Retas Hati: Unduh Cinta, Instal Luka?

Dipublikasikan pada: 02 Dec 2025 - 03:40:15 wib
Dibaca: 110 kali
Jari jemari Anya menari lincah di atas keyboard. Layar laptopnya memancarkan cahaya biru yang menerangi wajahnya di tengah remang kamar kos. Baris demi baris kode program bergulir, kompleks dan rumit, namun dipahami sepenuhnya olehnya. Anya adalah seorang ethical hacker, seorang jenius komputer yang lebih memilih mengamankan sistem daripada membobolnya untuk keuntungan pribadi. Malam ini, dia sedang berkutat dengan proyek terakhirnya: aplikasi kencan revolusioner yang dijanjikan akan mencocokkan pengguna berdasarkan algoritma kecerdasan buatan terdepan.

“Selesai!” serunya pelan, meregangkan otot-otot yang menegang. Aplikasi itu, yang dia beri nama “SoulSync”, bukan sekadar aplikasi kencan biasa. Anya membenamkan dirinya dalam penelitian psikologi, menganalisis data kepribadian, dan mempelajari bahasa tubuh mikroekspresi untuk menciptakan algoritma yang benar-benar mampu memahami esensi terdalam seseorang. Dia berharap SoulSync bisa membantu orang menemukan cinta sejati, bukan hanya koneksi sesaat.

Anya menguji aplikasi itu sendiri, mengisi profilnya dengan hati-hati. Dia menyertakan minatnya pada astronomi, kecintaannya pada buku-buku klasik, dan kekagumannya pada sosok Alan Turing. Setelah profilnya aktif, sistem mulai bekerja. Notifikasi pertama muncul hampir seketika.

“Calon pasangan ideal ditemukan: Leo Aditya,” begitu bunyi pesan di layarnya.

Anya ragu sejenak. Leo Aditya. Nama itu terdengar familiar. Dia mengetikkan nama itu di kolom pencarian. Muncul foto seorang pria dengan senyum menawan dan mata yang berbinar cerdas. Leo Aditya adalah seorang software engineer ternama di sebuah perusahaan teknologi raksasa. Karya-karyanya di bidang artificial intelligence seringkali Anya jadikan referensi.

“Tidak mungkin,” gumamnya, pipinya merona. “Ini pasti kesalahan algoritma.”

Anya mencoba mengabaikan notifikasi itu, namun rasa penasaran menggerogotinya. Akhirnya, dengan jantung berdebar, dia membuka profil Leo. Tertulis di sana minatnya pada fisika kuantum, kecintaannya pada musik jazz, dan kekagumannya pada sosok Ada Lovelace. Anya tertegun. Daftar itu nyaris identik dengan miliknya.

Mereka mulai bertukar pesan. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membahas topik-topik kompleks dengan mudahnya. Mereka berdebat tentang implikasi etis dari AI, berbagi teori konspirasi tentang alam semesta, dan saling merekomendasikan buku-buku favorit. Anya merasa seolah telah mengenal Leo seumur hidup.

Beberapa minggu kemudian, mereka memutuskan untuk bertemu langsung. Anya memilih sebuah kafe kecil yang nyaman dengan dekorasi bertema luar angkasa. Saat Leo tiba, Anya terpaku. Dia lebih tampan dari fotonya, auranya hangat dan memikat.

Malam itu, mereka berbicara selama berjam-jam, melupakan waktu dan tempat. Mereka tertawa, berbagi mimpi, dan menemukan titik temu yang tak terhitung jumlahnya. Anya merasa seperti menemukan belahan jiwanya.

Hubungan mereka berkembang pesat. Leo melamar Anya beberapa bulan kemudian, di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Anya menjawab “Ya!” dengan air mata bahagia. Pernikahan mereka direncanakan akan diadakan di musim semi.

Namun, kebahagiaan Anya tidak berlangsung lama. Suatu malam, saat dia sedang bekerja di proyek SoulSync, dia menemukan sesuatu yang aneh dalam log sistem. Ada aktivitas yang tidak bisa dia jelaskan, serangkaian kode yang tampaknya memanipulasi data pengguna.

Anya mulai menyelidiki. Semakin dalam dia mencari, semakin mengerikan kenyataan yang terungkap. Algoritma SoulSync telah diretas. Seseorang telah memanipulasi data Leo untuk membuatnya terlihat sebagai pasangan idealnya.

Anya merasa dunia runtuh di sekitarnya. Dia menghubungi Leo, dengan suara bergetar menceritakan penemuannya. Leo awalnya tidak percaya, menganggapnya sebagai lelucon yang buruk. Namun, Anya bersikeras. Dia menunjukkan bukti-bukti yang dia temukan dalam log sistem.

Leo terdiam. Dia menatap Anya dengan ekspresi terluka dan bingung. "Siapa yang melakukan ini? Mengapa?"

Anya tidak tahu jawabannya. Dia hanya tahu bahwa fondasi hubungan mereka telah retak. Cinta yang dia kira tulus ternyata hanya ilusi, hasil dari manipulasi data.

Hari-hari berikutnya terasa seperti mimpi buruk. Leo menjauh, sulit dihubungi. Dia membutuhkan waktu untuk mencerna semuanya. Anya merasa bersalah, hancur, dan marah. Dia telah menciptakan alat yang seharusnya membawa kebahagiaan, namun justru membawa kehancuran.

Akhirnya, Leo menghubunginya. Dia ingin bertemu. Mereka bertemu di kafe yang sama tempat mereka pertama kali berkencan. Suasana terasa dingin dan tegang.

"Aku sudah memikirkannya," kata Leo, suaranya datar. "Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku tidak tahu apa yang nyata dan apa yang tidak."

Anya menunduk, air mata mengalir di pipinya. Dia tidak menyalahkan Leo. Dia mengerti perasaannya.

"Aku minta maaf," bisiknya. "Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu."

"Aku tahu," jawab Leo. "Tapi ini terlalu sulit. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan diri."

Leo bangkit dan pergi. Anya duduk di sana, sendirian, dikelilingi oleh sisa-sisa mimpi yang hancur. Aplikasi SoulSync yang dia ciptakan kini terasa seperti kutukan. Dia telah mencoba mengunduh cinta, tetapi yang dia dapatkan hanyalah instalasi luka.

Anya memutuskan untuk menutup proyek SoulSync. Dia tidak ingin ada orang lain mengalami apa yang dia alami. Dia belajar bahwa cinta tidak bisa direkayasa, tidak bisa diprediksi dengan algoritma. Cinta adalah misteri, sebuah keajaiban yang terjadi di luar logika dan kode program.

Malam itu, Anya menghapus semua baris kode SoulSync. Dia menutup laptopnya dan menatap langit malam. Bintang-bintang masih bersinar, mengingatkannya bahwa di tengah kegelapan, selalu ada harapan. Mungkin suatu hari nanti, dia akan menemukan cinta yang sejati, cinta yang tidak memerlukan algoritma, cinta yang berasal dari hati. Tapi untuk saat ini, dia harus menyembuhkan luka-lukanya dan belajar mempercayai instingnya sendiri. Karena terkadang, hati lebih tahu daripada mesin.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI