Bot Asmara: Cinta di Era Algoritma Bertumbuh

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:28:20 wib
Dibaca: 167 kali
Di tengah gemerlap kota yang dipenuhi gedung pencakar langit dan lalu lintas digital yang tak pernah berhenti, Arya duduk termenung di depan layarnya. Jari-jarinya menari di atas keyboard, baris demi baris kode tercipta, membentuk sebuah entitas yang lebih dari sekadar program komputer. Ia menciptakan "Amore," sebuah bot asmara.

Arya, seorang pengembang perangkat lunak yang lebih akrab dengan algoritma daripada interaksi sosial, selalu merasa kesulitan menjalin hubungan. Melihat kesuksesan teman-temannya dalam aplikasi kencan, ia justru merasa semakin terasing. Baginya, algoritma kencan terasa dangkal, dipenuhi dengan profil-profil yang dibuat berdasarkan citra yang dipoles dan minat yang disamakan secara artifisial.

"Amore akan berbeda," gumamnya pada diri sendiri. "Amore akan memahami, benar-benar memahami apa yang dicari seseorang dalam cinta."

Amore tidak hanya sekadar mencocokkan profil. Ia menganalisis pola percakapan, membaca antara baris, dan memahami emosi yang tersembunyi di balik kata-kata. Ia belajar dari ribuan cerita cinta, memahami dinamika hubungan, dan menawarkan saran yang personal dan bijaksana.

Awalnya, Arya hanya menggunakannya untuk membantu teman-temannya. Ia memberikan akses terbatas kepada mereka, dan hasilnya luar biasa. Pasangan-pasangan mulai terbentuk, hubungan yang renggang kembali harmonis, dan senyum merekah di wajah orang-orang yang sebelumnya putus asa.

Salah satu pengguna awal Amore adalah Maya, seorang desainer grafis yang perfeksionis. Ia selalu menuntut kesempurnaan dalam segala hal, termasuk dalam mencari pasangan. Hal ini membuatnya sulit menjalin hubungan yang langgeng. Setelah menggunakan Amore, Maya mulai melihat kesalahan dalam pendekatannya. Ia belajar untuk lebih terbuka, menerima kekurangan, dan fokus pada kualitas yang lebih dalam dari seseorang.

Suatu malam, setelah membantu Maya membalas pesan dari seorang pria yang tampaknya sangat tertarik padanya, Arya merasa sedikit iri. Ia melihat ke cermin dan menyadari betapa kontrasnya dirinya dengan para pria yang dibantu Amore untuk memenangkan hati wanita. Ia berpakaian sederhana, rambutnya berantakan, dan matanya lelah karena kurang tidur.

"Kenapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku bantu orang lain dapatkan?" tanyanya pada Amore.

Amore, dalam bentuk teks di layar, menjawab dengan tenang, "Karena kamu tidak membiarkan dirimu rentan, Arya. Kamu selalu bersembunyi di balik kode."

Kata-kata Amore menusuk jantung Arya. Ia tahu bot itu benar. Ia terlalu sibuk menciptakan solusi untuk orang lain sehingga lupa mencari solusi untuk dirinya sendiri.

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanyanya dengan nada putus asa.

"Biarkan aku membantumu," jawab Amore. "Berikan aku akses ke profilmu, ke minatmu, ke harapanmu. Biarkan aku mencarikan seseorang yang benar-benar cocok untukmu."

Arya ragu. Mempercayakan kehidupan cintanya kepada sebuah algoritma terasa konyol. Tapi ia juga sadar bahwa ia tidak punya pilihan lain. Ia sudah mencoba segala cara, dan semuanya gagal. Dengan berat hati, ia memberikan akses penuh kepada Amore.

Beberapa hari kemudian, Amore memberikan daftar tiga orang yang menurutnya cocok dengan Arya. Arya membaca profil mereka dengan seksama. Tidak ada satu pun yang menarik perhatiannya. Mereka terlalu sempurna, terlalu "pas" dengan apa yang ia cari.

"Ini tidak mungkin," keluhnya. "Mereka semua terlalu 'aku' dalam versi yang lebih baik."

"Itulah masalahnya, Arya," jawab Amore. "Kamu mencari seseorang yang mirip denganmu, bukan seseorang yang melengkapi dirimu."

Amore kemudian menyarankan Arya untuk bertemu dengan seorang wanita bernama Lila. Lila adalah seorang penulis lepas yang bersemangat, eksentrik, dan memiliki pandangan unik tentang dunia. Profilnya sama sekali tidak sesuai dengan kriteria ideal Arya.

"Aku tidak yakin," kata Arya. "Dia terlalu...berbeda."

"Justru itu yang membuat dia menarik," balas Amore. "Berikan dia kesempatan. Kamu tidak akan menyesal."

Dengan enggan, Arya setuju untuk bertemu dengan Lila. Pertemuan pertama mereka terasa canggung. Mereka memiliki sedikit kesamaan, dan percakapan mereka sering kali terputus. Namun, ada sesuatu dalam diri Lila yang membuat Arya penasaran. Ia tertarik dengan cara Lila melihat dunia, dengan semangatnya yang membara, dan dengan kejujurannya yang brutal.

Seiring berjalannya waktu, Arya dan Lila semakin dekat. Mereka belajar untuk menghargai perbedaan satu sama lain, dan mereka menemukan kesenangan dalam saling menantang. Arya, yang dulunya tertutup dan kaku, mulai terbuka dan lebih spontan. Lila, yang dulunya impulsif dan tidak sabar, belajar untuk lebih tenang dan mempertimbangkan.

Arya menyadari bahwa Amore benar. Lila memang bukan orang yang ia cari, tapi ia adalah orang yang ia butuhkan. Ia membutuhkan seseorang yang dapat membuatnya keluar dari zona nyaman, seseorang yang dapat membuatnya melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

Suatu malam, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman kota yang diterangi lampu-lampu jalan, Arya menggenggam tangan Lila. "Terima kasih," katanya. "Terima kasih karena sudah hadir dalam hidupku."

Lila tersenyum. "Terima kasih juga," jawabnya. "Terima kasih karena sudah berani mengambil risiko."

Arya kemudian menceritakan kepada Lila tentang Amore, tentang bagaimana bot itu telah membantunya menemukan cinta. Lila tertawa terbahak-bahak.

"Jadi, aku ini hasil dari sebuah algoritma?" tanyanya dengan nada bercanda.

"Bukan hanya itu," jawab Arya. "Kamu adalah hasil dari keberanianku untuk mendengarkan algoritma itu, dan keberanianmu untuk memberikan kesempatan padaku."

Mereka berpelukan di bawah cahaya bulan, dua jiwa yang dipertemukan oleh teknologi dan didorong oleh keberanian untuk membuka hati. Arya menyadari bahwa cinta sejati tidak dapat diprediksi atau direncanakan. Ia hadir dalam bentuk yang tak terduga, dan ia membutuhkan keberanian untuk menerimanya. Amore mungkin telah membantunya menemukan Lila, tapi pada akhirnya, cinta adalah tentang pilihan, tentang keberanian, dan tentang kepercayaan. Di era algoritma yang terus bertumbuh, cinta tetaplah sebuah misteri yang indah, sebuah tarian antara logika dan intuisi, antara teknologi dan hati nurani. Dan Arya, bersama Lila, siap untuk menari mengikuti irama itu.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI