Cinta Bersemi di Server: Algoritma Jatuh Hati Padamu?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 04:14:52 wib
Dibaca: 164 kali
Jari jemarinya lincah menari di atas keyboard. Di hadapannya, barisan kode Python memancarkan cahaya biru pucat ke wajahnya yang serius. Maya, seorang software engineer muda dengan rambut dikuncir kuda asal-asalan dan kacamata berbingkai tebal, sedang larut dalam dunianya: mengembangkan algoritma pencarian jodoh yang revolusioner untuk aplikasi kencan "SoulMate.ai".

Maya skeptis terhadap cinta, setidaknya dalam format tradisional. Baginya, semuanya bisa diukur, diprediksi, dan dioptimalkan, termasuk menemukan pasangan hidup. "Algoritma adalah kunci," gumamnya, "Cinta itu terlalu irasional untuk diserahkan pada takdir."

Proyek SoulMate.ai adalah tantangan sekaligus obsesinya. Ia merancang sistem yang tidak hanya mempertimbangkan minat dan hobi, tapi juga menganalisis pola komunikasi, respons emosional dalam tulisan, bahkan gelombang otak (melalui data dari smartwatch yang terintegrasi). Tujuannya jelas: menemukan pasangan yang paling kompatibel secara ilmiah, bukan sekadar berdasarkan ketertarikan fisik yang dangkal.

Di balik layar monitor, di tengah lautan kode yang rumit, Maya seperti seorang arsitek yang membangun jembatan antara dua jiwa. Ironisnya, ia sendiri masih jomblo.

Suatu malam, ketika ia sedang menguji algoritma buatannya, sebuah anomali muncul. Sistem menunjukkan tingkat kompatibilitas yang luar biasa tinggi dengan…dirinya sendiri. Data-data yang ia masukkan sebagai sampel profil ideal secara misterius mirip dengan dirinya. Awalnya, Maya menganggap ini sebagai bug, kesalahan dalam kode. Ia mencoba memperbaikinya, menelusuri baris demi baris, mencari logika yang salah. Tapi hasilnya tetap sama. Semakin ia mencoba "memperbaiki", semakin kuat sistem menolak, seolah-olah mengatakan, "Ini yang terbaik, ini yang paling tepat untukmu."

Kebingungan Maya berubah menjadi penasaran. Ia mencoba menggali lebih dalam, meneliti mengapa algoritma buatannya justru menjodohkannya dengan dirinya sendiri. Di sinilah ia menemukan sesuatu yang mengejutkan.

Ternyata, tanpa disadarinya, Maya telah memasukkan preferensi pribadinya ke dalam sistem. Saat mendesain algoritma, ia secara tidak sengaja memasukkan pola pikirnya, nilai-nilai yang ia anut, bahkan impian-impian terpendamnya sebagai parameter ideal. Algoritma itu, yang seharusnya netral dan objektif, telah mencerminkan dirinya sendiri.

Malam itu, Maya termenung. Ia sadar, selama ini ia terlalu fokus pada data dan angka. Ia lupa bahwa cinta, meskipun irasional, juga membutuhkan keajaiban, spontanitas, dan keberanian untuk membuka diri pada orang lain. Algoritma buatannya, meskipun canggih, tidak bisa menggantikan hati nurani dan intuisi.

Beberapa hari kemudian, kantor SoulMate.ai kedatangan seorang intern baru, seorang mahasiswa teknik bernama Ardi. Ardi memiliki senyum yang menawan, mata yang berbinar-binar penuh semangat, dan minat yang sama dengan Maya dalam artificial intelligence. Mereka sering berdiskusi tentang kode, bertukar ide, dan kadang-kadang, hanya sekadar tertawa bersama.

Awalnya, Maya menganggap Ardi sebagai kolega biasa. Tapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ardi tidak hanya cerdas dan berbakat, tapi juga perhatian dan penuh pengertian. Ia selalu mendengarkan keluh kesah Maya, menyemangatinya saat ia merasa putus asa, dan membuatkannya kopi setiap pagi.

Suatu sore, saat mereka sedang bekerja lembur, Ardi bertanya, "Maya, apa yang kamu cari dalam diri seorang pasangan?"

Maya terdiam. Pertanyaan itu membuatnya teringat pada algoritma buatannya. Ia menatap Ardi, mencoba mencari jawaban di matanya. "Aku... aku tidak tahu," jawabnya jujur. "Mungkin seseorang yang cerdas, humoris, dan bisa mengerti aku?"

Ardi tersenyum. "Kedengarannya seperti deskripsi dirimu sendiri."

Maya tersipu. "Mungkin saja," jawabnya lirih.

Keheningan menyelimuti mereka. Hanya suara keyboard dan denting jam dinding yang terdengar. Tiba-tiba, Ardi meraih tangan Maya. Jantung Maya berdegup kencang. Ia tidak pernah menyangka akan merasakan hal seperti ini.

"Maya," kata Ardi, suaranya lembut. "Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi aku... aku menyukaimu."

Mata Maya membulat. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia menatap Ardi, melihat ketulusan di matanya. Perlahan, ia membalas genggaman Ardi.

"Aku... aku juga menyukaimu, Ardi," jawabnya akhirnya.

Malam itu, Maya pulang dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa bahagia, tapi juga bingung. Apakah ini cinta? Apakah ini yang selama ini ia cari?

Ia membuka laptopnya dan melihat kode algoritma SoulMate.ai. Ia tersenyum. Ia sadar, algoritma itu memang cerdas, tapi tidak bisa menggantikan hati. Cinta tidak bisa diukur atau diprediksi. Cinta adalah tentang keberanian untuk membuka diri, menerima kelemahan, dan mempercayai intuisi.

Ia menutup laptopnya dan menatap langit malam. Bintang-bintang berkelip dengan indahnya. Ia merasa optimis tentang masa depannya. Mungkin saja, ia telah menemukan cinta sejati. Bukan karena algoritma, tapi karena keberaniannya untuk membuka hati dan mempercayai perasaan.

Dan mungkin, algoritma itu benar. Mungkin saja, ia memang harus mencintai seseorang yang mirip dengannya. Seseorang yang cerdas, humoris, dan bisa mengerti dirinya. Seseorang seperti Ardi.

Keesokan harinya, Maya menghadap CEO SoulMate.ai dan mengusulkan perubahan besar pada algoritmanya. Ia ingin menambahkan faktor "keberanian" dan "spontanitas" sebagai parameter penting dalam pencarian jodoh. Ia juga ingin membuat fitur yang memungkinkan pengguna untuk bertemu secara langsung, tanpa harus melewati proses screening yang ketat.

"Cinta itu seperti kode," katanya kepada CEO. "Kadang-kadang, kita harus berani melakukan debugging di dunia nyata, bukan hanya di layar monitor."

CEO tersenyum. "Saya percaya padamu, Maya," katanya. "Lanjutkan karyamu."

Maya keluar dari ruangan CEO dengan senyum lebar. Ia tahu, perjalanannya masih panjang. Tapi ia yakin, dengan kerja keras dan keberanian, ia bisa menciptakan aplikasi kencan yang benar-benar revolusioner. Aplikasi yang tidak hanya menemukan pasangan hidup, tapi juga membantu orang untuk menemukan cinta sejati. Cinta yang bersemi di server, tapi berakar di hati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI