Algoritma Asmara: Cinta di Ujung Jari, Luka di Memori?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:29:08 wib
Dibaca: 170 kali
Deretan kode hijau menari di layar laptop Sarah. Jemarinya lincah menekan tuts, merangkai logika demi logika. Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, Sarah sudah menjadi salah satu programmer andalan di sebuah startup teknologi ternama. Fokusnya saat ini adalah mengembangkan algoritma kencan super canggih, yang ia juluki "Soulmate Search 3.0." Ia percaya, cinta bisa diukur, diprediksi, dan dipertemukan dengan algoritma yang tepat.

"Lagi ngoding apa, Sarah? Serius amat kayak lagi mikirin rumus fisika kuantum," suara Reno, rekan kerjanya, mengagetkannya. Reno adalah seorang desainer grafis, dengan senyum menawan dan selera humor yang selalu berhasil mencairkan suasana.

Sarah terkekeh. "Soulmate Search 3.0. Lagi nyempurnain akurasi algoritmanya. Aku pengen aplikasi ini benar-benar bisa nemuin pasangan yang cocok buat penggunanya."

Reno menyeringai. "Jadi, kapan nih aku didaftarin jadi kelinci percobaan?"

Sarah tersipu. Ia memang sering kali merasa kikuk di dekat Reno. Entah karena aura positif yang selalu dipancarkan pria itu, atau karena ia diam-diam mengagumi kemampuan Reno dalam menciptakan desain yang memukau. "Nanti deh, kalau sudah benar-benar siap. Tapi, kamu harus jujur ya, sama pertanyaannya."

"Siap, Komandan!" Reno mengacungkan jempol sebelum kembali ke mejanya.

Sarah kembali berkutat dengan kode. Ia memikirkan berbagai faktor yang bisa memengaruhi kecocokan antara dua individu: minat, nilai-nilai, preferensi, bahkan pola komunikasi. Ia memasukkan data-data dari berbagai sumber, mulai dari artikel ilmiah tentang psikologi percintaan hingga hasil survei tentang kebahagiaan dalam hubungan.

Beberapa bulan berlalu. Akhirnya, Soulmate Search 3.0 siap diluncurkan. Aplikasi itu menjadi viral dalam waktu singkat. Orang-orang berbondong-bondong mengunduh dan mencoba peruntungan mereka. Testimoni positif berdatangan, pasangan-pasangan baru terbentuk, dan Sarah merasa bangga dengan pencapaiannya.

Namun, di balik kesuksesan itu, Sarah merasa ada yang hilang. Ia melihat teman-temannya menemukan cinta melalui aplikasinya, tetapi ia sendiri masih merasa hampa. Ia terlalu sibuk menciptakan algoritma cinta, hingga lupa untuk membuka hatinya sendiri.

Suatu malam, Sarah memutuskan untuk mencoba Soulmate Search 3.0 untuk dirinya sendiri. Ia mengisi semua pertanyaan dengan jujur, berharap algoritma itu bisa membantunya menemukan seseorang yang tepat. Hasilnya mengejutkannya. Aplikasi itu merekomendasikan Reno sebagai pasangan yang paling cocok untuknya.

Sarah tertegun. Ia tidak pernah menyangka bahwa Reno, rekan kerjanya yang selalu membuatnya tertawa, adalah orang yang selama ini ia cari. Ia merasa bodoh karena selama ini terlalu fokus pada rumus dan logika, hingga mengabaikan perasaan yang tumbuh di dalam hatinya.

Dengan gugup, Sarah memberanikan diri untuk mengajak Reno makan malam. Reno menerima ajakannya dengan antusias. Malam itu, mereka berbincang-bincang tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, mimpi, hingga hal-hal yang membuat mereka tertawa. Sarah merasa nyaman dan bahagia berada di dekat Reno.

Di akhir malam, Reno mengantar Sarah pulang. Di depan pintu rumahnya, Reno menatap Sarah dengan lembut. "Sarah, aku udah lama pengen ngomong ini sama kamu. Aku suka sama kamu."

Sarah terkejut, tetapi juga lega. Perasaannya terbalas. Tanpa ragu, ia membalas tatapan Reno dan berkata, "Aku juga suka sama kamu, Reno."

Mereka berciuman di bawah cahaya bulan. Sarah merasa seperti mimpi. Ia akhirnya menemukan cinta, bukan karena algoritma, tetapi karena keberaniannya untuk membuka hati dan melihat orang yang selama ini ada di dekatnya.

Beberapa bulan kemudian, Sarah dan Reno memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka sederhana, tetapi penuh cinta dan kebahagiaan. Di hari pernikahannya, Sarah merenung. Ia menyadari bahwa algoritma memang bisa membantu mempertemukan orang, tetapi cinta sejati tidak bisa diprediksi atau dikendalikan. Cinta adalah tentang keberanian, kejujuran, dan kesediaan untuk menerima kekurangan masing-masing.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, Sarah menemukan sebuah folder tersembunyi di laptop Reno. Di dalamnya terdapat foto-foto Reno dengan seorang wanita lain. Wanita itu adalah mantan pacar Reno, yang dulu meninggalkannya karena memilih pria lain yang lebih kaya.

Sarah merasa hancur. Ia merasa dikhianati dan dibodohi. Ia mempertanyakan semua yang telah ia lalui bersama Reno. Apakah cinta Reno selama ini palsu? Apakah ia hanya pelarian dari masa lalunya?

Dengan marah, Sarah menghadapi Reno. Reno tidak mengelak. Ia mengakui bahwa ia masih menyimpan perasaan untuk mantan pacarnya. Ia mengatakan bahwa ia menikahi Sarah karena ia merasa nyaman dan aman bersamanya, tetapi ia tidak bisa melupakan masa lalunya.

Sarah menangis. Ia merasa seperti algoritma yang gagal menemukan cinta sejati. Ia merasa bodoh karena telah mempercayai Reno. Ia memutuskan untuk berpisah dengan Reno.

Setelah berpisah, Sarah merasa hampa dan sendirian. Ia kembali fokus pada pekerjaannya, tetapi ia tidak bisa melupakan Reno. Ia merindukan senyumnya, humornya, dan kehangatannya. Ia menyadari bahwa meskipun Reno telah menyakitinya, ia tetap mencintainya.

Suatu malam, Sarah menerima sebuah email dari Reno. Di dalam email itu, Reno meminta maaf atas kesalahannya. Ia mengatakan bahwa ia telah menyadari betapa bodohnya ia telah menyia-nyiakan Sarah. Ia mengatakan bahwa ia sangat mencintai Sarah dan ingin kembali bersamanya.

Sarah bingung. Ia ingin memaafkan Reno, tetapi ia juga takut terluka lagi. Ia takut bahwa Reno akan kembali mengulangi kesalahannya.

Setelah berpikir panjang, Sarah memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua kepada Reno. Ia percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk berubah. Ia juga percaya bahwa cinta sejati bisa mengatasi segala rintangan.

Sarah dan Reno bertemu. Mereka saling meminta maaf dan berjanji untuk saling mencintai dan menghargai. Mereka memulai kembali hubungan mereka dari awal.

Kali ini, hubungan mereka lebih kuat dan lebih dewasa. Mereka belajar untuk saling memahami dan menerima kekurangan masing-masing. Mereka juga belajar untuk tidak membiarkan masa lalu menghantui mereka.

Sarah akhirnya menemukan cinta sejati, bukan karena algoritma, tetapi karena kesediaannya untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua. Ia menyadari bahwa cinta memang tidak sempurna, tetapi cinta bisa menjadi indah jika kita berani untuk berjuang dan bertahan. Luka di memori memang ada, tetapi cinta yang tulus mampu menyembuhkannya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI