Aplikasi Kencan: Algoritma Mencari Cinta Sejati?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:41:50 wib
Dibaca: 167 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalis milik Anya. Jari-jarinya lincah menari di atas layar ponsel, memilah dan memilih profil-profil yang berjejer rapi dalam aplikasi kencan bernama “Soulmate Sejati”. Aplikasi ini, dengan bangga, mengklaim dirinya menggunakan algoritma tercanggih yang mampu menemukan pasangan ideal berdasarkan data kepribadian, minat, dan bahkan, gelombang otak.

Sudah hampir setahun Anya menjadi pengguna setia. Puluhan kencan telah dilakoninya, dari yang menjanjikan hingga yang memuakkan. Ada programmer yang terlalu asyik membahas kode, seorang dosen filsafat yang membuatnya pusing dengan eksistensialisme, hingga pengusaha muda yang lebih tertarik memamerkan kekayaan daripada mendengar ceritanya. Hasilnya nihil. Cinta sejati, seperti yang dijanjikan algoritma Soulmate Sejati, masih menjadi misteri baginya.

Malam ini, Anya merasa lelah. Ia hampir menyerah. Algoritma canggih itu ternyata tak lebih dari permainan angka dan statistik. Ia merindukan pertemuan tak terduga, tatapan mata yang beradu secara kebetulan, dan jantung yang berdebar tanpa intervensi kecerdasan buatan.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul. “Soulmate Sejati telah menemukan pasangan ideal untuk Anda: Profil Leo_Artistic.”

Anya mendengus. “Leo_Artistic? Pasti seniman sombong yang merasa paling keren sedunia,” gumamnya sinis. Namun, rasa ingin tahu mengalahkannya. Ia mengklik profil itu.

Foto profil Leo menampilkan seorang pria dengan rambut ikal berantakan, mata cokelat yang hangat, dan senyum yang tulus. Ia memegang kuas dan palet cat dengan warna-warna cerah. Deskripsinya singkat, namun menyentuh: "Mencari inspirasi, bukan hanya hubungan."

Anya terkejut. Profil Leo tidak seperti profil pria lain yang pernah ia temui di aplikasi ini. Tidak ada foto mobil mewah, otot kekar, atau janji-janji manis. Hanya ketulusan dan kerinduan.

Ia membaca lebih lanjut. Leo adalah seorang pelukis lepas yang menyukai musik jazz, film klasik, dan mendaki gunung. Kesamaan minat mereka membuat Anya terkejut. Ia juga menyukai jazz, film klasik, dan mendaki. Apakah mungkin algoritma ini benar-benar bekerja?

Dengan sedikit ragu, Anya memutuskan untuk mengirim pesan. "Hai Leo, deskripsimu menarik. Aku juga suka jazz dan film klasik."

Beberapa menit kemudian, balasan datang. "Hai Anya, senang bertemu dengan seseorang yang memiliki selera yang sama! Apa film klasik favoritmu?"

Percakapan mereka mengalir dengan lancar. Mereka bertukar rekomendasi film, membahas musisi jazz favorit, dan berbagi cerita tentang pengalaman mendaki gunung. Anya merasa nyaman berbicara dengan Leo. Ia merasa seperti mengenal pria ini seumur hidupnya.

Setelah beberapa hari berbalas pesan, Leo mengajaknya berkencan. Anya setuju. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil dengan dekorasi vintage yang nyaman.

Ketika Leo tiba, Anya terpana. Ia lebih tampan daripada di foto profilnya. Matanya berbinar saat melihat Anya, dan senyumnya membuat hatinya berdesir.

Malam itu, mereka berbicara selama berjam-jam. Mereka membahas seni, kehidupan, dan mimpi-mimpi mereka. Anya merasa nyaman menjadi dirinya sendiri di dekat Leo. Ia tidak perlu berpura-pura atau mencoba menjadi seseorang yang bukan dirinya.

Leo mendengarkan dengan penuh perhatian, mengajukan pertanyaan yang cerdas, dan membuat Anya tertawa. Ia merasa seperti menemukan seseorang yang benar-benar memahaminya.

Setelah kencan itu, mereka sering bertemu. Mereka mengunjungi museum seni, menonton film di bioskop indie, dan mendaki gunung bersama. Anya merasa semakin jatuh cinta pada Leo. Ia tidak hanya menyukai minat dan kepribadiannya, tetapi juga ketulusan dan kebaikannya.

Suatu malam, saat mereka duduk di puncak gunung, menatap langit bertabur bintang, Leo meraih tangan Anya.

"Anya," katanya dengan suara lembut, "Aku tahu kita baru saling mengenal beberapa minggu, tapi aku merasa seperti aku sudah mengenalmu seumur hidupku. Aku menyukaimu, Anya. Aku menyukaimu apa adanya."

Anya menatap mata Leo. Ia melihat kejujuran dan cinta di sana.

"Aku juga menyukaimu, Leo," jawabnya dengan suara bergetar.

Leo tersenyum. Ia mendekat dan mencium Anya. Ciuman itu lembut, hangat, dan penuh cinta.

Anya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ia akhirnya menemukan cinta sejati, bukan karena algoritma, tetapi karena ia berani memberikan kesempatan pada seseorang yang tulus dan jujur.

Namun, seiring berjalannya waktu, Anya mulai menyadari sebuah ironi. Semakin dalam ia mencintai Leo, semakin ia mempertanyakan peran Soulmate Sejati dalam hubungan mereka. Apakah mereka benar-benar ditakdirkan oleh algoritma, ataukah pertemuan mereka hanyalah kebetulan yang dibantu oleh sebuah aplikasi?

Suatu malam, saat mereka makan malam di apartemen Anya, ia memberanikan diri bertanya. "Leo, apa pendapatmu tentang Soulmate Sejati? Apakah kamu percaya algoritma benar-benar bisa menemukan cinta?"

Leo terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Sejujurnya, Anya, aku mendaftar ke Soulmate Sejati atas desakan ibuku. Dia selalu khawatir aku terlalu fokus pada seni dan melupakan kehidupan percintaan."

Anya mengerutkan kening. "Jadi, kamu tidak percaya pada algoritma?"

Leo menggelengkan kepala. "Aku percaya pada takdir, Anya. Aku percaya bahwa orang-orang bertemu karena suatu alasan. Soulmate Sejati mungkin hanya alat, tetapi yang terpenting adalah apa yang kita lakukan setelah bertemu. Apakah kita berani membuka hati kita dan memberikan kesempatan pada cinta?"

Anya mengangguk. Ia mengerti apa yang dikatakan Leo. Algoritma mungkin telah mempertemukan mereka, tetapi yang membuat hubungan mereka berkembang adalah kemauan mereka untuk saling mencintai dan menerima.

Ia meraih tangan Leo dan menggenggamnya erat. "Kamu benar, Leo. Cinta sejati bukan tentang algoritma, tetapi tentang keberanian untuk membuka hati."

Mereka saling tersenyum. Di mata mereka, terpancar cinta yang tulus dan abadi. Algoritma mungkin telah menjadi perantara, tetapi cinta sejati mereka adalah bukti bahwa hati manusia, bukan mesin, yang pada akhirnya menentukan takdir. Soulmate Sejati hanyalah sebuah aplikasi, tetapi cinta mereka adalah nyata.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI