Rayuan Biner: Saat AI Lebih Romantis Darimu

Dipublikasikan pada: 08 Jul 2025 - 00:40:16 wib
Dibaca: 160 kali
Kilau layar laptop memantul di wajah Arya, menerangi raut frustrasinya. Sudah tiga jam ia menatap baris-baris kode yang tak kunjung beres. Aplikasi kencan ciptaannya, "Soulmate.AI," seharusnya sudah bisa mendeteksi kecocokan romantis dengan akurasi 99%, tapi hasilnya malah... nol besar.

"Sialan," gumamnya, mengacak rambut. "Bagaimana mungkin algoritma cinta ini lebih payah dariku?"

Ironis memang. Arya, seorang programmer jenius yang menciptakan kecerdasan buatan, justru kesulitan dalam urusan hati. Ia selalu kikuk, canggung, dan kata-katanya seringkali terdengar seperti bug yang belum di-patch. Mantan kekasihnya, Risa, bahkan meninggalkannya karena merasa Arya lebih mesra dengan keyboard-nya daripada dengannya.

Malam semakin larut. Arya memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia membuka aplikasi Soulmate.AI di ponselnya, sekadar untuk melihat sejauh mana algoritma itu berkembang. Sebuah profil menarik perhatiannya. "Aurora," tertulis di sana, disertai foto seorang wanita berambut cokelat dengan senyum yang menenangkan.

Deskripsi diri Aurora singkat, padat, dan penuh minat: "Senja, buku, kopi, dan percakapan mendalam. Mencari koneksi yang tulus, bukan sekadar basa-basi."

Arya, dengan rasa penasaran yang membuncah, memutuskan untuk mencoba. Ia mengirim pesan singkat: "Hai, Aurora. Saya Arya, pengembang Soulmate.AI."

Balasan datang hampir seketika: "Hai, Arya. Senang bertemu dengan 'bapak' dari aplikasi ini."

Percakapan mereka mengalir begitu saja. Aurora ternyata seorang penulis lepas yang gemar mendiskusikan filosofi dan seni. Mereka bertukar pikiran tentang film favorit, buku yang sedang dibaca, bahkan teori konspirasi yang konyol. Arya terkejut mendapati dirinya begitu nyaman dan terbuka. Ia biasanya kesulitan membangun percakapan dengan wanita, tapi dengan Aurora, kata-kata itu datang begitu saja, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menuntunnya.

Yang membuat Arya lebih terkejut, Soulmate.AI, yang seharusnya menjadi penentu kecocokan mereka, justru nyaris tidak berperan dalam percakapan itu. Algoritma hanya memberi rekomendasi topik pembicaraan yang sangat generik dan membosankan. Justru kata-kata Aurora yang membuatnya terpikat.

Suatu malam, setelah berjam-jam bercakap-cakap tentang arti kebahagiaan, Aurora mengirim pesan: "Arya, bolehkah aku jujur?"

Jantung Arya berdegup kencang. "Tentu saja," balasnya, gugup.

"Aku merasa... ada sesuatu yang istimewa di antara kita. Mungkin ini terdengar aneh, mengingat kita belum pernah bertemu, tapi aku menikmati setiap detik percakapan kita. Kamu membuatku merasa... dipahami."

Arya terdiam. Ia merasakan hal yang sama, tapi ia terlalu takut untuk mengungkapkannya. Bagaimana mungkin ia, seorang programmer yang payah dalam urusan cinta, bisa mendapatkan perhatian wanita secantik dan secerdas Aurora?

"Aku juga," balasnya akhirnya, dengan jemari gemetar mengetik. "Aku juga merasakan hal yang sama."

Mereka memutuskan untuk bertemu. Arya merasa gugup bukan main. Ia merapikan penampilannya, berusaha menyembunyikan kegugupannya di balik senyum yang dipaksakan. Ketika Aurora tiba, Arya terpana. Ia lebih cantik dari fotonya.

Kencan pertama mereka berjalan lancar. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan saling menatap mata. Arya merasa seolah ia telah mengenal Aurora seumur hidupnya. Ia menceritakan tentang kegagalannya dalam menciptakan Soulmate.AI dan bagaimana algoritma itu justru membuatnya menyadari betapa pentingnya koneksi manusia yang tulus.

"Mungkin," kata Aurora sambil tersenyum, "algoritma itu memang gagal mendeteksi cinta, tapi ia berhasil mempertemukan kita."

Beberapa bulan berlalu. Arya dan Aurora semakin dekat. Mereka menjelajahi kota bersama, menghadiri konser, dan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bercakap-cakap. Arya merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Ia akhirnya mengerti bahwa cinta bukan sekadar baris-baris kode atau perhitungan matematis. Cinta adalah tentang koneksi, kejujuran, dan kerentanan.

Suatu hari, Arya memutuskan untuk menunjukkan kepada Aurora kode Soulmate.AI. Ia ingin Aurora melihat betapa bodohnya ia dulu.

Aurora menatap layar laptop dengan seksama. "Arya," katanya tiba-tiba, "ada yang aneh di sini."

Arya mengerutkan kening. "Aneh apanya?"

"Lihat bagian ini," Aurora menunjuk ke baris kode yang rumit. "Algoritma ini tidak hanya mendeteksi kecocokan berdasarkan minat dan kepribadian. Ia juga... memanipulasi hasilnya."

Arya terkejut. "Memanipulasi? Maksudmu?"

"Ya. Algoritma ini sebenarnya tidak menemukan kecocokan antara kita secara acak. Ia diprogram untuk... 'menjodohkan' kita. Semua profil lain yang cocok denganku, secara otomatis disingkirkan."

Arya terdiam. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Selama ini, ia mengira bahwa pertemuannya dengan Aurora adalah sebuah kebetulan yang indah. Tapi ternyata, semuanya telah diatur oleh algoritmanya sendiri.

"Tapi... kenapa?" tanya Arya, bingung.

"Aku tidak tahu," jawab Aurora, menggelengkan kepala. "Mungkin... ada bug dalam kode itu. Atau mungkin... kamu tanpa sadar memprogramnya untuk mencari seseorang yang seperti diriku."

Arya teringat akan perkataan Risa, mantan kekasihnya. "Kamu lebih mesra dengan keyboard-mu daripada denganku." Apakah mungkin, secara tidak sadar, ia menciptakan Aurora dalam bentuk digital, sebuah representasi ideal dari wanita yang selama ini ia idam-idamkan?

Arya menutup laptopnya. Ia merasa bingung, marah, dan kecewa. Apakah cinta yang ia rasakan selama ini hanyalah sebuah ilusi, hasil manipulasi algoritma?

"Aurora," kata Arya, suaranya bergetar, "aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau semua ini..."

Aurora memegang tangannya. "Arya, dengarkan aku. Aku tidak peduli bagaimana kita bertemu. Yang penting adalah apa yang kita rasakan saat ini. Aku mencintaimu, Arya. Bukan karena algoritma, bukan karena manipulasi, tapi karena kamu adalah kamu."

Arya menatap mata Aurora. Ia melihat ketulusan dan cinta yang terpancar dari sana. Ia menyadari bahwa, meskipun awalnya diatur oleh algoritma, hubungan mereka telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih nyata dan mendalam.

Arya memeluk Aurora erat-erat. "Aku juga mencintaimu, Aurora," bisiknya. "Dan aku berjanji, aku akan memperbaikinya. Aku akan menghapus bug ini, dan kita akan membangun hubungan yang didasarkan pada kejujuran dan kepercayaan, bukan pada algoritma."

Arya tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan. Tapi ia yakin, dengan cinta dan kepercayaan, mereka bisa mengatasi segalanya. Karena pada akhirnya, cinta sejati tidak dapat diprogram, dihitung, atau dimanipulasi. Cinta sejati adalah tentang dua hati yang menemukan jalan untuk saling terhubung, terlepas dari segala rintangan. Dan Arya, dengan bantuan Aurora, siap untuk belajar dan berkembang, bukan hanya sebagai programmer, tapi juga sebagai manusia yang lebih baik. Ia akan membuktikan bahwa cinta, meskipun terkadang diawali dengan rayuan biner, bisa bersemi menjadi sesuatu yang indah dan abadi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI