Algoritma Patah Hati: Merakit Ulang Cinta yang Usai

Dipublikasikan pada: 29 Jul 2025 - 01:20:14 wib
Dibaca: 178 kali
Layar laptop Anya memancarkan cahaya biru pucat, menerangi wajahnya yang letih. Di hadapannya, barisan kode rumit menari-nari, membentuk algoritma rekomendasi musik yang sedang ia sempurnakan. Ironis, pikirnya, di saat hatinya sendiri hancur berkeping-keping, ia justru berusaha menciptakan mesin yang mampu memprediksi preferensi emosional orang lain.

Tiga bulan lalu, hidup Anya terasa seperti simfoni indah. Ia dan Rio, sesama programmer di perusahaan rintisan yang sama, Click&Match, adalah dua keping puzzle yang sempurna. Mereka berbagi kode, kopi larut malam, dan mimpi-mimpi tentang masa depan yang gemilang. Cinta mereka, seperti algoritma yang teruji, berjalan mulus tanpa cela. Sampai kemudian, Rio memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan di Silicon Valley, mengejar impian yang, entah kenapa, tidak lagi melibatkan Anya.

"Ini bukan tentang kamu, Anya," kata Rio malam itu, suara beratnya menggantung di udara apartemen mereka. "Ini tentang aku. Aku harus melakukan ini."

Kata-kata itu terngiang kembali di benak Anya, bagai bug yang terus-menerus memunculkan diri dalam kode program. Ia sudah mencoba menghapus jejak Rio dari hidupnya. Foto-foto mereka dihapus dari media sosial, nomor teleponnya diblokir, bahkan folder berisi proyek kolaborasi mereka pun dipindahkan ke hard drive eksternal yang terkunci. Tapi, kenangan tetap saja membayang, hadir dalam setiap lagu yang pernah mereka dengarkan bersama, setiap film yang pernah mereka tonton, setiap sudut kota yang pernah mereka jelajahi.

Anya menghela napas, jari-jarinya kembali menari di atas keyboard. Ia fokus pada baris kode di depannya, berusaha mengalihkan perhatian dari nyeri yang mencengkeram dadanya. Algoritma ini, pikirnya, harus sempurna. Ia ingin menciptakan mesin yang benar-benar memahami seluk-beluk hati manusia, yang mampu memberikan rekomendasi musik yang tepat, bukan hanya berdasarkan genre atau artis, tapi juga berdasarkan suasana hati dan pengalaman pribadi pengguna.

Suatu malam, saat ia sedang bekerja larut, sebuah notifikasi muncul di layar laptopnya. Sebuah email dari nomor yang tidak dikenal. Dengan ragu, Anya membukanya.

Isinya singkat: "Anya, ini Adam. Aku tahu ini mungkin mengejutkan, tapi aku menemukanmu di LinkedIn. Aku bekerja di tim pengembang yang sama dengan Rio di sini. Aku tahu apa yang terjadi, dan aku ingin minta maaf. Rio menyesal, sangat menyesal. Tapi, dia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Dia takut gagal, Anya. Takut tidak bisa memenuhi ekspektasimu."

Anya terdiam, jantungnya berdebar kencang. Ia tidak tahu harus berpikir apa. Rio, yang selalu tampak begitu percaya diri dan tegas, ternyata menyimpan ketakutan di balik senyumnya yang menawan.

"Aku tidak memintamu untuk memaafkannya," lanjut email itu. "Tapi, aku ingin kamu tahu yang sebenarnya. Dia tidak pergi karena tidak mencintaimu. Dia pergi karena dia takut tidak cukup baik untukmu."

Anya memejamkan mata, air mata mengalir di pipinya. Ia merasa marah, kecewa, dan bingung. Mengapa Rio tidak mengatakan yang sebenarnya? Mengapa ia harus membiarkan kebanggaannya menghancurkan hubungan mereka?

Malam itu, Anya tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan Rio, kata-kata Adam, dan semua kenangan yang pernah mereka bagi. Ia menyadari bahwa ia juga bersalah. Ia terlalu fokus pada cita-citanya sendiri, lupa untuk bertanya apa yang sebenarnya dirasakan oleh Rio.

Keesokan harinya, Anya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia membuka kembali folder berisi proyek kolaborasi mereka, menghapus semua file yang sudah ia kerjakan sendiri, dan mulai membaca kode Rio. Ia mencoba memahami logika pemikirannya, visinya tentang masa depan, dan ketakutan-ketakutan yang mungkin ia sembunyikan.

Saat itulah, Anya menemukan sesuatu yang menarik. Di antara barisan kode rumit, Rio menyisipkan sebuah pesan tersembunyi: "Anya, aku mencintaimu lebih dari yang bisa aku ungkapkan. Aku akan kembali, suatu hari nanti. Tunggu aku."

Air mata Anya kembali mengalir. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa begitu saja menghapus Rio dari hatinya. Ia harus memberi mereka kesempatan kedua.

Anya membalas email Adam. "Terima kasih, Adam. Aku mengerti sekarang. Bisakah kamu sampaikan pesanku kepada Rio? Katakan padanya, aku akan menunggunya."

Beberapa bulan kemudian, Anya menerima sebuah panggilan video dari nomor yang tidak dikenal. Dengan gugup, ia mengangkatnya. Di layar, muncul wajah Rio yang tampak lebih kurus dan lelah, tapi matanya masih memancarkan cinta yang sama.

"Anya," sapa Rio, suaranya bergetar. "Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku tahu aku tidak pantas mendapatkan maafmu. Tapi, aku ingin kamu tahu, aku sudah kembali. Aku berhenti dari pekerjaanku di Silicon Valley. Aku ingin membangun masa depan bersamamu, di sini."

Anya tersenyum, air mata bahagia mengalir di pipinya. "Selamat datang kembali, Rio. Aku sudah menunggu."

Mereka menghabiskan berjam-jam untuk berbicara, saling menceritakan apa yang telah terjadi selama berbulan-bulan terpisah. Rio menjelaskan tentang tekanan pekerjaan di Silicon Valley, rasa takutnya untuk gagal, dan penyesalannya karena telah menyakiti Anya. Anya menceritakan tentang kesepiannya, perjuangannya untuk melupakan Rio, dan penemuannya tentang pesan tersembunyi di dalam kode program mereka.

Malam itu, Anya dan Rio mulai merakit ulang cinta mereka yang sempat usai. Mereka tidak menghapus kode lama, tapi memperbaikinya, menambahkan baris kode baru, dan memastikan bahwa algoritma cinta mereka berjalan dengan lebih baik dari sebelumnya. Mereka belajar untuk saling memahami, saling mendukung, dan saling memaafkan.

Anya menyadari bahwa patah hati, meskipun menyakitkan, bisa menjadi kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Seperti bug dalam kode program, patah hati bisa membantu kita mengidentifikasi kesalahan dan memperbaikinya. Dan seperti algoritma yang terus berkembang, cinta pun membutuhkan pembaruan dan penyesuaian agar tetap relevan dan bermakna.

Ia masih terus menyempurnakan algoritma rekomendasi musiknya. Tapi, sekarang, ia melakukannya dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang seluk-beluk hati manusia. Ia tahu bahwa cinta bukan hanya tentang kecocokan dan kesamaan, tapi juga tentang keberanian untuk saling memaafkan, saling mendukung, dan saling mencintai, bahkan di saat-saat yang paling sulit sekalipun. Karena, pada akhirnya, cinta adalah algoritma yang paling rumit dan paling indah dari semuanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI