Aplikasi Kencan: Antara Cinta Digital dan Luka Biner

Dipublikasikan pada: 09 Nov 2025 - 01:40:13 wib
Dibaca: 138 kali
Kilau layar ponsel menerangi wajah Anya di tengah remangnya kafe. Jari-jarinya lincah menari di atas kaca, memeriksa notifikasi dari "Soulmate Finder," aplikasi kencan yang akhir-akhir ini menjadi candunya. Di umurnya yang hampir kepala tiga, Anya merasa semakin tertinggal. Teman-temannya sudah sibuk dengan urusan pernikahan dan momongan, sementara ia masih berkutat dengan tumpukan kode dan deadline proyek.

Anya seorang programmer andal. Logika dan algoritma adalah sahabatnya. Namun, urusan hati terasa bagai bug yang tak kunjung terpecahkan. Berkali-kali ia mencoba peruntungan di dunia nyata, tapi hasilnya selalu nihil. Akhirnya, ia menyerah dan beralih ke dunia maya, berharap aplikasi ini bisa membantunya menemukan seseorang yang cocok.

Hari ini, ada notifikasi baru. Sebuah pesan dari seorang pria bernama Rei. Foto profilnya menampilkan siluetnya sedang mendaki gunung, punggungnya menghadap kamera. Deskripsinya singkat namun menarik: "Mencari partner untuk berbagi keindahan senja dan kode-kode rahasia."

Anya tersenyum. Deskripsi itu terdengar begitu berbeda dari pria-pria lain yang hanya menampilkan foto mobil mewah atau perut sixpack hasil gym. Ia pun membalas pesan Rei, memulai percakapan yang mengalir begitu saja. Mereka membahas banyak hal, mulai dari film favorit, genre musik yang disukai, hingga filosofi hidup. Anya merasa seolah menemukan belahan jiwanya.

Selama beberapa minggu berikutnya, Anya dan Rei terus berkomunikasi. Mereka bertukar pesan setiap hari, bahkan sampai begadang hanya untuk chatting. Rei ternyata seorang arsitek yang juga memiliki hobi programming. Keduanya memiliki minat yang sama, cara pandang yang serupa, dan selera humor yang sefrekuensi. Anya semakin yakin bahwa ia telah menemukan "the one."

Setelah merasa cukup mengenal satu sama lain, Rei mengajak Anya untuk bertemu. Jantung Anya berdebar kencang saat menerima ajakan itu. Ia setuju, dan mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi dengan suasana yang nyaman. Anya menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih pakaian yang tepat, memastikan penampilannya sempurna.

Hari yang dinanti tiba. Anya datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Ia duduk di salah satu sudut kedai kopi, matanya tak lepas dari pintu masuk. Setiap kali ada seseorang yang datang, jantungnya berdebar. Namun, orang itu selalu bukan Rei.

Waktu terus berjalan. 30 menit, 1 jam, 2 jam. Rei tak kunjung datang. Anya mulai merasa cemas. Ia mencoba menghubungi Rei lewat aplikasi, tapi pesannya hanya centang satu. Ia mencoba menelepon, tapi tidak ada jawaban.

Anya mulai merasa bodoh. Ia telah tertipu. Lagi-lagi, ia gagal dalam urusan cinta. Ia berdiri, meninggalkan kedai kopi dengan perasaan hancur. Air matanya mulai menetes tanpa bisa ia tahan.

Di rumah, Anya membuka kembali aplikasi Soulmate Finder. Ia melihat profil Rei. Tiba-tiba, ia menemukan sesuatu yang janggal. Foto profil Rei, foto siluet pendaki gunung, adalah foto yang sering ia lihat di internet. Ia mencoba mencari foto itu di Google Image, dan hasilnya mengejutkan. Foto itu memang foto stok yang banyak digunakan orang.

Anya merasa terpukul. Ia telah dibutakan oleh harapan dan fantasi. Ia telah jatuh cinta pada sosok fiksi yang diciptakannya sendiri. Rei hanyalah persona palsu, entah siapa di balik akun itu.

Beberapa hari kemudian, Anya mencoba bangkit dari keterpurukan. Ia menghapus aplikasi Soulmate Finder dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi mencari cinta di dunia maya. Ia memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri, pada karirnya, dan pada hal-hal yang membuatnya bahagia.

Suatu sore, saat sedang bekerja di sebuah proyek baru, Anya mendapat email dari seorang klien. Klien itu membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah pada kode programnya. Anya pun dengan senang hati membantu.

Setelah beberapa jam berdiskusi dan bertukar kode, Anya berhasil menemukan solusi untuk masalah tersebut. Klien itu sangat berterima kasih dan mengajak Anya untuk bertemu secara langsung untuk membahas proyek-proyek lainnya.

Anya ragu sejenak, tapi kemudian ia setuju. Ia berpikir, tidak ada salahnya mencoba. Siapa tahu, ia bisa menemukan koneksi yang sesungguhnya, koneksi yang dibangun atas dasar profesionalisme dan rasa saling menghargai.

Saat bertemu dengan kliennya, Anya terkejut. Pria itu adalah seorang arsitek bernama… Ryan. Ryan ternyata juga seorang programmer amatir yang sedang mencoba mengembangkan aplikasi untuk membantu para arsitek dalam mendesain bangunan.

Anya dan Ryan langsung merasa nyaman satu sama lain. Mereka berdiskusi tentang banyak hal, mulai dari arsitektur, programming, hingga mimpi-mimpi mereka. Anya merasa seolah menemukan seseorang yang benar-benar mengerti dirinya, seseorang yang bisa diajak berbagi tawa dan kesedihan.

Beberapa bulan kemudian, Anya dan Ryan semakin dekat. Mereka tidak hanya bekerja sama dalam proyek, tapi juga sering menghabiskan waktu bersama di luar jam kerja. Mereka pergi mendaki gunung, menonton film, dan mencoba berbagai restoran baru.

Anya akhirnya menyadari bahwa cinta tidak bisa dicari di aplikasi kencan. Cinta sejati muncul secara alami, dari koneksi yang tulus dan rasa saling menghargai. Ia tidak menyesali pengalamannya di Soulmate Finder, karena pengalaman itu telah membuatnya lebih bijaksana dan lebih berhati-hati.

Luka biner yang ia rasakan telah sembuh, digantikan oleh cinta digital yang sesungguhnya. Cinta yang tidak hanya berlandaskan pada profil dan pesan singkat, tapi juga pada pertemuan, percakapan, dan pengalaman bersama. Anya akhirnya menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari, bukan di dunia maya, melainkan di dunia nyata, bersama seseorang yang benar-benar mencintainya apa adanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI