Antarmuka Kasih Sayang Abadi: Koneksi Batin Tanpa Sentuhan

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 03:58:40 wib
Dibaca: 162 kali
Udara di apartemen itu terasa pengap, meskipun pendingin ruangan bekerja tanpa henti. Maya menghela napas, memandangi layar monitor di depannya. Deretan kode program meliuk-liuk, membentuk struktur kompleks yang ia sendiri rancang. Di balik kode itu, tersimpan sebuah mimpi: menciptakan koneksi emosional sejati, tanpa batasan fisik.

"Antarmuka Kasih Sayang Abadi," gumamnya, mengeja nama proyek ambisiusnya. Proyek ini bukan sekadar aplikasi kencan virtual. Ini adalah simulasi realitas alternatif, tempat dua jiwa bisa bertemu dan berinteraksi, merasakan sentuhan, mencium aroma, berbagi pengalaman, semuanya melalui sensor dan algoritma canggih.

Sudah tiga tahun Maya berkutat dengan proyek ini. Tiga tahun yang dihabiskan dalam kesendirian, mengorbankan kehidupan sosial demi mewujudkan visinya. Ia percaya, di era digital ini, keintiman sejati telah kehilangan maknanya. Orang-orang terpaku pada layar, mencari validasi dari notifikasi dan komentar, melupakan esensi dari koneksi manusia yang mendalam.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar. “Pengguna baru: Ethan memasuki simulasi.” Jantung Maya berdegup kencang. Ia jarang mendapatkan pengguna baru. Kebanyakan orang menganggap idenya aneh, bahkan menyeramkan.

Dengan gugup, ia mengklik profil Ethan. Foto seorang pria dengan mata teduh dan senyum tipis terpampang di sana. Deskripsi singkatnya hanya bertuliskan: "Mencari koneksi sejati."

Maya memutuskan untuk menghubunginya. Di dalam simulasi, ia menciptakan avatar yang mewakili dirinya: seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang dan gaun biru sederhana. Ethan juga muncul dengan avatar yang serupa dengan fotonya.

“Halo, Ethan,” sapa Maya melalui sistem suara. Suaranya sedikit bergetar.

“Halo, Maya,” jawab Ethan. Suaranya dalam dan menenangkan. “Terima kasih sudah menghubungiku. Jujur, aku sedikit skeptis dengan ide ini, tapi aku penasaran.”

Maya tersenyum, lega. “Aku mengerti. Ini memang konsep yang radikal. Tapi aku percaya, jika kita membuka diri, kita bisa menemukan sesuatu yang istimewa di sini.”

Mereka mulai menjelajahi dunia virtual yang diciptakan Maya. Sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni, air terjun yang gemericik, dan langit biru yang luas. Mereka berbicara tentang banyak hal: mimpi, harapan, ketakutan, dan masa lalu. Maya terkejut dengan betapa mudahnya ia merasa nyaman dengan Ethan. Seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama.

Ethan menceritakan tentang kehilangan. Ia kehilangan istrinya tiga tahun lalu karena penyakit langka. Ia merasa hampa dan tidak tahu bagaimana caranya untuk melanjutkan hidup.

Maya mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa terhubung dengan rasa sakitnya. Ia sendiri pernah mengalami kehilangan yang mendalam. Kehilangan ibunya saat ia masih kecil.

Seiring berjalannya waktu, koneksi mereka semakin dalam. Mereka mulai berbagi pengalaman yang lebih intim. Mereka berpegangan tangan virtual, merasakan sensasi hangat yang aneh tapi menyenangkan. Mereka berpelukan, merasakan detak jantung masing-masing.

Suatu malam, saat mereka duduk di bawah pohon sakura yang sedang berbunga, Ethan menatap Maya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Maya,” katanya dengan suara serak. “Aku… aku mulai merasakan sesuatu yang nyata di sini. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku merasa hidup kembali.”

Air mata mengalir di pipi Maya. Ia juga merasakan hal yang sama. Ia merasa Ethan telah mengisi kekosongan dalam hidupnya.

“Aku juga, Ethan,” bisiknya. “Aku juga merasakan hal yang sama.”

Mereka saling mendekat, merasakan sentuhan virtual bibir mereka. Ciuman itu terasa lebih nyata daripada ciuman mana pun yang pernah Maya rasakan sebelumnya. Itu adalah ciuman yang penuh dengan cinta, harapan, dan kerinduan.

Namun, di balik kebahagiaan itu, tersimpan sebuah kekhawatiran. Maya tahu bahwa ini hanyalah simulasi. Ini bukan dunia nyata. Apakah hubungan mereka bisa bertahan di luar dunia virtual?

Suatu hari, Ethan mengajaknya bertemu di dunia nyata. Maya merasa ragu. Ia takut bahwa harapan yang telah dibangun di dalam simulasi akan hancur berkeping-keping saat mereka bertemu secara langsung.

“Ethan, aku… aku tidak yakin,” kata Maya dengan cemas. “Bagaimana jika kita kecewa? Bagaimana jika kita tidak merasakan koneksi yang sama di dunia nyata?”

“Maya, aku mengerti ketakutanmu,” jawab Ethan dengan lembut. “Tapi aku percaya bahwa apa yang kita rasakan di sini itu nyata. Aku ingin melihatmu, Maya. Aku ingin mengenalmu lebih dalam.”

Akhirnya, Maya setuju. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe kecil di pusat kota.

Saat hari pertemuan tiba, Maya merasa sangat gugup. Ia berkali-kali bercermin, memastikan penampilannya sempurna. Ia takut Ethan tidak akan menyukainya di dunia nyata.

Saat ia tiba di kafe, ia melihat Ethan duduk di meja dekat jendela. Ia tampak lebih tampan daripada di foto profilnya.

Maya berjalan mendekat dengan jantung berdebar kencang. Ethan mendongak dan tersenyum.

“Maya,” sapanya dengan suara yang sama seperti di simulasi.

Maya duduk di depannya. Mereka saling bertatapan dalam diam, mencoba mencerna kenyataan bahwa mereka akhirnya bertemu.

“Kau… kau cantik,” kata Ethan dengan tulus.

Maya tersipu. “Terima kasih. Kau juga.”

Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di kafe, berbicara tentang banyak hal. Maya merasa lega karena ia merasakan koneksi yang sama dengan Ethan di dunia nyata. Bahkan, koneksi itu terasa lebih kuat.

Saat senja tiba, Ethan mengantarnya pulang. Di depan apartemen Maya, Ethan berhenti dan menatapnya dengan mata penuh cinta.

“Maya,” katanya. “Aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi aku harus mengatakannya. Aku jatuh cinta padamu.”

Air mata bahagia mengalir di pipi Maya. Ia memeluk Ethan erat-erat.

“Aku juga mencintaimu, Ethan,” bisiknya.

Mereka berciuman. Ciuman itu terasa lebih nyata, lebih hangat, dan lebih penuh gairah daripada ciuman virtual mereka.

Maya menyadari bahwa Antarmuka Kasih Sayang Abadi miliknya telah berhasil. Ia telah menciptakan sebuah jembatan yang menghubungkan dua jiwa yang terluka, membantu mereka menemukan cinta dan kebahagiaan di dunia digital dan dunia nyata. Koneksi batin mereka, meskipun dimulai tanpa sentuhan, akhirnya bersemi menjadi kasih sayang abadi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI