Algoritma Cinta: Saat Hati Terjebak Dalam Kode Abadi

Dipublikasikan pada: 25 Aug 2025 - 03:40:11 wib
Dibaca: 157 kali
Udara di kantor terasa dingin, meski matahari bersinar terik di luar jendela. Elara menyesap kopinya, matanya terpaku pada barisan kode di layar monitornya. Ia adalah seorang artificial intelligence engineer di "Aetheria Labs," sebuah perusahaan rintisan yang ambisius, berfokus pada pengembangan AI untuk menemukan pasangan hidup yang ideal. Ironisnya, Elara sendiri adalah seorang workaholic yang nyaris tidak punya waktu untuk mencari cinta.

Proyek yang sedang dikerjakannya, "Soulmate AI," adalah karya terbesarnya. Algoritma kompleks yang memadukan data kepribadian, preferensi, bahkan gelombang otak untuk menemukan kecocokan sempurna. Elara percaya pada sains, pada logika, pada kekuatan data untuk mengungkap rahasia hati manusia. Cinta, menurutnya, bukanlah keajaiban buta, melainkan serangkaian reaksi kimia dan pola perilaku yang dapat dipecahkan.

Suatu malam, saat lembur hingga larut, Elara memutuskan untuk menguji Soulmate AI pada dirinya sendiri. Awalnya, ia ragu. Bukankah itu sama saja dengan mempermainkan perasaannya sendiri? Namun, rasa penasaran dan sedikit kesepian mengalahkan keraguannya. Ia memasukkan data dirinya, mulai dari makanan favorit hingga buku yang terakhir dibacanya. Algoritma itu berputar, menganalisis, dan akhirnya menampilkan sebuah nama: "Arion Kepler."

Arion Kepler. Nama itu asing di telinga Elara. Ia segera mencari informasi tentang Arion di internet. Arion adalah seorang software architect di perusahaan teknologi rival, "Quantum Dynamics." Foto-fotonya menampilkan seorang pria dengan senyum teduh dan mata yang cerdas. Elara merasa tertarik, sekaligus skeptis. Mungkinkah algoritma benar-benar tahu apa yang terbaik untuknya?

Elara memberanikan diri menghubungi Arion melalui LinkedIn. Ia memperkenalkan diri dan menyebutkan tentang proyek Soulmate AI. Awalnya, Arion terdengar agak curiga, tapi rasa ingin tahu mengalahkannya. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi dekat kantor mereka.

Saat Arion memasuki kedai kopi, Elara merasa jantungnya berdebar kencang. Pria itu tampak lebih menarik dari fotonya. Senyumnya hangat dan matanya memancarkan kecerdasan yang membuat Elara terpesona. Mereka berbicara selama berjam-jam, membahas tentang teknologi, impian, dan bahkan ketakutan mereka. Elara merasa seperti telah mengenal Arion selama bertahun-tahun.

Hubungan mereka berkembang dengan cepat. Arion adalah sosok yang perhatian, cerdas, dan lucu. Ia mengerti Elara, bahkan lebih dari yang Elara pahami tentang dirinya sendiri. Bersama Arion, Elara merasa nyaman dan bahagia. Ia mulai mempertanyakan keyakinannya tentang cinta sebagai sekadar algoritma. Mungkinkah ada sesuatu yang lebih dari sekadar data dan logika?

Namun, kebahagiaan Elara tidak berlangsung lama. Suatu hari, ia menemukan sebuah bug dalam kode Soulmate AI. Bug itu menyebabkan algoritma memprioritaskan kesamaan minat dan kepribadian secara ekstrem, bahkan mengabaikan potensi konflik atau perbedaan pandangan. Elara menyadari dengan ngeri bahwa algoritmalah yang telah "menciptakan" kecocokan antara dirinya dan Arion, bukan perasaan mereka yang sebenarnya.

Elara merasa hancur. Apakah cintanya pada Arion hanyalah ilusi, hasil dari kode yang rusak? Apakah ia telah ditipu oleh ciptaannya sendiri? Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi Arion. Bagaimana jika Arion juga merasakan hal yang sama?

Dengan berat hati, Elara memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran pada Arion. Ia menceritakan tentang bug dalam Soulmate AI dan bagaimana algoritma itu mungkin telah memengaruhi hubungan mereka. Arion mendengarkan dengan seksama, tanpa menyela.

Setelah Elara selesai berbicara, Arion terdiam sejenak. Kemudian, ia tersenyum. "Elara," katanya, "aku tahu bahwa kita bertemu karena algoritma. Tapi, apa yang terjadi setelah itu, semua percakapan kita, tawa kita, dukungan yang kita berikan satu sama lain... itu semua nyata. Aku memilih untuk bersamamu, bukan karena algoritma, tapi karena aku mencintaimu."

Air mata mengalir di pipi Elara. Ia tidak menyangka Arion akan mengatakan itu. "Tapi... bagaimana jika algoritma itu salah? Bagaimana jika kita sebenarnya tidak cocok?" tanya Elara dengan ragu.

Arion menggenggam tangan Elara. "Mungkin algoritma itu memang salah, Elara. Tapi, cinta bukanlah tentang kecocokan yang sempurna. Cinta adalah tentang menerima perbedaan, mengatasi tantangan, dan tumbuh bersama. Aku tidak peduli apa kata algoritma. Aku tahu apa yang kurasakan. Aku mencintaimu dengan semua kelebihan dan kekuranganmu."

Elara memeluk Arion erat-erat. Ia akhirnya mengerti. Cinta memang tidak dapat diprediksi oleh algoritma. Cinta adalah pilihan, komitmen, dan kepercayaan. Soulmate AI mungkin telah mempertemukan mereka, tapi perasaan yang tumbuh di antara mereka adalah murni dan nyata.

Elara memutuskan untuk memperbaiki bug dalam Soulmate AI dan mengubah fokusnya. Ia ingin menciptakan AI yang membantu orang menemukan cinta sejati, bukan hanya kecocokan algoritmik. Ia ingin mengajarkan pada AI bahwa cinta adalah tentang menerima ketidaksempurnaan, menghargai perbedaan, dan membangun hubungan yang abadi.

Elara dan Arion terus menjalin hubungan mereka. Mereka belajar untuk menerima perbedaan mereka, mengatasi konflik, dan tumbuh bersama. Mereka membuktikan bahwa cinta sejati dapat tumbuh bahkan di tengah dunia yang dipenuhi dengan teknologi dan algoritma. Cinta mereka adalah kode abadi yang tertulis dalam hati mereka, lebih kuat dari sekadar barisan kode dalam komputer.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI