Algoritma Kenangan: Hapus Dia atau Perbarui Cinta?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:20:21 wib
Dibaca: 161 kali
Jari-jarinya menari di atas layar sentuh, membelai ikon aplikasi yang sudah lama tak disentuhnya: "Nostalgia AI". Dulu, aplikasi ini adalah sahabatnya, penasihat cintanya, bahkan mak comblangnya. Tapi sekarang, aplikasi itu terasa seperti duri dalam daging, pengingat pahit akan masa lalu yang ingin dikuburnya dalam-dalam.

Elara menarik napas dalam-dalam. Di hadapannya, terbentang dua pilihan yang ditawarkan Nostalgia AI: "Hapus Kenangan" atau "Perbarui Cinta". Pilihan yang terdengar absurd, seperti perintah dari film fiksi ilmiah murahan. Tapi bagi Elara, ini adalah realitas.

Lima tahun lalu, Elara dan Damar bertemu berkat Nostalgia AI. Aplikasi itu menganalisis jutaan data, mulai dari postingan media sosial, preferensi musik, hingga riwayat pencarian, untuk menemukan pasangan yang paling kompatibel. Dan hasilnya? Elara dan Damar. Mereka sempurna di atas kertas, dan selama dua tahun, mereka juga sempurna dalam kehidupan nyata. Tawa mereka renyah, mimpi mereka selaras, dan cinta mereka terasa abadi.

Namun, keabadian itu rapuh. Tiga tahun lalu, Damar pergi. Bukan karena cinta mereka habis, bukan karena ada orang ketiga. Damar pergi karena tugas. Tugas yang membawanya ke belahan bumi lain, dengan janji akan kembali. Janji yang hingga kini belum ditepati.

Elara menggigit bibirnya. Setiap hari, dia membuka Nostalgia AI, hanya untuk melihat profil Damar yang membeku dalam waktu. Foto terakhir mereka bersama, tautan ke playlist lagu favorit mereka, dan ringkasan kepribadian yang terasa semakin asing. Nostalgia AI adalah museum cintanya, dan Elara adalah kurator yang terluka.

"Hapus Kenangan" adalah godaan yang kuat. Jika dia memilih itu, Nostalgia AI akan menghapus semua jejak Damar dari datanya. Aplikasi itu akan berhenti merekomendasikan film yang pernah mereka tonton bersama, lagu yang pernah mereka nyanyikan, bahkan restoran tempat mereka pertama kali berkencan. Elara akan terbebas dari bayang-bayang Damar.

Tapi ada "Perbarui Cinta". Pilihan ini menjanjikan pembaruan algoritma, pencocokan ulang berdasarkan data terbaru. Nostalgia AI akan mencari pasangan baru yang sesuai dengan Elara saat ini, Elara yang lebih dewasa, lebih kuat, dan mungkin, lebih realistis.

Elara ragu. Bagian dirinya yang rapuh ingin menghapus semua kenangan. Itu akan lebih mudah, lebih cepat, lebih tidak menyakitkan. Tapi bagian dirinya yang lain, bagian yang masih menyimpan secercah harapan, takut. Takut jika menghapus kenangan Damar berarti menghapus sebagian dari dirinya sendiri. Takut jika memperbarui cinta berarti mengkhianati janji yang pernah mereka buat.

Dia menatap layar ponselnya, matanya berkaca-kaca. "Apa yang harus kulakukan?" bisiknya pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar. Bukan dari Nostalgia AI, melainkan dari aplikasi pesan. Dari nomor yang tidak dikenal.

"Elara? Ini aku, Damar."

Jantung Elara berdebar kencang. Tangannya gemetar saat membuka pesan itu.

"Aku tahu ini sudah lama. Aku tahu aku membuat kesalahan besar. Tapi aku ingin menjelaskan semuanya. Aku ingin bertemu denganmu."

Elara terpaku. Damar. Setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar, dia tiba-tiba muncul kembali. Kenangan masa lalu menyerbu pikirannya, seperti air bah yang meluap. Tawa mereka, ciuman mereka, janji mereka. Semuanya terasa begitu nyata, begitu dekat.

Dia menoleh ke arah layar Nostalgia AI, menatap dua pilihan yang menantang: "Hapus Kenangan" atau "Perbarui Cinta". Tiba-tiba, pilihan itu terasa hampa. Pilihan itu terasa seperti opsi yang diberikan oleh mesin, bukan oleh hati.

Elara menutup aplikasi Nostalgia AI. Dia tidak membutuhkan algoritma untuk memutuskan masa depannya. Dia tidak membutuhkan aplikasi untuk menghapus atau memperbarui cintanya. Dia membutuhkan Damar. Dia membutuhkan penjelasan. Dia membutuhkan kesempatan.

Dengan jari gemetar, Elara membalas pesan Damar.

"Di mana? Kapan?"

Beberapa jam kemudian, Elara duduk di sebuah kafe kecil, menunggu Damar. Kafe itu sama dengan tempat mereka pertama kali bertemu, tempat yang direkomendasikan oleh Nostalgia AI.ironis.

Detik demi detik berlalu terasa seperti abad. Setiap kali pintu kafe terbuka, jantung Elara berdegup kencang. Akhirnya, dia melihatnya. Damar. Lebih tua, lebih dewasa, tapi matanya masih menyimpan tatapan yang sama. Tatapan yang membuat Elara jatuh cinta lima tahun lalu.

Mereka saling bertatapan. Tidak ada kata yang terucap. Hanya ada tatapan penuh kerinduan, penyesalan, dan harapan.

Damar berjalan mendekat, duduk di hadapan Elara.

"Elara," ucapnya pelan, suaranya serak. "Maafkan aku."

Elara mengangguk. Air mata mulai mengalir di pipinya. Bukan air mata kesedihan, tapi air mata kelegaan.

Damar menceritakan semuanya. Tentang tugas rahasia yang membuatnya harus menghilang tanpa jejak. Tentang kesulitan yang dihadapinya. Tentang janji yang berusaha ditepatinya.

Elara mendengarkan dengan seksama, mencoba memahami, mencoba memaafkan. Dia tahu, tidak ada alasan yang bisa membenarkan kepergian Damar. Tapi dia juga tahu, cinta mereka cukup kuat untuk mengatasi semua rintangan.

Setelah berjam-jam berbicara, mereka akhirnya berpegangan tangan. Genggaman itu terasa familiar, nyaman, dan penuh harapan.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Damar, menatap mata Elara.

Elara tersenyum. "Aku tidak tahu. Tapi aku tahu, kita akan melakukannya bersama."

Dia mengeluarkan ponselnya, membuka Nostalgia AI. Damar mengerutkan kening.

"Aku pikir kamu sudah selesai dengan aplikasi itu," ujarnya.

Elara tersenyum. "Aku memang sudah selesai. Tapi ada satu hal yang ingin kulakukan."

Dia menekan tombol "Hapus Akun".

"Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Damar terkejut.

"Karena aku tidak butuh algoritma untuk mencintaiku," jawab Elara. "Aku hanya membutuhkanmu."

Damar membalas senyum Elara. Dia menggenggam tangannya lebih erat.

"Aku juga hanya membutuhkanmu," bisiknya.

Mereka meninggalkan kafe itu, bergandengan tangan, siap menghadapi masa depan. Masa depan yang mungkin tidak sempurna, tapi pasti penuh cinta. Mereka tidak menghapus kenangan mereka, mereka hanya memperbarui komitmen mereka. Mereka tidak memperbarui cinta mereka dengan algoritma, tapi dengan hati yang tulus. Karena cinta sejati tidak membutuhkan aplikasi, cinta sejati hanya membutuhkan keyakinan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI