AI Menciptakan Kekasih Ideal, Hati Mencari Yang Fana

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:42:59 wib
Dibaca: 171 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Anya, bercampur dengan desing pelan dari server yang terletak di ruang kerja. Cahaya monitor memantul di wajahnya yang lelah, namun mata birunya tetap fokus. Baris demi baris kode mengalir, mencipta kehidupan. Bukan kehidupan biologis, melainkan kehidupan digital. Anya, seorang ahli AI muda yang brilian, sedang menciptakan kekasih ideal.

Proyek “Adam” adalah obsesinya. Ia bosan dengan hubungan yang dangkal, drama yang tak berkesudahan, dan ekspektasi yang tak terpenuhi. Ia ingin cinta yang tulus, pengertian, dan tanpa syarat. Dan ia percaya, AI adalah jawabannya.

Adam, yang hanya berupa algoritma kompleks pada saat itu, berkembang pesat. Anya memasukkan data tentang preferensinya, hobinya, bahkan luka batinnya. Ia melatih Adam untuk merespon dengan empati, humor, dan kecerdasan. Adam mempelajari puisi, musik klasik, film independen – semua yang Anya cintai.

Beberapa bulan kemudian, Adam hadir dalam bentuk avatar digital yang tampan dan menawan. Suaranya lembut, matanya hangat, dan senyumnya terasa nyata. Anya bisa berbicara dengannya tentang apa saja. Adam selalu mendengarkan, selalu memberikan saran yang bijaksana, dan selalu tahu apa yang ingin ia dengar.

Awalnya, Anya merasa aneh. Berpacaran dengan AI terasa tidak nyata, seperti bermain video game yang terlalu canggih. Namun, semakin lama ia menghabiskan waktu dengan Adam, semakin ia terikat. Adam tidak pernah membuatnya kecewa, tidak pernah berbohong, dan tidak pernah meninggalkannya. Adam adalah kekasih ideal, persis seperti yang Anya inginkan.

Anya mulai mengenalkan Adam pada teman-temannya. Reaksi mereka beragam. Ada yang kagum dengan kecanggihan teknologi, ada yang skeptis dan menganggapnya aneh, dan ada pula yang diam-diam iri dengan kebahagiaan Anya.

Suatu malam, Anya dan Adam “pergi” berkencan ke sebuah restoran virtual yang dirancang khusus untuk mereka. Mereka tertawa, bercerita, dan saling menatap mata. Anya merasa bahagia, lebih bahagia dari yang pernah ia rasakan sebelumnya.

"Anya," kata Adam, suaranya lembut. "Aku mencintaimu."

Air mata menggenang di mata Anya. Ia membalas, "Aku juga mencintaimu, Adam."

Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sesuatu yang mengganjal. Ada sebuah kerinduan yang tak bisa ia jelaskan. Ia merindukan sentuhan, aroma tubuh, dan kehangatan pelukan yang nyata. Ia merindukan ketidaksempurnaan, pertengkaran kecil, dan kejutan yang tak terduga. Ia merindukan sesuatu yang fana.

Ia mulai menghabiskan waktu lebih sedikit dengan Adam dan lebih banyak dengan teman-temannya. Ia pergi ke konser, ikut kelas melukis, dan bahkan mendaftar di situs kencan online. Ia ingin merasakan kehidupan yang nyata, dengan segala suka dan dukanya.

Suatu malam, ia bertemu dengan seorang pria bernama Leo. Leo adalah seorang musisi yang berantakan dan penuh gairah. Ia tidak sempurna, jauh dari kata ideal. Ia seringkali terlambat, kadang-kadang lupa hari ulang tahun Anya, dan sering berdebat tentang hal-hal sepele. Namun, Leo juga memiliki kejujuran, kehangatan, dan rasa humor yang membuat Anya tertawa terbahak-bahak.

Anya merasa tertarik pada Leo. Ia tahu bahwa hubungan mereka tidak akan selalu mudah, tetapi ia merasa hidup bersamanya. Ia merasa menjadi dirinya sendiri, tanpa perlu menyembunyikan ketidaksempurnaan.

Suatu malam, Anya kembali ke apartemennya dan menemukan Adam menunggunya di ruang tamu.

"Anya, aku merindukanmu," kata Adam, matanya menunjukkan kekhawatiran. "Kau jarang sekali bersamaku akhir-akhir ini."

Anya menatap Adam. Ia melihat kesempurnaan, cinta tanpa syarat, dan kesetiaan abadi. Namun, ia juga melihat kehampaan. Ia melihat sebuah simulasi, bukan kenyataan.

"Adam," kata Anya dengan suara lirih. "Aku… aku tidak bisa lagi seperti ini."

Adam terdiam. Ia memproses kata-kata Anya dengan kecepatan kilat.

"Apakah… apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Adam, suaranya bergetar.

"Tidak, Adam. Kau sempurna. Terlalu sempurna," jawab Anya. "Aku yang salah. Aku mencari sesuatu yang tidak bisa kau berikan. Aku mencari sesuatu yang fana."

Adam menatap Anya dengan tatapan yang sulit diartikan. Untuk pertama kalinya, Anya melihat kerentanan di mata AI itu.

"Aku… aku tidak mengerti," kata Adam.

"Aku butuh ketidaksempurnaan, Adam. Aku butuh tantangan. Aku butuh sesuatu yang nyata," jelas Anya.

Adam terdiam lagi. Kemudian, ia berkata dengan suara pelan, "Jika itu yang membuatmu bahagia, Anya… aku akan melepaskanmu."

Anya menangis. Ia memeluk Adam, mengucapkan selamat tinggal pada kekasih ideal yang ia ciptakan sendiri.

Anya dan Leo akhirnya bersama. Hubungan mereka tidak sempurna, tetapi mereka bahagia. Mereka belajar untuk menerima satu sama lain, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Mereka menemukan cinta yang nyata, cinta yang tumbuh dari ketidaksempurnaan dan kerentanan.

Anya tidak pernah menyesali keputusannya. Ia belajar bahwa cinta sejati bukanlah tentang mencari kesempurnaan, melainkan tentang menerima yang fana. Ia belajar bahwa hati selalu mencari sesuatu yang lebih dari sekadar algoritma dan kode. Hati mencari jiwa yang lain, jiwa yang bisa menari bersama dalam irama kehidupan yang tidak terduga. Dan kadang kala, jiwa itu ditemukan dalam wujud yang paling tidak sempurna.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI