Deburan ombak di Pantai Sanur selalu menenangkannya. Alya memejamkan mata, membiarkan angin laut membelai wajahnya yang lesu. Sudah sebulan sejak perpisahannya dengan Raka, dan rasa sakitnya masih menganga seperti luka yang enggan mengering. Di sela jari-jarinya, ponselnya bergetar. Notifikasi dari aplikasi aneh yang baru diunduhnya semalam: "Aplikasi Hati: Siap Memulai Petualangan Cinta Baru?"
Alya mendengus. Petualangan cinta baru? Seolah semudah mengunduh aplikasi. Tapi, rasa penasarannya mengalahkan skeptisisme. Ia membuka aplikasi itu. Tampilannya minimalis, didominasi warna pastel yang menenangkan. Setelah melewati serangkaian pertanyaan psikologis yang cukup mendalam, aplikasi itu menyuguhkan satu nama: Arion.
Profil Arion menampilkan foto seorang pria dengan senyum teduh dan mata yang seolah menyimpan cerita. Profesi: Arsitek Lanskap. Hobi: Membaca puisi dan mendaki gunung. Kecocokan: 92%. Terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan, pikir Alya.
Ia menekan tombol "Mulai Obrolan". Balasan datang hampir seketika.
"Hai, Alya. Senang bisa berkenalan denganmu."
Alya ragu-ragu mengetik balasan. "Hai, Arion. Aplikasi ini cukup...unik."
Percakapan mereka mengalir begitu saja. Arion ternyata bukan hanya tampan di foto, tapi juga memiliki selera humor yang cerdas dan kepedulian yang tulus. Mereka membahas banyak hal, mulai dari buku favorit hingga mimpi-mimpi yang belum terwujud. Alya merasa nyaman, sesuatu yang lama tidak ia rasakan.
Setelah seminggu obrolan intensif, Arion mengajaknya bertemu. Alya, yang biasanya sangat berhati-hati, tanpa ragu mengiyakan. Mereka janjian di sebuah kedai kopi kecil di Ubud.
Saat Arion tiba, Alya terpana. Ia persis seperti yang dibayangkannya, bahkan lebih. Senyumnya menular, matanya berbinar-binar. Sore itu, mereka menghabiskan waktu berjam-jam, bercerita dan tertawa seolah sudah saling kenal sejak lama.
Arion tidak mencoba menggantikan Raka. Ia tidak berusaha menghibur Alya dengan janji-janji manis. Ia hanya hadir, mendengarkan, dan menawarkan bahunya untuk bersandar. Kehadirannya terasa seperti oase di tengah gurun kesedihan.
Hari-hari berikutnya, Alya dan Arion semakin dekat. Mereka menjelajahi Bali bersama, mendaki gunung Batur saat matahari terbit, menikmati sunset di Tanah Lot, dan bercengkerama di bawah bintang-bintang di Pantai Jimbaran. Alya mulai merasakan getaran-getaran asing di dadanya. Ia mulai jatuh cinta lagi.
Namun, di tengah kebahagiaan yang mulai tumbuh, Alya dihantui keraguan. Aplikasi Hati terlalu sempurna. Kecocokan mereka terlalu tinggi. Apakah ini cinta sejati, atau hanya produk dari algoritma canggih?
Suatu malam, saat mereka duduk berdua di tepi pantai, Alya memberanikan diri bertanya. "Arion, bagaimana menurutmu tentang aplikasi ini? Apakah kamu percaya bahwa cinta bisa ditemukan lewat aplikasi?"
Arion tersenyum lembut. "Aku percaya bahwa aplikasi hanyalah alat. Ia bisa mempertemukan kita, tapi selanjutnya terserah kita. Apakah kita mau membuka hati, apakah kita mau memberi kesempatan pada cinta untuk tumbuh."
Alya terdiam. Jawaban Arion membuatnya lega, tapi juga semakin penasaran. "Tapi, bagaimana kalau aplikasi ini memanipulasi kita? Bagaimana kalau semua ini hanya ilusi?"
Arion menggenggam tangan Alya. "Alya, lihat aku. Apa yang kamu rasakan saat ini? Apakah itu ilusi? Apakah kebahagiaan yang kamu rasakan saat bersamaku palsu?"
Alya menatap mata Arion. Ia melihat ketulusan, kejujuran, dan cinta. Ia menggelengkan kepala. "Tidak. Ini nyata."
"Kalau begitu, jangan biarkan keraguanmu menghancurkan apa yang kita miliki. Percayalah pada hatimu, Alya. Percayalah pada cinta."
Malam itu, Alya memutuskan untuk membuang semua keraguan. Ia memilih untuk percaya pada perasaannya, pada Arion, dan pada kekuatan cinta. Ia menghapus aplikasi Hati dari ponselnya.
Beberapa bulan kemudian, Alya dan Arion berdiri di pelaminan, mengucapkan janji suci sehidup semati. Di antara para tamu undangan, Alya melihat seorang pria berjas rapi yang berdiri agak jauh dari kerumunan. Ia adalah pengembang Aplikasi Hati. Ia tersenyum pada Alya, lalu menghilang di antara kerumunan.
Alya tidak tahu apa motif pria itu membuat aplikasi itu. Ia tidak tahu apakah cinta mereka benar-benar hasil dari algoritma. Tapi, satu hal yang pasti, ia telah menemukan kebahagiaan sejati bersama Arion.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka sedang menikmati kopi di teras rumah mereka yang dikelilingi taman indah hasil rancangan Arion, Alya bertanya, "Arion, apa kamu pernah berpikir untuk mengunduh aplikasi kencan sebelum bertemu denganku?"
Arion tertawa. "Tidak pernah. Aku selalu percaya bahwa cinta akan menemukan jalannya sendiri. Mungkin aplikasi itu hanya sedikit membantu."
Alya tersenyum. "Mungkin juga. Tapi, aku bersyukur. Aku bersyukur karena aplikasi itu telah membawamu kepadaku."
Arion mencium kening Alya. "Aku juga bersyukur, Sayang. Sangat bersyukur."
Alya menyandarkan kepalanya di bahu Arion. Ia tahu, luka masa lalu mungkin tidak akan pernah benar-benar hilang. Tapi, cinta Arion telah menyembuhkan hatinya, membuatnya utuh kembali. Aplikasi Hati mungkin hanya perantara, tapi cinta sejatilah yang telah mengunduh kebahagiaan dan menghapus luka. Dan itu, lebih dari cukup.