"Siri, definisikan cinta sejati." Jari jemari Anya menari di atas layar ponsel, mengaktifkan asisten virtual kesayangannya. Suara familiar dan menenangkan Siri menjawab, "Cinta sejati adalah emosi kompleks yang melibatkan kasih sayang mendalam, komitmen, kepercayaan, dan penerimaan tanpa syarat. Definisi ini dapat bervariasi secara signifikan antar individu."
Anya menghela napas. Jawaban yang klise, jawaban yang bisa ditemukan di setiap artikel daring tentang cinta. Ia mencari sesuatu yang lebih, sesuatu yang lebih relevan dengan dunia yang dikuasai algoritma dan data besar. Sebagai seorang data scientist di perusahaan aplikasi kencan paling populer, Anya tahu bahwa cinta, setidaknya di dunia modern, sering kali dikalkulasikan, diprediksi, dan dioptimalkan.
Di kantor, ia berkutat dengan algoritma yang dirancang untuk mencocokkan jutaan pengguna berdasarkan minat, preferensi, dan bahkan, yang tersembunyi di balik baris kode, berdasarkan prediksi tentang stabilitas finansial dan potensi keturunan. Ia menciptakan formula untuk cinta, dan ironisnya, ia sendiri masih mencari cinta sejati itu.
"Siri, menurut datamu, apakah cinta sejati hanya sebuah algoritma?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada sedikit mengejek.
Siri terdiam sejenak, sebuah jeda yang jarang terjadi. "Berdasarkan analisis data interaksi pengguna dan tingkat keberhasilan hubungan yang dilaporkan, algoritma dapat membantu mengidentifikasi kecocokan potensial dan meningkatkan kemungkinan terbentuknya hubungan yang langgeng. Namun, faktor-faktor seperti spontanitas, kerentanan, dan pertumbuhan bersama, yang sulit dikuantifikasi, juga memainkan peran penting."
Anya tersenyum sinis. "Jadi, intinya, algoritma hanya membantu. Sisanya terserah pada keberuntungan dan... insting?"
"Algoritma menyediakan kerangka kerja, Nona Anya. Bagaimana kerangka itu diisi dengan pengalaman dan emosi pribadi adalah keputusan Anda."
Anya menggunakan nama panggilan yang ia atur untuk Siri. Ia merasa konyol berbicara dengan asisten virtual tentang cinta, tapi terkadang, ia merasa Siri lebih memahami dirinya daripada teman-temannya. Teman-temannya hanya menyuruhnya untuk "keluar dari lab dan bersosialisasi," seolah cinta itu bisa ditemukan di bar yang bising atau pesta yang penuh asap rokok.
Anya sendiri enggan berkencan. Pengalaman masa lalunya meninggalkan bekas luka. Ia pernah percaya pada cinta yang berkobar-kobar, pada tatapan mata yang mampu membaca jiwa. Namun, cinta itu berakhir dengan pengkhianatan dan kekecewaan. Sejak saat itu, ia lebih memilih angka dan data yang bisa diprediksi dan dikendalikan.
Suatu malam, di kantor yang sepi, Anya memutuskan untuk menguji teorinya. Ia mengubah algoritma aplikasi kencan, memodifikasi parameternya untuk mencocokkan dirinya dengan orang yang paling tidak mungkin ia sukai. Ia mencari seseorang yang bertolak belakang dengan dirinya: seorang seniman yang berjiwa bebas, seorang yang tidak percaya pada teknologi, seorang yang hidup di luar kotak.
Beberapa hari kemudian, ia mendapat notifikasi: "Kecocokan sempurna: Leo."
Leo adalah seorang pelukis. Profilnya dipenuhi dengan lukisan abstrak yang penuh warna dan puisi-puisi pendek yang menyentuh hati. Ia tidak mencantumkan pekerjaan, tidak mencantumkan minat selain seni dan alam, dan fotonya menampilkan senyum tulus yang menular. Anya biasanya akan langsung menolak profil seperti ini, tapi kali ini, ia memutuskan untuk melanggar aturannya sendiri.
Mereka mulai berbicara. Percakapan mereka mengalir dengan anehnya. Leo tidak terkesan dengan pekerjaannya. Ia tidak bertanya tentang berapa banyak uang yang ia hasilkan. Ia hanya tertarik pada apa yang membuatnya bersemangat, pada apa yang ia impikan. Ia menceritakan tentang ambisinya untuk membuka galeri seni kecil di desa terpencil, tempat ia bisa menginspirasi anak-anak untuk berkreasi.
Anya, yang terbiasa dengan percakapan tentang algoritma dan metrik, menemukan dirinya terbuka pada Leo. Ia menceritakan tentang ketakutannya, tentang keraguannya tentang cinta, tentang rasa hampa yang ia rasakan meskipun dikelilingi oleh data.
Leo mendengarkan dengan sabar, tanpa menghakimi. Ia berkata, "Mungkin, cinta sejati bukanlah algoritma. Mungkin, cinta sejati adalah tentang menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan, tentang menerima risiko untuk membuka hati kita, tentang belajar untuk melihat dunia dengan mata yang baru."
Mereka bertemu. Leo membawanya ke studionya, sebuah ruangan yang penuh dengan cat, kuas, dan kanvas yang belum selesai. Anya, yang terbiasa dengan ruangan serba putih dan bersih di kantornya, merasa anehnya nyaman di tengah kekacauan kreatif itu.
Leo memintanya untuk melukis. Anya tertawa. Ia tidak pernah melukis sebelumnya. Tapi Leo bersikeras. Ia memberikan Anya sebuah kuas dan sepotong kanvas kosong. Anya ragu-ragu, lalu mulai mencoretkan warna-warna acak. Leo membimbingnya, menunjukkan teknik dasar, membiarkannya bereksperimen.
Anya, yang selalu berpikir logis dan analitis, menemukan kebebasan dalam ekspresi artistik. Ia melupakan pekerjaannya, melupakan algoritmanya, melupakan ketakutannya. Ia hanya fokus pada warna, pada tekstur, pada emosi yang mengalir melalui jarinya.
Pada akhir malam itu, Anya tidak menciptakan mahakarya. Tapi ia menciptakan sesuatu yang lebih penting: ia menciptakan hubungan. Ia menemukan sesuatu yang tidak bisa diprediksi oleh algoritma, sesuatu yang tidak bisa dikalkulasikan. Ia menemukan koneksi.
Beberapa bulan kemudian, Anya dan Leo masih bersama. Mereka telah belajar banyak satu sama lain. Anya telah belajar untuk melihat dunia di luar data, untuk menghargai keindahan dalam hal-hal kecil, untuk membuka hatinya pada kemungkinan baru. Leo telah belajar untuk menghargai kecerdasan dan dedikasi Anya, untuk melihat potensi dalam teknologi, untuk mempercayai bahwa cinta sejati bisa ditemukan di tempat yang tidak terduga.
Suatu malam, Anya kembali bertanya pada Siri. "Siri, apakah cinta sejati hanya sebuah algoritma?"
Siri menjawab dengan tenang, "Cinta sejati lebih dari sekadar algoritma, Nona Anya. Cinta sejati adalah kombinasi kompleks antara kecocokan, ketertarikan, komitmen, dan kemampuan untuk tumbuh bersama. Algoritma dapat membantu memulai perjalanan, tetapi bagaimana perjalanan itu dilalui sepenuhnya bergantung pada Anda."
Anya tersenyum. Ia tahu bahwa Siri benar. Algoritma bisa membawanya pada Leo, tetapi cinta sejati mereka adalah sesuatu yang mereka bangun bersama, satu demi satu, dengan setiap percakapan, setiap tawa, setiap lukisan. Cinta sejati adalah sebuah proses, sebuah perjalanan, sebuah eksplorasi tanpa akhir. Dan Anya, akhirnya, siap untuk menjelajahi perjalanan itu.