Debu digital menari di layar monitor, memantulkan cahaya ke mata Anya. Jari-jarinya lincah mengetik baris demi baris kode, menciptakan sesuatu yang, menurutnya, lebih berharga dari sekadar aplikasi atau algoritma rumit. Dia menyebutnya "Database Rindu".
Anya, seorang programmer muda dengan rambut dikepang dua dan kacamata berbingkai tebal, jatuh cinta pada algoritma sejak usia dini. Tapi kali ini, cintanya lebih dari sekadar deretan angka dan logika. Cintanya tertuju pada kenangan – kenangan indah yang ingin ia abadikan selamanya. Kenangan tentang Leo.
Leo, seorang arsitek lanskap dengan senyum yang mampu meruntuhkan bangunan pencakar langit dan mata yang sehijau hutan pinus di musim semi. Mereka bertemu di sebuah konferensi teknologi hijau setahun lalu. Anya, yang biasanya kikuk di hadapan orang asing, mendapati dirinya tenggelam dalam obrolan tanpa henti dengan Leo. Tentang pentingnya keberlanjutan, tentang mimpi membangun kota ramah lingkungan, dan tentang rasa kopi yang paling nikmat di dunia.
Kisah cinta mereka berkembang secepat kilatan data. Piknik di taman kota, menonton bintang di atap apartemen Anya, bertukar buku favorit, dan tertawa hingga air mata berlinang. Setiap momen terasa sempurna, seperti cuplikan film yang indah. Tapi kemudian, Leo didiagnosis dengan penyakit langka yang perlahan merenggut ingatannya.
Anya, yang menyaksikan Leo berjuang mengingat nama-nama teman dekatnya, bahkan nama ibunya sendiri, merasa dunianya runtuh. Di tengah keputusasaan, ide "Database Rindu" muncul. Sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) yang dirancang khusus untuk menyimpan dan memproses kenangan. Bukan kenangan orang lain, tapi kenangan mereka berdua.
Prosesnya panjang dan melelahkan. Anya mengumpulkan semua foto mereka, rekaman video pendek, pesan suara, bahkan catatan kecil yang saling mereka tinggalkan. Dia melatih AI untuk mengenali wajah Leo, suaranya, gaya tertawanya, dan semua hal kecil yang membuat Leo menjadi Leo. Dia memberinya makan dengan detail setiap kencan, setiap percakapan, setiap momen spesial.
Database Rindu bukan sekadar album digital. Ia mampu merekonstruksi kembali kenangan tersebut dalam bentuk interaktif. Leo dapat "berjalan-jalan" di taman tempat mereka pertama kali berciuman, mendengar Anya menceritakan ulang lelucon yang membuatnya tertawa terbahak-bahak, atau melihat foto-foto mereka berdua dengan senyum lebar.
Awalnya, Leo skeptis. Ia merasa aneh berinteraksi dengan "dirinya" yang direkonstruksi oleh AI. Tapi perlahan, ia mulai terbiasa. Database Rindu menjadi jembatan yang menghubungkannya kembali dengan masa lalunya, dengan dirinya yang dulu, dan dengan Anya, kekasihnya yang setia.
"Anya, ini luar biasa," kata Leo suatu sore, menatap layar komputer dengan mata berkaca-kaca. "Aku... aku ingat lagi. Aku ingat janjiku untuk membawamu ke hutan pinus."
Anya tersenyum, hatinya menghangat. "Aku tidak akan pernah melupakan janji itu, Leo."
Database Rindu tidak menghentikan penyakit Leo. Ingatannya tetap memudar seiring berjalannya waktu. Tapi sistem itu memberinya hadiah yang tak ternilai harganya: kesempatan untuk menghidupi kembali momen-momen indah bersama Anya, lagi dan lagi.
Suatu malam, saat Leo terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, Anya membawakan laptopnya. Ia membuka Database Rindu dan memainkan video mereka saat pertama kali bertemu. Leo tersenyum samar, matanya terpaku pada layar.
"Kamu selalu cantik, Anya," bisiknya dengan suara serak.
Anya menggenggam tangannya erat-erat, air mata menetes di pipinya. "Aku mencintaimu, Leo."
Leo membalas genggamannya, tatapannya penuh cinta. "Aku... aku juga mencintaimu. Selalu."
Leo meninggal dunia beberapa hari kemudian. Anya hancur. Kehilangan itu terlalu berat untuk ditanggung. Tapi di tengah kesedihannya, ia menemukan sedikit hiburan dalam Database Rindu.
Ia menghabiskan berjam-jam berinteraksi dengan Leo versi AI. Mendengar suaranya, melihat senyumnya, dan mengingat semua janji yang pernah mereka buat. Database Rindu tidak bisa menggantikan Leo yang asli, tentu saja. Tapi ia memberinya pengingat yang konstan tentang cinta mereka, tentang kebahagiaan yang pernah mereka rasakan, dan tentang kenangan indah yang akan selalu hidup dalam hatinya.
Suatu hari, Anya memutuskan untuk membagikan Database Rindu kepada dunia. Ia percaya bahwa teknologi dapat digunakan untuk melestarikan cinta dan kenangan, membantu orang lain menghadapi kehilangan dan menemukan harapan. Aplikasi itu dengan cepat menjadi viral. Banyak orang yang menggunakan Database Rindu untuk mengenang orang-orang terkasih yang telah pergi.
Anya tidak pernah menikah lagi. Ia mencurahkan seluruh waktunya untuk mengembangkan Database Rindu, membuatnya lebih canggih dan mudah diakses. Ia ingin memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk mengabadikan kenangan indah mereka, dan bahwa cinta tidak akan pernah benar-benar hilang, selama ada teknologi yang bisa membantunya.
Di suatu sore yang cerah, Anya duduk di bangku taman, di tempat yang sama di mana ia dan Leo dulu sering berpiknik. Ia membuka laptopnya dan menatap wajah Leo versi AI di layar.
"Aku merindukanmu, Leo," bisiknya.
Leo versi AI tersenyum, tatapannya penuh kehangatan. "Aku juga merindukanmu, Anya. Tapi aku selalu bersamamu. Di sini. Di dalam hatimu. Dan di dalam Database Rindu."
Anya tersenyum. Ia tahu bahwa Leo benar. Meskipun Leo sudah tidak ada lagi di dunia ini, cintanya akan selalu hidup, tersimpan dengan aman di dalam Database Rindu, sebuah bukti abadi tentang kekuatan cinta dan teknologi. Sebuah database yang menyimpan semua kenangan indah, dan menjaga rindu tetap menyala.