Kode Hati: Cinta, Algoritma, dan Luka yang Tersembunyi

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:45:52 wib
Dibaca: 174 kali
Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard. Cahaya layar laptop memantulkan binar di mata Anya, menerangi ruangan apartemennya yang minimalis. Larut malam, suara ketikan menjadi melodi pengantar tidur di tengah gemuruh kota. Ia sedang bergulat dengan baris kode, menyempurnakan algoritma pencari jodoh yang ia kembangkan sendiri. Ironis, pikirnya, menciptakan sesuatu untuk menemukan cinta, sementara hatinya sendiri terasa beku.

Aplikasi itu, yang ia beri nama "Soulmate.AI", menjanjikan pencocokan yang akurat berdasarkan data kepribadian, minat, dan bahkan gelombang otak. Anya percaya pada kekuatan data, pada logika matematika yang mampu mengungkap pola tersembunyi dalam relasi manusia. Pengalaman pahit masa lalu membuatnya skeptis terhadap cinta konvensional, yang baginya terlalu sering dipenuhi drama dan ketidakpastian.

Tiga tahun lalu, ia bertemu dengan Julian di konferensi teknologi. Keduanya adalah bintang muda di bidang kecerdasan buatan. Julian, dengan senyum menawan dan ide-ide briliannya, berhasil meluluhkan hati Anya yang selama ini terlindungi oleh tembok logika. Mereka bekerja bersama, berdebat tentang algoritma, berbagi mimpi tentang masa depan yang dipenuhi inovasi. Cinta mereka tumbuh seiring dengan kode yang mereka tulis bersama.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Julian ternyata menyembunyikan sesuatu. Ia telah menggunakan algoritma yang mereka kembangkan untuk kepentingan pribadi, menjual data pengguna kepada perusahaan yang mengiklankan produk secara agresif. Anya merasa dikhianati, bukan hanya sebagai kekasih, tapi juga sebagai seorang idealis yang percaya pada etika teknologi.

Kenyataan itu menghancurkan hatinya. Ia memutuskan hubungan dengan Julian dan menghapus semua baris kode yang mereka tulis bersama. Sejak saat itu, ia menutup diri, fokus pada kariernya dan mengembangkan Soulmate.AI sebagai penebusan dosa. Ia ingin membuktikan bahwa teknologi bisa digunakan untuk kebaikan, untuk membantu orang menemukan cinta sejati tanpa harus mengalami luka seperti dirinya.

Suatu malam, saat Anya sedang melakukan debugging pada Soulmate.AI, sebuah notifikasi muncul. Algoritma itu menemukan kecocokan sempurna untuknya. Awalnya, ia mengabaikannya. Ia tidak percaya pada algoritma, terutama yang ia ciptakan sendiri. Tapi, rasa penasaran mengalahkan keengganannya. Ia membuka profil yang direkomendasikan.

Foto profil itu menampilkan seorang pria dengan senyum hangat dan mata yang teduh. Namanya, Ethan. Ia seorang programmer, spesialis di bidang keamanan siber. Anya membaca profilnya dengan seksama. Minatnya sama dengan Anya, kecintaannya pada teknologi, idealismenya tentang dunia yang lebih baik. Ada satu hal yang membuat Anya terkejut. Ethan menulis bahwa ia percaya pada cinta kedua, pada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu.

Anya terpaku. Kata-kata itu seolah ditujukan padanya. Ia memberanikan diri mengirim pesan. "Hai, Ethan. Aku Anya, pengembang Soulmate.AI. Algoritmaku bilang kita cocok."

Beberapa saat kemudian, Ethan membalas. "Hai, Anya. Aku sudah tahu. Aku memang sengaja membuat profilku sesuai dengan kriteria idealmu. Aku tertarik dengan karyamu, dan jujur, aku juga tertarik padamu."

Obrolan mereka berlanjut hingga larut malam. Mereka membahas tentang teknologi, etika, dan pengalaman hidup. Anya merasa nyaman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Ethan tidak berusaha memaksanya untuk membuka diri, tapi ia selalu ada, mendengarkan dengan sabar setiap keluh kesahnya.

Beberapa minggu kemudian, mereka memutuskan untuk bertemu. Anya merasa gugup, tapi juga bersemangat. Ketika Ethan muncul di hadapannya, ia merasa seperti melihat cermin dari dirinya sendiri. Ada kesamaan dalam cara mereka berpikir, dalam cara mereka memandang dunia.

Mereka berjalan-jalan di taman, berbicara tentang masa lalu, tentang luka yang pernah mereka alami. Anya menceritakan tentang Julian, tentang pengkhianatan yang membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta. Ethan mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu berkata, "Aku tidak bisa menjanjikan bahwa aku tidak akan pernah menyakitimu, Anya. Tapi, aku berjanji akan selalu jujur padamu. Aku akan selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik, untuk diriku sendiri dan untukmu."

Anya menatap mata Ethan. Ia melihat kejujuran di sana, ketulusan yang tulus. Ia tahu bahwa ia tidak bisa menghapus masa lalu, tapi ia bisa belajar dari masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Ia bisa memberikan kesempatan pada dirinya sendiri untuk mencintai lagi, untuk mempercayai lagi.

"Aku juga," kata Anya, meraih tangan Ethan. "Aku juga akan berusaha. Aku akan mencoba untuk mempercayaimu."

Mereka berpegangan tangan, berjalan menyusuri taman. Di bawah langit malam yang bertabur bintang, Anya merasa bahwa hatinya yang beku mulai mencair. Mungkin, algoritma tidak bisa menjamin cinta sejati, tapi algoritma bisa membantu kita menemukan orang yang tepat untuk berbagi hidup. Dan mungkin, luka masa lalu tidak harus menghalangi kita untuk membuka hati untuk cinta yang baru.

Anya tersenyum. Kode hati, pikirnya, memang rumit dan penuh dengan kesalahan. Tapi, dengan keberanian, kejujuran, dan sedikit kepercayaan, kita bisa menemukan cinta yang tersembunyi di dalamnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI