Debu digital menari di layar retina augmented reality Anya, membentuk pola rumit yang menggambarkan algoritma cinta. Di dunia Neo-Jakarta 2077, cinta bukan lagi sekadar perasaan, melainkan serangkaian data, kode, dan koneksi neuron yang dianalisis dan dioptimalkan oleh Kecerdasan Artifisial (AI). Anya sendiri adalah seorang "Arsitek Cinta," pekerjaannya merancang matriks kasih yang sempurna untuk klien-kliennya, memastikan kompatibilitas maksimal dan kebahagiaan yang terukur.
Kali ini, tantangannya adalah Reihan, seorang programmer jenius yang terkenal eksentrik. Reihan menolak untuk terhubung dengan calon pasangan yang direkomendasikan oleh sistem kencan terpusat, "HeartNet," yang mendominasi Neo-Jakarta. Dia percaya bahwa cinta sejati tidak bisa diprediksi atau dipaksakan oleh algoritma.
"Aku ingin sesuatu yang organik, Anya," kata Reihan, suaranya serak dan penuh keraguan saat mereka bertemu di kafe virtual. "Aku ingin merasakan kejutan, kerinduan, sesuatu yang tidak bisa dituliskan dalam baris kode."
Anya, yang terbiasa dengan permintaan data-driven, merasa sedikit tercengang. Biasanya, kliennya akan menyodorkan daftar preferensi yang panjang: tinggi badan, tingkat pendidikan, minat, bahkan kebiasaan makan. Reihan, sebaliknya, hanya menginginkan "keajaiban."
"Keajaiban itu sulit dikuantifikasi, Reihan," balas Anya, jarinya mengetuk-ngetuk meja holografis. "Namun, aku akan mencoba yang terbaik. Aku akan membangun matriks untukmu, bukan berdasarkan data yang sudah ada, tapi berdasarkan potensi pertumbuhan, berdasarkan ketidakpastian."
Anya mulai bekerja. Dia menganalisis ratusan jam rekaman wawancara Reihan, membaca kode yang ditulisnya, bahkan menyusup ke dalam jurnal virtual pribadinya. Dia mencari pola tersembunyi, hal-hal yang mungkin Reihan sendiri tidak sadari tentang dirinya. Dia menemukan kecintaannya pada musik klasik, kekagumannya pada arsitektur lama, dan kerinduannya yang mendalam akan koneksi manusia yang tulus.
Kemudian, Anya menciptakan "Simulasi Kesempatan," sebuah lingkungan virtual di mana Reihan dapat berinteraksi dengan berbagai avatar yang diprogram untuk mewakili tipe-tipe kepribadian yang berbeda. Simulasi ini tidak dirancang untuk mencari pasangan yang sempurna, melainkan untuk menguji reaksi Reihan terhadap situasi yang tidak terduga, untuk melihat jenis percikan apa yang muncul.
Salah satu avatar yang paling menarik perhatian Reihan adalah Elara, seorang seniman jalanan yang idealis dan bersemangat. Elara bukan tipe ideal Reihan secara data. Dia tidak memiliki latar belakang teknologi, selera musiknya berlawanan dengan Reihan, dan dia cenderung spontan dan impulsif. Namun, ada sesuatu dalam interaksi mereka yang terasa begitu hidup, begitu nyata.
Dalam simulasi, Elara menunjukkan kepada Reihan keindahan dunia yang sering diabaikannya dalam kesibukannya dengan kode. Mereka berjalan-jalan di taman virtual yang dipenuhi bunga sakura, berdebat tentang makna seni, dan tertawa bersama di bawah hujan digital. Reihan, yang biasanya pendiam dan tertutup, mulai terbuka dan menunjukkan sisi dirinya yang lebih lembut dan rentan.
Anya mengamati semua ini dengan cermat. Dia menyadari bahwa matriks cinta yang dia ciptakan tidak seharusnya menjadi panduan yang kaku, tetapi peta fleksibel yang memungkinkan cinta untuk tumbuh secara alami. Dia memutuskan untuk memperkenalkan Reihan kepada Elara di dunia nyata, meskipun dengan sedikit modifikasi agar соответствовала apa yang dia ketahui tentang Reihan.
Pertemuan pertama mereka di dunia nyata canggung, namun penuh dengan potensi. Elara, seorang pelukis mural dengan rambut merah jambu dan mata berbinar, jauh lebih membumi daripada avatar virtualnya. Reihan, di sisi lain, merasa gugup dan tidak yakin harus berkata apa.
Namun, begitu mereka mulai berbicara tentang seni, tentang musik, tentang mimpi mereka, kebekuan mencair. Mereka menemukan bahwa mereka memiliki banyak kesamaan, meskipun dengan cara pandang yang berbeda. Mereka berdebat, tertawa, dan saling menantang, seperti yang mereka lakukan di simulasi.
Beberapa bulan kemudian, Anya menerima pesan dari Reihan. Dia menceritakan tentang kencan mereka di konser musik klasik, tentang perjalanan mereka ke kuil kuno yang masih bertahan di tengah gedung-gedung pencakar langit, tentang malam-malam yang mereka habiskan untuk berbagi mimpi dan ketakutan.
"Aku tidak tahu bagaimana kamu melakukannya, Anya," tulis Reihan. "Tapi kamu benar. Cinta tidak bisa diprediksi, tapi bisa dipupuk. Kamu memberiku kesempatan untuk menemukan keajaiban yang aku cari."
Anya tersenyum. Dia telah berhasil. Dia telah membuktikan bahwa bahkan di dunia yang didominasi oleh teknologi, cinta masih bisa menemukan jalannya, bahkan melalui matriks kasih yang kompleks. Pekerjaannya sebagai Arsitek Cinta bukan hanya tentang mencocokkan data, tapi tentang menciptakan ruang di mana keajaiban bisa terjadi.
Dia menutup layar AR-nya, dan membiarkan debu digital kembali berputar. Malam ini, Anya akan membiarkan algoritmanya beristirahat. Dia ingin menikmati kesunyian, dan merenungkan betapa misterius dan indahnya cinta, sebuah persamaan yang tidak pernah bisa sepenuhnya dipecahkan. Dan mungkin, hanya mungkin, dia akan mulai mencari "keajaiban" untuk dirinya sendiri.