Debu neon kota Jakarta menempel di kacamatanya, memburamkan barisan kode yang berderet di layar laptop. Di balik kacamatanya, mata Arya memicing, berusaha keras memecahkan simpul rumit algoritma pencarian jodoh. Bukan untuk dirinya, tentu saja. Arya adalah seorang programmer handal, otak di balik "Soulmate.AI," aplikasi kencan yang menjanjikan kecocokan sempurna berdasarkan data dan analisis mendalam. Ironisnya, ia justru belum menemukan pasangan sendiri.
Malam ini, Arya sedang menyempurnakan algoritma "Jantung Berdebar," sebuah fitur baru yang akan menganalisis pola detak jantung pengguna melalui smartwatch mereka. Tujuannya? Mengukur ketertarikan emosional yang tidak bisa diungkapkan melalui kata-kata atau kuesioner. Menurut teorinya, ketertarikan sejati tercermin dalam irama jantung yang khas, sebuah simfoni biner yang unik untuk setiap individu.
"Gila, ya? Mencari cinta dengan algoritma," gumamnya, sambil menyeruput kopi dingin dari cangkir bergambar logo Linux. Sahabatnya, Rina, yang duduk di seberangnya, terkekeh.
"Justru itu keren, Arya! Kamu menciptakan teknologi yang bisa mempertemukan orang dengan belahan jiwa mereka. Siapa tahu, algoritma ini juga bisa menemukanmu," Rina menyemangati, sambil sibuk membalas pesan di ponselnya.
Arya hanya mengangkat bahu. Ia percaya pada logika, pada data, pada kode. Cinta, baginya, adalah variabel yang terlalu kompleks, terlalu irasional untuk dihitung. Namun, di lubuk hatinya, ia menyimpan harapan kecil, sebuah keyakinan samar bahwa suatu hari nanti, ia akan menemukan seseorang yang resonansinya cocok dengan frekuensi hatinya.
Hari-hari berikutnya dihabiskan Arya dengan berkutat di depan layar. Ia menyempurnakan kode, menguji algoritma dengan data simulasi, dan memastikan "Jantung Berdebar" bekerja dengan akurat. Rina, yang bekerja sebagai desainer grafis di perusahaan yang sama, sering menggodanya, menunjukkan profil-profil wanita di Soulmate.AI.
"Coba deh, Arya. Ada dokter cantik, penulis berbakat, bahkan gamer profesional! Siapa tahu ada yang cocok," rayunya.
Arya selalu menolak. Ia merasa konyol mencari cinta melalui aplikasi yang ia ciptakan sendiri. Bagaimana mungkin algoritma bisa memahami kerinduan di hatinya, impian-impian yang ia simpan rapat-rapat?
Suatu sore, ketika Arya sedang melakukan debugging terakhir, ia menemukan anomali. Seorang pengguna dengan ID "Luna_Eclipse" memiliki pola detak jantung yang aneh. Algoritma "Jantung Berdebar" menunjukkan ketertarikan yang sangat tinggi, bahkan melebihi ambang batas yang telah ditetapkan. Namun, profil Luna_Eclipse hampir kosong. Hanya ada foto siluet dirinya dan beberapa baris kalimat puitis tentang bintang dan bulan.
Arya penasaran. Ia mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Luna_Eclipse, tetapi sistem keamanan Soulmate.AI sangat ketat. Hanya administrator yang memiliki akses penuh ke data pengguna. Ia memutuskan untuk mengabaikannya, menganggapnya sebagai glitch kecil dalam sistem.
Namun, anehnya, ia tidak bisa berhenti memikirkan Luna_Eclipse. Pola detak jantungnya terngiang-ngiang di benaknya, sebuah melodi misterius yang membuatnya penasaran. Ia bahkan mulai memimpikannya, seorang wanita dengan rambut hitam panjang dan mata yang berkilauan seperti bintang.
Akhirnya, rasa penasarannya mengalahkan egonya. Ia menggunakan hak aksesnya sebagai programmer untuk membuka profil Luna_Eclipse secara diam-diam. Ia menemukan namanya: Luna. Pekerjaannya: astronom amatir. Hobinya: menulis puisi dan mengamati bintang.
Arya tertegun. Ia merasakan sesuatu yang aneh bergejolak di dadanya. Luna tampak seperti jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini ia pendam. Ia memberanikan diri mengiriminya pesan melalui Soulmate.AI.
"Hai, Luna. Saya Arya, salah satu developer Soulmate.AI. Saya tertarik dengan puisi-puisimu. Apakah kamu keberatan jika saya mengajakmu minum kopi?"
Beberapa jam kemudian, Luna membalas. "Halo, Arya. Saya juga tertarik dengan teknologi yang kamu ciptakan. Saya bersedia minum kopi denganmu. Tapi, saya punya satu syarat: kita harus mengamati bintang setelahnya."
Malam itu, Arya menunggu Luna di sebuah kafe kecil di dekat observatorium. Ketika Luna datang, ia terpana. Wanita di depannya jauh lebih cantik dari bayangannya. Rambut hitamnya tergerai panjang, matanya bersinar seperti bintang. Ia merasakan jantungnya berdebar kencang, iramanya tidak karuan.
Mereka menghabiskan malam itu dengan mengobrol tentang bintang, puisi, dan algoritma. Arya menceritakan tentang "Jantung Berdebar," tentang bagaimana ia menciptakan teknologi untuk mencari cinta. Luna mendengarkan dengan seksama, sesekali tersenyum manis.
Ketika mereka berdua mengamati bintang melalui teleskop di observatorium, Arya merasakan keajaiban. Ia melihat refleksi bintang di mata Luna, merasakan kehangatan tangannya ketika ia memegangnya. Ia tahu, di saat itu, ia telah menemukan sesuatu yang istimewa.
Beberapa bulan kemudian, Arya dan Luna menikah di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Mereka berjanji untuk saling mencintai, bukan hanya berdasarkan data dan algoritma, tetapi juga berdasarkan getaran hati yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Arya tersenyum, menatap Luna yang berdiri di sampingnya. Ia menyadari bahwa cinta memang variabel yang kompleks, tetapi ia juga merupakan solusi atas semua masalah yang ada di dunia ini. Dan terkadang, cinta bisa ditemukan di tempat yang paling tidak terduga: di balik kode biner, di dalam algoritma jantung yang berdebar. Ia akhirnya mengerti, algoritma memang bisa membantu menemukan kecocokan, tapi hatilah yang menentukan kebenaran cinta itu sendiri.