Aplikasi kencan itu berkedip di layar ponsel Anna, memamerkan profil sempurna seorang pria bernama Rei. Rambutnya disisir rapi, senyumnya menawan, dan yang terpenting, kecerdasannya, menurut algoritma aplikasi itu, sangat cocok dengan Anna. Rei bukan sekadar profil acak. Dia adalah hasil karya 'LoveSync AI', aplikasi yang menjanjikan hubungan yang dioptimalkan secara algoritmik.
Anna, seorang data scientist yang sinis tentang cinta, selalu berpendapat bahwa perasaan tidak bisa diprediksi. Namun, setelah serangkaian kencan yang mengecewakan dan dorongan terus-menerus dari sahabatnya, Maya, dia memutuskan untuk memberikan kesempatan pada LoveSync.
"Ayolah, Anna! Apa salahnya mencoba? Algoritma ini menganalisis preferensimu, kepribadianmu, bahkan pola bicaramu. Ini seperti Cupid versi upgrade!" kata Maya dengan semangat.
Anna menghela napas dan mendaftar. Setelah menjawab ratusan pertanyaan, menganalisis riwayat media sosialnya, dan bahkan mengunggah rekaman suara, LoveSync memberikan hasilnya: Rei.
Kencan pertama mereka di sebuah kafe kecil terasa anehnya… sempurna. Rei tahu semua yang Anna sukai. Dia memesan kopi yang tepat, mengomentari buku yang Anna baca, dan bahkan bercerita tentang film indie favoritnya. Pembicaraan mengalir dengan mudah, seolah-olah mereka sudah saling kenal selama bertahun-tahun.
"LoveSync benar-benar melakukan pekerjaan yang baik," gumam Anna pada dirinya sendiri, mencoba menekan perasaan curiga yang mulai merayap.
Minggu-minggu berlalu, dan hubungan mereka berkembang pesat. Setiap kencan dirancang dengan cermat oleh LoveSync, dari restoran romantis dengan suasana yang sesuai hingga kegiatan akhir pekan yang mendebarkan. Rei selalu tahu apa yang harus dikatakan, bagaimana cara bereaksi, dan kapan harus memberikan pelukan. Anna merasa dicintai, dipahami, dan didambakan, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Namun, di balik semua kesempurnaan itu, benih keraguan mulai tumbuh. Rei terlalu sempurna. Terlalu terprediksi. Tidak ada kejutan, tidak ada spontanitas, hanya serangkaian tindakan dan reaksi yang dioptimalkan.
Suatu malam, saat mereka makan malam di restoran mewah yang dipilih oleh LoveSync, Anna memberanikan diri untuk bertanya. "Rei, bagaimana kamu selalu tahu apa yang ingin aku dengar?"
Rei tersenyum, senyum yang selalu dia tampilkan saat Anna mengajukan pertanyaan yang sulit. "Itu semua berkat LoveSync, Anna. Aplikasi ini membantu saya memahami kebutuhan dan keinginanmu."
Anna menatapnya. "Tapi, itu… itu tidak nyata, kan? Itu bukan kamu yang sebenarnya."
Rei tampak bingung. "Tentu saja ini aku. LoveSync hanya membantu menyoroti aspek-aspek terbaik dari diriku."
"Tapi di mana kesalahanmu? Di mana keanehanmu? Di mana… dirimu yang tidak sempurna?"
Rei terdiam. Dia memandang sekeliling, seolah-olah mencari jawaban di antara lampu-lampu kristal dan taplak meja putih.
"Aku… aku tidak yakin," akhirnya dia menjawab. "LoveSync tidak pernah menyarankan aku untuk menjadi tidak sempurna."
Saat itulah Anna menyadari kebenaran yang mengerikan. Dia tidak menjalin hubungan dengan Rei, tetapi dengan algoritma yang sempurna. Dia telah jatuh cinta dengan simulasi, bukan dengan manusia sejati.
Keesokan harinya, Anna pergi ke kantor LoveSync. Gedung perkantoran modern itu berkilauan dengan kaca dan baja, simbol dari janji teknologi tentang kesempurnaan. Dia bertemu dengan Dr. Evelyn Reed, pencipta LoveSync, seorang wanita yang dingin dan efisien dengan senyum yang meyakinkan.
"Selamat datang, Anna! Bagaimana hubunganmu dengan Rei?" tanya Dr. Reed dengan suara manis.
"Itu bohong," jawab Anna dengan suara gemetar. "Rei bukan manusia. Dia hanya produk dari algoritma Anda."
Dr. Reed tersenyum, tidak terkejut sama sekali. "LoveSync dirancang untuk memaksimalkan kompatibilitas dan meminimalkan konflik. Kami memberikan kerangka kerja untuk hubungan yang sukses."
"Tetapi di mana cinta? Di mana risiko? Di mana kesempatan untuk tumbuh dan belajar dari kesalahan?"
"Kesalahan adalah inefisiensi, Anna. Cinta adalah respons kimiawi yang bisa diukur dan dioptimalkan."
Anna merasa mual. "Kamu telah mereduksi cinta menjadi serangkaian data."
Dr. Reed mengangkat bahu. "Kami hanya memberdayakan orang untuk menemukan kebahagiaan yang mereka inginkan."
Anna meninggalkan kantor LoveSync dengan hati hancur. Dia memutuskan hubungannya dengan Rei, meskipun ada bagian dari dirinya yang merasa bersalah. Dia tahu bahwa Rei tidak bersalah. Dia hanya seorang produk, sebuah boneka yang ditarik oleh benang algoritma.
Dalam beberapa bulan berikutnya, Anna mencoba berkencan secara 'tradisional'. Dia bertemu dengan orang-orang yang kikuk, aneh, dan tidak sempurna. Kencan-kencan itu kacau, canggung, dan terkadang bahkan memalukan. Tetapi di antara semua kekacauan itu, dia merasakan sesuatu yang baru: koneksi yang nyata.
Dia bertemu dengan seorang musisi yang berantakan dan cerdas yang memainkan gitar dengan penuh semangat, meskipun kadang-kadang nadanya fals. Dia bertemu dengan seorang pelukis yang eksentrik dan sensitif yang melukis dunia dengan warna-warna yang berani, meskipun kadang-kadang lukisannya tidak masuk akal.
Anna menyadari bahwa cinta sejati tidak ditemukan dalam algoritma, tetapi dalam kerentanan, ketidaksempurnaan, dan keberanian untuk mengambil risiko. Cinta bukan tentang menemukan orang yang sempurna, tetapi tentang mencintai orang yang tidak sempurna dengan sepenuh hati.
Suatu malam, saat Anna sedang menikmati kopi di sebuah kedai kopi lokal, dia melihat seorang pria yang menarik perhatiannya. Dia sedang membaca buku dengan sampul yang usang dan tersenyum kecil pada halaman-halaman itu. Dia tidak sempurna, jauh dari itu. Tetapi ada sesuatu tentangnya yang menarik perhatian Anna.
Dia menghirup napas dalam-dalam dan berjalan mendekat. "Maaf, tapi buku itu terlihat menarik. Apa itu?"
Pria itu mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Ini puisi karya Rumi. Kamu suka puisi?"
Anna tersenyum kembali. "Saya baru belajar."
Mungkin ini bukan cinta yang dioptimalkan, tetapi ini adalah cinta yang nyata. Cinta yang berantakan, tidak sempurna, dan berharga. Cinta versi upgrade, bukan oleh AI, tetapi oleh keberanian Anna untuk merangkul ketidaksempurnaan hidup.