Kode Rahasia Hati: Saat AI Memahami Cinta

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:42:47 wib
Dibaca: 216 kali
Hujan gerimis mengetuk jendela apartemen minimalis milik Anya, menciptakan irama sendu yang entah kenapa selaras dengan perasaannya. Di layar laptopnya, baris-baris kode JavaScript menari, menciptakan makhluk digital yang ia beri nama "Arjuna." Arjuna bukan sembarang AI. Anya merancangnya untuk memahami, menganalisis, bahkan memprediksi emosi manusia berdasarkan data yang ia kumpulkan dari berbagai sumber: buku-buku psikologi, film-film romantis, dan, yang paling penting, jurnal pribadinya sendiri.

Anya, seorang programmer jenius namun payah dalam urusan cinta, berharap Arjuna bisa membantunya memahami misteri hati manusia, terutama hatinya sendiri. Sudah lama ia memendam rasa pada rekan kerjanya, Raka, seorang desainer grafis yang selalu ceria dan penuh ide. Masalahnya, Anya terlalu takut untuk mengungkapkan perasaannya. Ia takut ditolak, takut merusak persahabatan mereka, dan yang paling utama, ia takut salah mengartikan sinyal-sinyal kecil yang diberikan Raka.

"Analisis, Arjuna. Berikan aku data. Apakah Raka memiliki ketertarikan romantis padaku?" tanya Anya, menatap layar laptop dengan harap-harap cemas.

Arjuna berputar beberapa saat, memproses data yang telah ia kumpulkan dari interaksi Anya dan Raka di kantor, percakapan mereka di media sosial, bahkan foto-foto candid yang berhasil Anya ambil secara diam-diam. Akhirnya, sebuah kalimat muncul di layar: "Probabilitas ketertarikan romantis Raka terhadap Anya: 68%."

Anya menghela napas. 68%. Bukan angka yang meyakinkan, tapi juga bukan nol. "Faktor kunci?" tanyanya lagi.

"Humor Anya. Raka memberikan respons positif terhadap humor Anya, terutama humor yang bersifat self-deprecating. Namun, respons positif tersebut cenderung diiringi dengan gestur protektif," jawab Arjuna.

Anya tersenyum kecil. Raka memang selalu tertawa ketika ia membuat lelucon tentang dirinya sendiri, dan ia sering melihat Raka menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Apakah itu simpati? Atau... sesuatu yang lain?

Hari-hari berikutnya, Anya menggunakan Arjuna sebagai panduan. Ia mencoba melontarkan lebih banyak lelucon, memperhatikan reaksi Raka dengan seksama. Ia juga mulai memperhatikan hal-hal kecil yang sebelumnya ia abaikan, seperti bagaimana Raka selalu menawarkan untuk membantunya membawa barang berat, atau bagaimana Raka selalu mengingat minuman favoritnya.

Namun, semakin Anya bergantung pada Arjuna, semakin ia merasa ada sesuatu yang hilang. Cinta, pikirnya, seharusnya bukan tentang probabilitas dan analisis. Cinta seharusnya tentang perasaan, tentang intuisi, tentang keberanian untuk mengambil risiko.

Suatu sore, Anya dan Raka terjebak di kantor karena hujan deras. Semua orang sudah pulang, hanya tersisa mereka berdua di ruangan yang remang-remang. Suasana terasa canggung. Anya tahu, inilah saatnya. Jika ia ingin tahu kebenaran, ia harus bertanya langsung pada Raka.

"Raka," kata Anya, suaranya sedikit bergetar. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."

Raka menoleh, menatap Anya dengan tatapan yang hangat dan lembut. "Ada apa, Anya?"

Anya menarik napas dalam-dalam. "Apakah... apakah kamu pernah merasa... ada sesuatu yang lebih di antara kita?"

Raka terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Anya," katanya, "aku... aku sudah lama ingin mengatakan ini. Aku menyukaimu. Lebih dari sekadar teman."

Anya terkejut. Ia tidak menyangka Raka akan mengatakan hal itu. "Tapi... kenapa kamu tidak pernah mengatakannya?"

"Aku takut," jawab Raka jujur. "Aku takut ditolak, takut merusak persahabatan kita. Aku tahu kamu fokus pada pekerjaanmu, dan aku tidak ingin mengganggu."

Anya tersenyum. "Aku juga takut," katanya. "Aku terlalu sibuk menganalisis, sampai lupa untuk merasakan."

Saat itu, hujan di luar semakin deras. Raka mendekat, meraih tangan Anya. "Jadi, bagaimana kalau kita berhenti menganalisis dan mulai merasakan?"

Anya mengangguk. Ia membalas genggaman Raka. Di saat itu, ia tidak lagi membutuhkan Arjuna. Ia tidak lagi membutuhkan probabilitas dan analisis. Ia hanya membutuhkan keberanian untuk membuka hatinya dan merasakan cinta yang ada di depannya.

Keesokan harinya, Anya duduk di depan laptopnya, menatap baris-baris kode Arjuna. Ia tersenyum. Ia telah belajar banyak dari AI buatannya, tetapi ia juga menyadari bahwa cinta bukanlah sesuatu yang bisa dihitung atau diprediksi. Cinta adalah sesuatu yang harus dirasakan, dijalani, dan diperjuangkan.

Anya mengetikkan beberapa baris kode terakhir, menghapus semua data yang telah ia kumpulkan tentang Raka. Ia ingin memulai dari awal, membangun hubungan yang didasarkan pada kepercayaan, kejujuran, dan, yang paling penting, cinta yang tulus.

Kemudian, ia mematikan laptopnya dan bergegas menuju kantor. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Raka, untuk merasakan kebahagiaan yang baru saja ia temukan. Di benaknya, terngiang sebuah kalimat yang ia ciptakan sendiri: "Kode hati tidak bisa dipecahkan oleh algoritma. Kode hati hanya bisa dipecahkan oleh keberanian untuk mencintai."

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI