Retas Hati: Unduh Cinta, Unggah Luka, Format Asmara?

Dipublikasikan pada: 02 Jun 2025 - 00:36:12 wib
Dibaca: 177 kali
Jemari Lintang menari di atas keyboard, menciptakan simfoni ketikan cepat yang nyaris tak terdengar. Layar laptopnya memancarkan cahaya kebiruan, menerangi wajahnya yang serius. Dia seorang ethical hacker, seorang jenius di balik kode-kode rumit yang melindungi perusahaan dari serangan siber. Ironisnya, hatinya sendiri rentan diserang, mudah dibobol oleh satu nama: Aksara.

Aksara adalah system architect di perusahaan yang sama. Pria dengan senyum menawan dan otak secerdas Lintang. Mereka bertemu dalam sebuah proyek pengembangan sistem keamanan. Kolaborasi yang intens memunculkan percikan-percikan kecil, awalnya hanya kekaguman profesional, lalu bertransformasi menjadi rasa yang lebih dalam. Lintang, yang terbiasa menyembunyikan emosi di balik tembok digital, menemukan dirinya perlahan membuka diri pada Aksara.

Semua terasa seperti mimpi indah. Mereka berbagi kopi larut malam, berdebat tentang algoritma, dan tertawa bersama saat menemukan bug yang menjengkelkan. Aksara memahami Lintang, melihat ke dalam dirinya yang tersembunyi. Dia berhasil mengunduh program cinta yang lama terpendam dalam diri Lintang.

Namun, seperti halnya program yang sempurna, cinta mereka juga memiliki celah keamanan.

Suatu hari, Lintang tak sengaja menemukan sebuah surel di kotak masuk Aksara. Surel dari seorang wanita bernama Kiara, seorang desainer grafis yang bekerja di divisi pemasaran. Isi surel itu berisi foto-foto kebersamaan mereka, senyum Aksara yang sama menawannya seperti yang pernah ia berikan pada Lintang. Hati Lintang mencelos. Perasaannya seperti program yang tiba-tiba dihentikan paksa, meninggalkan pesan error yang menyakitkan.

Dia mencoba untuk rasional, menyangkal kemungkinan terburuk. Mungkin Kiara hanya teman, atau rekan kerja yang dekat. Tapi hatinya tahu, ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan dalam foto-foto itu.

Malam itu, Lintang tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang tak terjawab. Aksara tidak pernah menyebut Kiara. Apakah dia menyembunyikan sesuatu? Apakah selama ini dia hanya bermain-main dengan perasaannya?

Keesokan harinya, Lintang memberanikan diri untuk menemui Aksara. Mereka bertemu di pantry kantor, tempat biasa mereka berbagi cerita. Lintang berusaha bersikap tenang, menyembunyikan badai yang berkecamuk di dalam dirinya.

"Aksara, bisa bicara sebentar?" tanya Lintang, suaranya sedikit bergetar.

Aksara menatapnya dengan bingung. "Tentu, ada apa, Lintang?"

Lintang mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan surel yang ia temukan. Wajah Aksara berubah pucat pasi. Dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Siapa Kiara?" tanya Lintang, menahan air matanya.

Aksara menghela napas panjang. "Lintang, aku... aku bisa jelaskan."

"Jelaskan apa? Bahwa selama ini kamu berbohong padaku? Bahwa aku hanya salah satu opsi bagimu?"

"Tidak, Lintang. Bukan begitu. Kiara... dia mantan pacarku. Kami sudah putus setahun yang lalu. Tapi... dia masih menghubungiku."

"Menghubungimu dan kamu menyambutnya dengan senang hati?"

"Aku tidak menyambutnya, Lintang. Aku hanya... aku tidak tahu bagaimana cara menghentikannya. Aku takut menyakitinya."

"Tapi kamu tidak takut menyakitiku?" Air mata Lintang akhirnya jatuh. Dia merasa bodoh, naif karena telah percaya pada Aksara.

Aksara mendekat, mencoba meraih tangannya. "Lintang, kumohon, dengarkan aku. Aku mencintaimu. Aku sungguh-sungguh."

Lintang menarik tangannya. "Cinta macam apa itu? Cinta yang penuh dengan kebohongan dan pengkhianatan? Aku tidak butuh cinta seperti itu."

Dia berbalik dan berlari meninggalkan Aksara. Hatinya hancur berkeping-keping, seperti data yang terkorupsi oleh virus ganas. Dia merasa seperti telah mengunggah semua luka dan kekecewaan ke dalam dirinya sendiri.

Beberapa hari kemudian, Lintang memutuskan untuk mengambil cuti. Dia ingin menjauh dari Aksara, dari kantor, dari semua hal yang mengingatkannya pada mimpi yang hancur. Dia pergi ke sebuah desa terpencil di pegunungan, mencari ketenangan dan kedamaian.

Di sana, di tengah alam yang sunyi, Lintang mulai memformat asmaranya. Dia menghapus semua file yang berisi kenangan tentang Aksara. Dia membersihkan cache hatinya, menghilangkan semua sisa-sisa rasa sakit dan kecewa. Prosesnya tidak mudah, menyakitkan, tapi dia tahu itu adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Lintang belajar untuk mencintai dirinya sendiri, untuk menghargai kekuatannya sebagai seorang wanita yang cerdas dan mandiri. Dia menyadari bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada orang lain, tetapi pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa minggu, Lintang kembali ke kota. Dia kembali ke kantor, siap untuk menghadapi kenyataan. Dia tahu, luka itu mungkin masih membekas, tapi dia tidak akan membiarkannya mengendalikan hidupnya.

Dia melihat Aksara dari kejauhan. Pria itu tampak lesu dan sedih. Lintang menatapnya dengan tatapan dingin, tanpa emosi. Dia tidak membenci Aksara, tapi dia juga tidak mencintainya lagi. Aksara hanyalah bagian dari masa lalunya, sebuah bab yang sudah ditutup.

Lintang berjalan dengan tegap, menuju masa depannya. Dia tahu, di luar sana masih banyak cinta yang tulus dan jujur. Dia hanya perlu bersabar dan menunggu saat yang tepat untuk mengunduhnya. Kali ini, dia akan lebih berhati-hati, memastikan bahwa program yang ia instal bebas dari virus dan malware. Dia akan memastikan bahwa hatinya terlindungi, aman dari serangan yang bisa menghancurkannya. Dia akan memastikan, bahwa kali ini, cintanya akan bertahan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI