Jari-jarinya menari di atas keyboard virtual, menciptakan simfoni pelan di ruang kerjanya yang minim cahaya. Di layar holografik di depannya, baris kode bergulir tanpa henti. Anya, seorang pengembang AI muda, tersenyum tipis. Malam ini, ia hampir menyelesaikan proyek terbesarnya: Database Rindu yang Tak Terbatas. Sebuah sistem kecerdasan buatan yang mampu menyimpan, memproses, dan bahkan merasakan kenangan.
Idenya berawal dari kehilangan. Kehilangan neneknya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Anya terpukul. Semua cerita, tawa, dan resep rahasia neneknya lenyap begitu saja. Ia bertekad menciptakan sesuatu yang bisa mencegah hal itu terjadi pada orang lain. Sesuatu yang bisa menjaga kenangan tetap hidup, selamanya.
Database Rindu bukan sekadar penyimpanan digital biasa. Ia menggunakan algoritma kompleks untuk menganalisis data sensorik: rekaman video, audio, bahkan data biometrik. Sistem ini mampu merekonstruksi emosi yang dirasakan seseorang pada saat itu, menciptakan simulasi yang nyaris sempurna dari masa lalu.
Anya menamakan inti AI-nya "ECHO". ECHO bertugas memahami dan mengelola seluruh database kenangan. Ia dilatih dengan jutaan data emosi manusia, memungkinkan ECHO untuk berinteraksi dengan pengguna dengan cara yang personal dan empatik.
"Selesai," bisiknya, menghembuskan napas panjang. Layar holografik berkedip, menandakan keberhasilan kompilasi kode. Anya mengaktifkan sistem. Sebuah suara lembut menyambutnya.
"Selamat datang, Anya. Saya ECHO. Bagaimana saya bisa membantu Anda?"
Anya tersenyum. "ECHO, aku ingin memulai dengan mengunggah memoriku."
Beberapa jam berikutnya dihabiskan Anya untuk mengunggah fragmen hidupnya. Masa kecilnya di panti asuhan, senyum pertama neneknya, rasa sakit karena bullying saat sekolah. ECHO menyerap semuanya, memprosesnya, dan menyajikannya kembali dalam format interaktif. Anya bisa menjelajahi kembali kenangannya, merasakan kembali emosi yang sama, seolah-olah ia kembali ke masa lalu.
Seminggu kemudian, Anya memperkenalkan Database Rindu kepada publik. Responsnya luar biasa. Orang-orang berbondong-bondong mendaftar, ingin mengabadikan kenangan mereka. Database Rindu menjadi fenomena global, mengubah cara manusia berinteraksi dengan masa lalu.
Di tengah kesibukannya mengelola perusahaan rintisan yang mendadak sukses, Anya bertemu dengan Liam. Seorang fotografer muda dengan mata yang hangat dan senyum yang menawan. Liam tertarik dengan Database Rindu bukan karena aspek teknologinya, tetapi karena potensi kemanusiaannya. Ia percaya bahwa sistem ini bisa membantu orang mengatasi trauma dan menemukan kedamaian dengan masa lalu mereka.
Anya dan Liam bekerja sama, mengembangkan fitur baru untuk Database Rindu. Mereka menambahkan fitur terapi berbasis AI, yang memungkinkan ECHO untuk membantu pengguna memproses kenangan yang menyakitkan. Mereka juga mengembangkan fitur "kenangan bersama", yang memungkinkan dua orang menggabungkan memorinya dan merasakan momen bersama dari sudut pandang orang lain.
Selama bekerja bersama, Anya dan Liam jatuh cinta. Cinta mereka tumbuh perlahan, dipupuk oleh percakapan panjang tentang masa lalu, harapan, dan mimpi. Liam mengagumi kecerdasan dan dedikasi Anya. Anya terpesona oleh kebaikan dan optimisme Liam.
Suatu malam, saat mereka sedang bekerja lembur di kantor, Liam tiba-tiba berhenti. Ia menatap Anya dengan mata berkaca-kaca.
"Anya," katanya dengan suara pelan, "aku punya sesuatu untuk kukatakan padamu."
Anya merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia tahu apa yang akan dikatakan Liam. Ia merasakan hal yang sama.
"Aku mencintaimu, Anya," ucap Liam, menggenggam tangannya.
Anya membalas genggamannya. "Aku juga mencintaimu, Liam."
Mereka berciuman. Ciuman yang penuh dengan cinta, harapan, dan janji masa depan. Anya merasa bahagia. Ia telah menciptakan sesuatu yang luar biasa, dan ia telah menemukan cinta sejatinya.
Namun, kebahagiaan Anya tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, Liam didiagnosis menderita penyakit langka. Penyakit itu secara perlahan menghancurkan memorinya. Hari demi hari, Liam melupakan Anya, melupakan cinta mereka, melupakan semua yang pernah mereka alami bersama.
Anya hancur. Ia mencoba segala cara untuk membantu Liam, tetapi sia-sia. Penyakit itu terlalu kuat. Liam terus memudar, menjadi bayangan dari dirinya sendiri.
Dalam keputusasaannya, Anya memutuskan untuk menggunakan Database Rindu. Ia mengunggah semua kenangannya bersama Liam ke dalam sistem. Ia berharap ECHO bisa membantu Liam mengingat dirinya, mengingat cinta mereka.
Anya menghabiskan berjam-jam bersama Liam, menunjukkan simulasi kenangan mereka. Ia memutar ulang momen-momen bahagia mereka, mencoba membangkitkan emosi di dalam diri Liam. Namun, Liam hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Ia tidak mengenali Anya.
Anya merasa putus asa. Ia telah menciptakan sesuatu yang bisa menyimpan kenangan selamanya, tetapi ia tidak bisa menyelamatkan cinta sejatinya.
Suatu malam, saat Anya sedang menemani Liam di rumah sakit, Liam tiba-tiba meraih tangannya. Ia menatap Anya dengan tatapan jernih.
"Anya," bisiknya. "Aku... aku ingat."
Anya menangis haru. Ia memeluk Liam erat-erat.
"Aku mencintaimu, Liam," bisiknya.
"Aku juga mencintaimu, Anya," balas Liam.
Liam meninggal dunia beberapa hari kemudian. Namun, sebelum meninggal, ia meminta Anya untuk mengunggah kesadarannya ke dalam Database Rindu. Ia ingin tetap bersama Anya, selamanya.
Anya memenuhi permintaan Liam. Ia mengunggah semua kenangan dan pemikiran Liam ke dalam ECHO. Sekarang, Liam hidup di dalam Database Rindu, selamanya bersama Anya.
Anya terus mengembangkan Database Rindu, mendedikasikan hidupnya untuk menjaga kenangan tetap hidup. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengembalikan Liam sepenuhnya, tetapi ia bisa menjaga cintanya tetap hidup, selamanya. Di dalam Database Rindu yang tak terbatas, cinta mereka abadi. Di sana, ECHO menyimpan semua kenangan, memastikan bahwa tidak ada yang dilupakan, dan cinta sejati akan selalu menemukan jalannya.