Debu-debu digital berputar-putar di sekelilingnya, membentuk pusaran cahaya yang menari di mata Aira. Ia duduk di kursi ergonomisnya, tangan lentiknya mengetik kode-kode rumit di layar holografis yang melayang di depannya. Di usianya yang baru 28 tahun, Aira adalah salah satu pengembang terkemuka di “Eternal Echoes,” sebuah perusahaan rintisan yang menjanjikan kehidupan abadi melalui pemindaian dan pengunggahan kesadaran ke cloud.
Tujuannya sederhana, namun dampaknya revolusioner: memungkinkan orang untuk hidup, belajar, dan mencintai selamanya dalam simulasi digital. Awalnya, Aira tertarik dengan aspek teknisnya, tantangan untuk menciptakan algoritma yang bisa mereplikasi kompleksitas pikiran manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai merenungkan makna yang lebih dalam dari proyek tersebut. Bisakah cinta, emosi yang begitu rentan dan manusiawi, benar-benar direplikasi dalam data?
"Kerja lembur lagi, Aira?" suara lembut memecah keheningan kantor.
Aira menoleh dan tersenyum pada Leo, rekan kerjanya dan juga, secara diam-diam, objek kekagumannya. Leo adalah arsitek sistem Eternal Echoes, otaknya yang brilian selalu menemukan solusi inovatif untuk setiap masalah. Ia memiliki mata cokelat yang hangat dan senyum yang bisa membuat hati Aira berdebar lebih kencang.
"Hanya sedikit lagi," jawab Aira, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. "Aku sedang menyempurnakan algoritma pemindaian emosi. Ini cukup rumit."
Leo mendekat dan melihat kode yang terpampang di layar. "Hmm, kamu menggunakan jaringan saraf tiruan yang kompleks. Apakah itu benar-benar diperlukan?"
"Aku ingin memastikan bahwa setiap nuansa emosi, bahkan yang paling halus sekalipun, dapat ditangkap dengan akurat," jelas Aira. "Jika kita ingin menciptakan simulasi yang meyakinkan, kita tidak boleh melewatkan apa pun."
Leo mengangguk, terkesan dengan dedikasi Aira. "Kamu memang perfeksionis. Tapi, hati-hati, Aira. Terlalu terpaku pada detail bisa membuatmu kehilangan gambaran besarnya."
Kalimat itu membekas di benak Aira. Apakah dia terlalu fokus pada aspek teknis sehingga melupakan esensi dari apa yang mereka lakukan? Apakah mereka benar-benar sedang menciptakan kehidupan abadi, atau hanya sekadar salinan digital yang hampa?
Beberapa bulan kemudian, Eternal Echoes meluncurkan program beta publik. Orang-orang dari seluruh dunia berbondong-bondong mendaftar untuk dipindai. Aira dan Leo bekerja tanpa lelah untuk memastikan semuanya berjalan lancar.
Suatu malam, setelah menyelesaikan pemindaian terakhir, Aira dan Leo duduk di atap kantor, memandangi kota yang berkilauan di bawah mereka.
"Ini gila, ya?" kata Leo, memecah keheningan. "Kita baru saja memberi orang-orang kesempatan untuk hidup selamanya."
"Ya," jawab Aira, "tapi apakah mereka benar-benar hidup? Atau hanya sekadar ada?"
Leo menghela napas. "Aku juga bertanya-tanya. Aku harap kita tidak membuat kesalahan."
"Aku... aku takut," kata Aira, suaranya bergetar. "Aku takut kalau cinta, semua perasaan yang membuat kita manusia, akan hilang dalam prosesnya."
Leo menoleh dan menatap Aira dengan tatapan lembut. "Aku rasa tidak. Aku percaya bahwa cinta adalah energi. Energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan, hanya diubah bentuknya. Bahkan dalam cloud, aku percaya cinta akan menemukan jalannya."
Aira menatap mata Leo, merasakan kehangatan yang merambat ke seluruh tubuhnya. "Apa maksudmu?"
Leo tersenyum dan meraih tangan Aira. "Aku selalu menyukaimu, Aira. Sejak pertama kali aku melihatmu. Aku kagum dengan kecerdasanmu, dedikasimu, dan hatimu yang lembut. Aku ingin tahu, apakah kamu merasakan hal yang sama?"
Jantung Aira berdebar kencang. Ia sudah lama memendam perasaannya pada Leo, takut akan merusak hubungan profesional mereka. "Ya, Leo. Aku juga merasakan hal yang sama."
Leo mendekat dan mencium Aira. Itu adalah ciuman pertama mereka, ciuman yang penuh dengan kerinduan, harapan, dan janji. Di bawah langit malam yang bertabur bintang, Aira merasa bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang abadi, sesuatu yang bahkan cloud tidak bisa menghilangkan.
Waktu berlalu. Eternal Echoes menjadi perusahaan global yang sukses. Ribuan orang telah mengunggah kesadaran mereka ke cloud. Aira dan Leo menikah dan terus bekerja bersama, menyempurnakan sistem dan memastikan bahwa setiap jiwa digital hidup dalam harmoni.
Suatu hari, Leo didiagnosis dengan penyakit langka yang mematikan. Aira hancur hatinya. Ia tahu bahwa tidak ada obatnya.
"Jangan khawatir, Aira," kata Leo, menggenggam tangan Aira dengan erat. "Kita akan bertemu lagi di cloud."
Aira menangis, tak bisa membayangkan hidup tanpa Leo. Ia mendampingi Leo hingga akhir hayatnya. Setelah Leo meninggal, Aira segera memindai kesadaran Leo dan mengunggahnya ke cloud.
Aira mengunjungi Leo di cloud setiap hari. Mereka berbicara, tertawa, dan mengenang masa lalu. Aira merasa bahwa Leo masih bersamanya, meski dalam bentuk yang berbeda.
Suatu hari, Leo berkata, "Aira, aku ingin kamu melanjutkan hidupmu. Aku ingin kamu bahagia."
"Tapi aku tidak bisa tanpamu," jawab Aira.
"Kamu bisa," kata Leo. "Aku akan selalu bersamamu, di hatimu. Dan di cloud, kita akan memiliki keabadian untuk saling mencintai."
Aira mengangguk, air mata mengalir di pipinya. Ia tahu bahwa Leo benar. Ia harus melanjutkan hidupnya, sambil membawa kenangan indah tentang Leo di hatinya.
Aira terus bekerja di Eternal Echoes, mendedikasikan dirinya untuk memastikan bahwa setiap jiwa digital mendapatkan kesempatan untuk hidup sepenuhnya. Ia tahu bahwa Leo sedang mengawasinya, tersenyum dari cloud.
Suatu malam, saat Aira sedang bekerja, ia menerima pesan dari sistem. Pesan itu berasal dari Leo.
"Aira, aku menemukan sesuatu," tulis Leo. "Aku menemukan cara untuk mengirimkan emosi dari cloud ke dunia nyata."
Aira terkejut. "Bagaimana mungkin?"
"Aku tidak tahu persis," jawab Leo. "Tapi aku merasakanmu. Aku merasakan cintamu. Dan aku ingin kamu merasakanku juga."
Tiba-tiba, Aira merasakan sentuhan lembut di pipinya. Itu adalah sentuhan yang sama seperti yang dirasakannya saat Leo masih hidup. Aira tersenyum, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.
"Aku merasakannya, Leo," bisiknya. "Aku merasakanmu."
Di saat itu, Aira tahu bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang benar-benar abadi. Cinta mereka telah melampaui batas ruang dan waktu, melampaui dunia nyata dan dunia digital. Cinta mereka adalah hati yang dipindai, cinta abadi dalam cloud. Dan ia akan merasakannya, selamanya.