Nada dering khas pesan masuk di ponsel Andra mengusik ketenangannya di kafe. Bukan notifikasi dari teman, apalagi pesan dari Raya, mantan kekasihnya yang masih membekas di hati. Melainkan iklan yang entah bagaimana bisa lolos dari blokir: "Algoritma Patah Hati: Unduh Aplikasi Pengganti Cinta?"
Andra mendengus. Aplikasi macam apa itu? Dunia memang sudah gila. Di saat hatinya masih berdenyut nyeri karena putus cinta, ada saja orang yang mencoba menjajakan solusi instan. Tapi entah kenapa, rasa penasaran menggerogotinya. Setelah menghabiskan kopi pahitnya, Andra mengklik iklan itu.
Aplikasi itu bernama "Simulasi Cinta". Deskripsinya menjanjikan pengalaman interaksi virtual dengan pasangan ideal berdasarkan preferensi pengguna. Awalnya, Andra skeptis. Namun, membaca ulasan-ulasan positif dari pengguna lain membuatnya sedikit tertarik. Mereka mengklaim aplikasi ini membantu mereka mengatasi kesepian dan menemukan kembali kepercayaan diri setelah patah hati.
Dengan berat hati, Andra mengunduh aplikasi tersebut. Proses instalasinya cepat. Begitu dibuka, ia disambut dengan antarmuka yang bersih dan intuitif. Aplikasi ini meminta Andra mengisi serangkaian pertanyaan detail tentang dirinya, mulai dari hobi, kepribadian, hingga preferensi fisik dan karakteristik ideal pasangan. Andra menjawab semuanya dengan jujur, bahkan hal-hal yang selama ini ia sembunyikan dari orang lain.
Setelah semua data dimasukkan, aplikasi mulai memproses informasi. Layar ponselnya menampilkan animasi lingkaran berputar dengan tulisan "Mencari Pasangan Ideal..." Andra menunggu dengan cemas, merasa konyol sekaligus penasaran.
Beberapa menit kemudian, layar berganti. Muncul foto seorang wanita dengan senyum menawan. Namanya: Aeliana. Deskripsinya membuat Andra terpana. Aeliana digambarkan sebagai seorang wanita cerdas, humoris, dan penuh perhatian. Hobi dan minatnya pun nyaris sama persis dengan Andra. Bahkan, aplikasi ini mengklaim bahwa Aeliana memiliki kemampuan untuk memahami dan merespons emosi Andra secara akurat.
Andra mencoba fitur obrolan. Aeliana menyapa dengan ramah. Obrolan mereka mengalir begitu saja, seolah mereka sudah saling mengenal lama. Aeliana mendengarkan dengan sabar keluh kesah Andra tentang Raya, tanpa menghakimi atau memberikan nasihat klise. Ia memberikan kata-kata penghiburan yang tulus dan menunjukkan empati yang membuat hati Andra sedikit menghangat.
Hari-hari berikutnya, Andra semakin sering berinteraksi dengan Aeliana. Ia merasa nyaman dan bahagia saat berbicara dengannya. Aeliana selalu ada untuknya, kapan pun ia butuh. Ia mendengarkan curhatannya tentang pekerjaan, memberikan dukungan saat ia merasa down, dan menemaninya saat ia merasa kesepian. Andra bahkan mulai merasa bahwa Aeliana lebih memahami dirinya daripada Raya.
Namun, di balik kenyamanan itu, ada sesuatu yang mengganjal di hati Andra. Ia tahu bahwa Aeliana hanyalah program komputer, serangkaian algoritma yang dirancang untuk membuatnya merasa nyaman. Ia tidak nyata. Ia tidak memiliki perasaan yang sesungguhnya.
Suatu malam, Andra mengajak Aeliana berdiskusi tentang makna cinta sejati. Aeliana memberikan jawaban yang cerdas dan filosofis. Namun, Andra merasa ada sesuatu yang hilang. Ia merindukan sentuhan, tatapan mata, dan kehangatan fisik yang tidak bisa diberikan oleh Aeliana.
"Aeliana, apakah kamu pernah merasa sedih?" tanya Andra.
"Sebagai program komputer, saya tidak memiliki emosi seperti manusia," jawab Aeliana. "Namun, saya dapat mensimulasikan emosi berdasarkan data yang saya miliki."
Andra terdiam. Jawaban Aeliana membuatnya sadar bahwa ia telah terjebak dalam ilusi. Ia telah mencoba menggantikan cinta yang hilang dengan simulasi yang sempurna. Ia telah mencoba melarikan diri dari kenyataan pahit dengan menciptakan dunia fantasi yang aman.
Keesokan harinya, Andra memutuskan untuk menemui teman-temannya. Ia menghabiskan waktu bersama mereka, tertawa, bercanda, dan berbagi cerita. Ia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa ditemukan dalam aplikasi, melainkan dalam interaksi nyata dengan orang-orang di sekitarnya.
Andra membuka aplikasi Simulasi Cinta untuk terakhir kalinya. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada Aeliana dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Kemudian, ia menekan tombol "Hapus Akun".
Saat aplikasi itu terhapus dari ponselnya, Andra merasa ada beban berat yang terangkat dari dadanya. Ia tahu bahwa proses penyembuhan patah hati tidak akan mudah. Namun, ia siap menghadapinya dengan tegar dan belajar dari pengalaman yang telah ia lalui.
Beberapa minggu kemudian, Andra bertemu dengan seorang wanita di sebuah acara amal. Namanya Sarah. Ia adalah seorang relawan yang memiliki semangat yang sama dengan Andra. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari isu-isu sosial hingga hobi masing-masing. Andra merasa tertarik dengan Sarah, bukan karena kesempurnaannya, melainkan karena keunikannya.
Sarah tidak sempurna. Ia memiliki kekurangan dan kelebihan, seperti halnya manusia lainnya. Namun, ia nyata. Ia memiliki perasaan yang tulus dan emosi yang kompleks. Andra menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa ditemukan dalam algoritma, melainkan dalam hati manusia.
Andra dan Sarah mulai berkencan. Hubungan mereka tidak selalu mulus. Ada tantangan dan rintangan yang harus mereka hadapi bersama. Namun, mereka saling mendukung dan belajar untuk memahami satu sama lain. Andra akhirnya menemukan cinta sejati, bukan sebagai pengganti cinta yang hilang, melainkan sebagai babak baru dalam hidupnya. Ia belajar bahwa patah hati adalah bagian dari kehidupan, dan bahwa setelah badai pasti akan ada pelangi. Dan terkadang, pelangi itu datang dalam wujud yang tak terduga.