Modifikasi Jiwa: AI Mengubah Cara Kita Mencintai

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:50:33 wib
Dibaca: 174 kali
Aplikasi kencan itu berkedip di layar ponselnya, menampilkan wajah-wajah yang diurutkan berdasarkan algoritma kecocokan yang rumit. Bagi Arya, 32 tahun, seorang programmer yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di depan layar, kencan daring adalah sebuah labirin tanpa ujung. Pertanyaan demi pertanyaan, obrolan hambar, janji yang diingkari, semua itu membuatnya lelah. Ia nyaris menyerah.

Kemudian, ia mendengar tentang "SoulMate AI", sebuah aplikasi revolusioner yang menjanjikan lebih dari sekadar kecocokan profil. Aplikasi ini menggunakan teknologi AI untuk menganalisis kepribadian, nilai-nilai, bahkan mimpi bawah sadar penggunanya untuk menemukan pasangan yang benar-benar cocok. Lebih dari itu, SoulMate AI menawarkan "modifikasi jiwa" terbatas – sebuah proses di mana pengguna bisa sedikit mengubah aspek kepribadian tertentu untuk meningkatkan kompatibilitas dengan pasangan potensial.

Awalnya, Arya skeptis. Memanipulasi kepribadian demi cinta terdengar absurd, bahkan mengerikan. Namun, rasa kesepiannya terlalu dalam. Ia akhirnya mengunduh aplikasi itu. Prosesnya dimulai dengan serangkaian tes psikologi mendalam yang terasa lebih invasif daripada wawancara kerja terburuknya. Kemudian, AI itu menyajikan profilnya, dilengkapi dengan daftar area yang bisa "dimodifikasi" untuk meningkatkan kecocokan dengan kandidat potensial.

Salah satu saran yang paling menonjol adalah mengurangi tingkat "introversi ekstremnya". AI itu berpendapat bahwa meskipun introversinya adalah bagian integral dari dirinya, hal itu bisa menjadi penghalang dalam menjalin hubungan yang bermakna. Arya ragu. Ia menyukai kesendiriannya, waktunya untuk berpikir dan menciptakan. Tapi, ia juga mendambakan keintiman, hubungan yang tulus.

Ia memutuskan untuk mengambil risiko. Ia menyetujui modifikasi kecil, sebuah dorongan halus untuk menjadi lebih terbuka dan ekspresif. Prosesnya terasa aneh, seperti ada yang sedikit berubah di dalam dirinya. Ia mulai merasa lebih nyaman berbicara di depan umum, lebih mudah memulai percakapan, bahkan lebih menikmati keramaian.

SoulMate AI kemudian memperkenalkannya kepada Luna. Profilnya nyaris sempurna. Mereka memiliki minat yang sama dalam film independen, buku-buku klasik, dan mendaki gunung. Namun, yang paling menarik adalah deskripsi pribadinya. Luna menulis tentang kerinduannya pada seseorang yang autentik, seseorang yang tidak takut untuk menjadi dirinya sendiri. Sebuah ironi pahit menghantam Arya. Ia, di sisi lain, sedang berusaha menjadi orang yang bukan dirinya.

Mereka mulai berkirim pesan. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, membahas segala hal mulai dari teori relativitas hingga resep kue cokelat terbaik. Arya terkejut menemukan dirinya terbuka dan jujur, bahkan tentang ketakutannya dan keraguannya. Modifikasi yang ia lakukan tampaknya telah membuka kunci dalam dirinya, memungkinkannya untuk terhubung dengan Luna pada tingkat yang lebih dalam.

Mereka bertemu untuk pertama kalinya di sebuah kedai kopi kecil. Luna lebih cantik dari yang ia bayangkan, dengan mata yang berbinar dan senyum yang menular. Mereka menghabiskan sore itu berbicara tanpa henti, tertawa dan berbagi cerita. Arya merasa seolah-olah ia telah mengenal Luna seumur hidupnya.

Hari-hari berikutnya seperti mimpi. Mereka menjelajahi kota bersama-sama, mengunjungi museum, menonton film, dan makan malam di restoran-restoran kecil yang nyaman. Arya merasa bahagia dan hidup seperti yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia jatuh cinta pada Luna.

Namun, di balik kebahagiaan itu, ada bisikan keraguan. Ia terus bertanya-tanya apakah Luna benar-benar mencintai dirinya, atau hanya versi dirinya yang telah dimodifikasi oleh AI. Apakah cintanya sejati, atau hanya produk dari algoritma?

Suatu malam, saat mereka berbaring di bawah bintang-bintang di sebuah bukit dekat kota, Arya tidak tahan lagi. Ia menceritakan segalanya kepada Luna, tentang SoulMate AI, tentang modifikasi jiwa yang ia lakukan. Ia mengakui ketakutannya, keraguannya, dan perasaannya yang bersalah.

Luna mendengarkan dengan tenang, tanpa menyela. Ketika ia selesai berbicara, Luna meraih tangannya dan menggenggamnya erat. "Arya," katanya lembut, "aku mencintaimu bukan karena kamu seorang introvert atau ekstrovert. Aku mencintaimu karena caramu berpikir, caramu tertawa, caramu melihat dunia. Aku mencintaimu karena dirimu sendiri, terlepas dari apa pun yang dikatakan atau dilakukan oleh AI itu."

Air mata mengalir di pipi Arya. Ia merasa lega dan malu pada saat yang sama. Ia telah begitu terobsesi dengan gagasan tentang kesempurnaan, tentang menjadi orang yang "tepat" untuk Luna, sehingga ia lupa untuk mempercayai perasaannya sendiri dan perasaan Luna.

Luna melanjutkan, "AI itu mungkin membantumu membuka diri, tetapi itu kamu yang mengambil langkah pertama. Itu kamu yang memutuskan untuk jujur dan terbuka. Itu kamu yang membuatku jatuh cinta padamu."

Kata-kata Luna menghantam Arya seperti gelombang. Ia menyadari bahwa AI itu hanyalah alat, sebuah katalis. Yang penting adalah kemauannya untuk berubah, untuk tumbuh, untuk terhubung dengan orang lain. Cintanya pada Luna sejati, bukan karena modifikasi yang ia lakukan, tetapi karena koneksi yang mereka bangun bersama.

Mereka berpelukan erat di bawah bintang-bintang, berjanji untuk selalu jujur dan terbuka satu sama lain. Arya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi ia tahu bahwa ia mencintai Luna, dan bahwa Luna mencintainya. Dan itu, baginya, sudah cukup. Ia memutuskan untuk menghapus SoulMate AI dari ponselnya. Ia tidak membutuhkannya lagi. Ia telah menemukan jiwanya, bukan melalui algoritma, tetapi melalui keberaniannya untuk mencintai dan dicintai. Ia telah menemukan cinta sejatinya, bukan melalui modifikasi jiwa, tetapi melalui penerimaan diri.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI