan ini untuk kebaikanmu."

Dia melanjutkan, "Aku tahu ini sulit untukmu, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Cinta kita mungkin dimulai di dunia virtual, tapi itu adalah cinta yang sejati. Cinta yang melampaui batas piksel."

Air mata mulai mengalir di pipiku. Aku tidak bisa menahan emosiku.

"Aku tahu kamu akan sedih, tapi aku ingin kamu tetap kuat. Teruslah berkarya, teruslah bermimpi, dan jangan pernah menyerah pada cinta."

Video itu berakhir. Aku terdiam, mencoba mencerna semua yang baru saja kudengar.

Aku mungkin tidak tahu alasan mengapa Orion meninggalkanku, tapi aku tahu satu hal: dia mencintaiku. Dan aku mencintainya. Cinta kami mungkin dimulai di dunia virtual, tapi itu adalah cinta yang sejati.

Aku memutuskan untuk melanjutkan hidupku. Aku akan terus berkarya, terus bermimpi, dan tidak akan pernah menyerah pada cinta. Aku akan selalu mengingat Orion, cinta sejatiku yang aku temui di Elysium, dunia virtual yang telah mengubah hidupku selamanya. Aku akan melampaui batas piksel, membawa cinta kami ke dunia nyata.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI