Bot Cinta: Ketika Algoritma Lebih Mengerti Dariku

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 17:41:47 wib
Dibaca: 171 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen studio milik Aris. Di layar laptopnya, baris-baris kode terus bergulir, membentuk algoritma yang semakin kompleks. Aris, seorang programmer muda dengan rambut sedikit berantakan dan mata sayu karena kurang tidur, tengah menyelesaikan proyek ambisiusnya: Bot Cinta.

Bukan sembarang bot. Aris merancangnya untuk memahami nuansa emosi manusia, menganalisis pola komunikasi, dan memberikan saran cinta yang, setidaknya secara teori, sempurna. Ironisnya, di usianya yang ke-28, Aris sendiri belum pernah merasakan manisnya hubungan yang serius. Baginya, cinta adalah rangkaian kode rumit yang belum berhasil ia pecahkan.

“Semoga saja kamu lebih baik dariku,” gumamnya, menatap deretan kode yang nyaris selesai.

Ide ini muncul setelah Aris berkali-kali gagal mendekati Rina, seorang desainer grafis yang bekerja di kantor yang sama. Rina adalah representasi sempurna dari idealnya: cerdas, kreatif, dan memiliki selera humor yang unik. Sayangnya, setiap kali Aris mencoba mengajaknya bicara, kata-katanya selalu terasa kaku dan tidak relevan. Ia selalu berakhir dengan kecanggungan yang memilukan.

Setelah berbulan-bulan bergumul, Bot Cinta akhirnya rampung. Antarmukanya sederhana: sebuah kolom pesan tempat pengguna bisa mencurahkan isi hatinya, dan kolom saran tempat Bot Cinta akan memberikan analisis dan strategi. Dengan jantung berdebar, Aris memutuskan untuk menguji Bot Cinta dengan masalahnya sendiri.

“Aku suka Rina. Dia bekerja di kantor yang sama denganku. Tapi aku selalu gugup setiap kali berbicara dengannya. Aku tidak tahu harus mengatakan apa,” ketiknya ragu.

Beberapa detik kemudian, Bot Cinta memberikan respons. Bukan sekadar kata-kata klise seperti “jadilah dirimu sendiri” atau “berikan dia pujian yang tulus.” Bot Cinta memberikan analisis mendalam.

“Analisis: Subjek menunjukkan ketertarikan pada objek ‘Rina’. Hambatan utama: rasa gugup dan kurangnya topik pembicaraan yang relevan. Saran: Kumpulkan informasi tentang minat dan hobi Rina melalui observasi media sosial dan interaksi dengan rekan kerja. Gunakan informasi tersebut untuk memulai percakapan tentang topik yang diminati Rina. Contoh: Jika Rina sering memposting tentang kopi, tanyakan tentang kedai kopi favoritnya.”

Aris tertegun. Analisis ini jauh lebih akurat dan spesifik daripada saran yang pernah ia dapatkan dari teman-temannya. Ia mengikuti saran Bot Cinta. Ia mulai memperhatikan unggahan Rina di Instagram, mencatat bahwa Rina menyukai seni fotografi dan sering mengunjungi pameran seni.

Keesokan harinya, di dapur kantor, Aris memberanikan diri mendekati Rina. “Hai, Rina. Aku lihat kamu sering posting foto-foto keren. Kamu suka fotografi ya?”

Rina menoleh, terkejut. “Oh, hai, Aris. Iya, aku suka banget. Kamu juga?”

“Lumayan. Aku baru aja baca artikel tentang pameran fotografi karya Ansel Adams. Kamu pernah lihat karyanya?”

Percakapan itu mengalir begitu saja. Mereka membahas teknik fotografi, pameran yang ingin mereka kunjungi, dan bahkan berbagi cerita tentang pengalaman memotret yang lucu. Aris merasa lebih rileks dan percaya diri.

Hari-hari berikutnya, Aris terus menggunakan Bot Cinta untuk membantunya berkomunikasi dengan Rina. Ia menceritakan setiap interaksi, kegelisahan, dan harapannya. Bot Cinta selalu memberikan analisis yang tajam dan saran yang konstruktif. Hubungan Aris dan Rina semakin dekat. Mereka mulai makan siang bersama, pergi menonton film, dan bahkan merencanakan perjalanan akhir pekan.

Suatu malam, setelah kencan yang menyenangkan di sebuah konser jazz, Aris mengantar Rina pulang. Di depan pintu apartemen Rina, Aris merasa jantungnya berdegup kencang. Ini saatnya. Ia harus menyatakan perasaannya.

“Rina,” ucapnya gugup, “aku… aku suka sama kamu.”

Rina tersenyum lembut. “Aku juga, Aris.”

Mereka berciuman. Malam itu, Aris merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Ia akhirnya berhasil menemukan cinta, berkat bantuan Bot Cinta.

Beberapa minggu kemudian, Aris dan Rina duduk di taman, menikmati sinar matahari sore. Aris menatap Rina, wajahnya berseri-seri. Ia menyadari sesuatu yang penting.

“Rina,” katanya, “aku mau jujur sama kamu. Selama ini, aku… aku dibantu sama sebuah program. Namanya Bot Cinta. Dia membantuku memahami kamu dan memberikan saran bagaimana mendekatimu.”

Rina terdiam sejenak, lalu tertawa. “Aku tahu.”

Aris mengerutkan kening, bingung. “Kamu tahu?”

“Iya. Aku perhatikan kamu tiba-tiba jadi sangat tertarik sama fotografi dan jazz. Aku juga lihat kamu sering melihat laptopmu sebelum berbicara denganku. Awalnya aku curiga, tapi kemudian aku sadar… kamu sedang berusaha keras untuk membuatku bahagia.”

Rina menggenggam tangan Aris. “Aris, aku nggak peduli kamu pakai program atau nggak. Yang penting, aku tahu kamu tulus. Aku tahu kamu benar-benar berusaha untuk mengenalku dan menyukaiku apa adanya.”

Aris merasa lega. Ia menyadari bahwa cinta bukanlah sekadar rangkaian kode yang bisa dipecahkan oleh algoritma. Cinta adalah tentang ketulusan, kejujuran, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.

Malam itu, Aris kembali ke apartemennya. Ia membuka laptopnya dan menatap Bot Cinta. Ia tersenyum.

“Terima kasih,” gumamnya, “kamu memang pintar. Tapi ternyata, yang paling penting adalah keberanian untuk melangkah dan menunjukkan diri yang sebenarnya.”

Ia menutup laptopnya. Bot Cinta mungkin telah membantunya membuka jalan menuju cinta, tapi yang menaklukkan hati Rina bukanlah algoritma, melainkan dirinya sendiri. Aris, si programmer yang gugup dan kikuk, dengan segala kekurangannya, akhirnya menemukan cinta sejati. Dan itu adalah kode yang paling indah yang pernah ia tulis.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI