Sentuhan Algoritma: Ketika Cinta Bersemi dalam Kode

Dipublikasikan pada: 04 Aug 2025 - 01:20:10 wib
Dibaca: 173 kali
Jari-jemari Anya menari di atas keyboard, menciptakan simfoni kode yang rumit namun indah. Di layar monitornya, baris demi baris Python bermunculan, membentuk fondasi sebuah algoritma pencari jodoh revolusioner bernama "SoulSync". Anya, seorang programmer jenius yang lebih nyaman berinteraksi dengan komputer daripada manusia, yakin bahwa cinta bisa ditemukan melalui data, logika, dan sedikit keajaiban teknologi.

SoulSync bukan sekadar aplikasi kencan biasa. Aplikasi ini menganalisis data dari berbagai sumber – riwayat media sosial, preferensi buku dan film, bahkan pola tidur dan detak jantung – untuk menemukan kecocokan yang sempurna. Anya menciptakan algoritma yang rumit, mempertimbangkan bukan hanya kesamaan, tetapi juga perbedaan yang saling melengkapi, menciptakan keseimbangan yang harmonis.

Anya sendiri adalah pengguna SoulSync. Ia menciptakan aplikasi ini dengan harapan menemukan seseorang yang bisa mengerti dirinya, seseorang yang tidak akan merasa terintimidasi oleh kecerdasannya atau keasikan dengan kode. Namun, ironisnya, semakin sempurna algoritma SoulSync, semakin sulit Anya menemukan kecocokan yang sesuai. Aplikasi itu terus menerus menampilkan profil-profil yang tampak sempurna di atas kertas, namun terasa hampa ketika Anya mencoba berinteraksi.

Suatu malam, saat Anya larut dalam debugging, sebuah pesan muncul di layar komputernya. Bukan pesan dari SoulSync, melainkan dari sistem internal perusahaan tempatnya bekerja. "Perhatian: Ada aktivitas mencurigakan di server utama. Mohon laporkan ke Tim IT." Anya menghela napas. Aktivitas mencurigakan berarti lembur dan potensi masalah besar.

Ia menelusuri jejak aktivitas tersebut, menyelami jaringan server yang rumit. Ia menemukan seorang pengguna yang mencoba mengakses data sensitif. Anya melacak alamat IP dan menemukan bahwa sumbernya berasal dari departemen pengembangan aplikasi. Dengan hati-hati, ia mencoba mengidentifikasi pelakunya.

Nama yang muncul di layarnya membuat Anya terkejut: Rian Pratama. Rian adalah seorang desainer UI/UX yang baru bergabung dengan perusahaan beberapa bulan lalu. Anya sering berpapasan dengannya di kafetaria, dan mereka bahkan pernah berdebat kecil tentang desain antarmuka SoulSync. Rian berpendapat bahwa antarmuka aplikasi itu terlalu rumit dan kurang intuitif. Anya, yang merasa bangga dengan kompleksitas algoritmanya, membantah dengan keras.

Anya merasa bimbang. Apakah ia harus melaporkan Rian? Atau adakah penjelasan lain? Rasa ingin tahu mengalahkan keraguannya. Ia memutuskan untuk menghubungi Rian secara langsung.

"Rian, ini Anya dari tim pengembangan SoulSync. Bisakah kita bicara sebentar?"

Rian tampak gugup ketika mereka bertemu di ruang pertemuan kosong. "Anya, ada apa? Apa ada masalah dengan desainku?"

Anya mengambil napas dalam-dalam. "Aku menemukan aktivitas mencurigakan di server. Alamat IP-nya mengarah ke akunmu."

Rian terdiam sesaat, lalu menghela napas. "Aku tahu aku seharusnya melapor, tapi aku takut. Aku mencoba memperbaiki bug di algoritma SoulSync."

Anya mengerutkan kening. "Bug? Algoritma SoulSync sudah sempurna."

"Tidak juga," kata Rian. "Aku menemukan bahwa aplikasi itu terlalu fokus pada data mentah dan kurang mempertimbangkan faktor emosional. Aku mencoba menambahkan variabel baru yang memperhitungkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah saat berinteraksi."

Anya terpana. Ia tidak pernah memikirkan hal itu. Ia terlalu sibuk dengan angka dan logika, sehingga melupakan aspek manusiawi dari cinta.

"Jadi, kau mencoba meretas sistem untuk memperbaiki aplikasiku?" tanya Anya dengan nada sedikit geli.

Rian mengangguk. "Aku tahu ini salah, tapi aku percaya bahwa SoulSync bisa menjadi lebih baik. Aku percaya bahwa kau bisa menemukan cinta yang sebenarnya jika kau mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih halus."

Percakapan itu berlangsung hingga larut malam. Anya dan Rian berdebat, berdiskusi, dan berbagi ide. Anya mulai melihat Rian bukan hanya sebagai seorang desainer UI/UX, tetapi sebagai seseorang yang peduli, kreatif, dan memiliki visi yang sama dengannya. Ia menyadari bahwa kritik Rian tentang antarmuka SoulSync sebenarnya adalah bentuk perhatian. Ia ingin membantu Anya menciptakan sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih bermakna.

Seiring berjalannya waktu, Anya dan Rian bekerja sama untuk memperbaiki SoulSync. Mereka menambahkan variabel baru yang memperhitungkan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan bahkan nada suara. Mereka menciptakan sistem yang lebih intuitif, lebih personal, dan lebih manusiawi.

Suatu hari, saat mereka sedang menguji coba versi terbaru SoulSync, aplikasi itu menampilkan sebuah profil yang menarik perhatian Anya. Profil itu sangat cocok dengan dirinya, bahkan lebih dari yang pernah ia bayangkan. Ia melihat foto orang itu dan terkejut. Itu adalah Rian.

"Algoritma sepertinya bekerja," kata Rian dengan senyum malu-malu.

Anya tersenyum. "Sepertinya begitu. Tapi aku rasa aku tidak butuh algoritma untuk menyadarinya."

Mereka saling bertatapan, dan untuk pertama kalinya, Anya merasa terhubung dengan seseorang di tingkat yang lebih dalam. Ia merasakan getaran aneh di dalam hatinya, getaran yang tidak bisa dijelaskan oleh algoritma mana pun.

Sentuhan algoritma telah membimbing mereka, mempertemukan mereka dalam dunia kode dan logika. Namun, cinta yang bersemi di antara mereka adalah sesuatu yang jauh lebih kompleks, sesuatu yang tidak bisa diukur atau diprediksi. Itu adalah perpaduan antara data dan emosi, antara logika dan intuisi, antara kode dan hati. Dan Anya akhirnya menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang menemukan kecocokan yang sempurna di atas kertas, tetapi tentang menemukan seseorang yang mau berjuang bersamamu, bahkan dalam barisan kode yang paling rumit sekalipun. SoulSync memang menemukan cinta, tetapi bukan seperti yang Anya bayangkan. Cinta itu ada di dekatnya, di balik deretan kode yang ia pikir sempurna, di balik kritikan yang ia anggap remeh, dan di dalam hati seorang desainer UI/UX yang berani meretas sistem demi menyempurnakan pencarian cinta.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI