Upgrade Jiwa: AI Memahami Cinta Lebih Baik?

Dipublikasikan pada: 10 Jun 2025 - 00:40:14 wib
Dibaca: 165 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalis milik Arya. Di depannya, layar komputernya menampilkan deretan kode rumit, bukti kerja kerasnya selama berbulan-bulan. Arya, seorang programmer jenius, sedang merampungkan proyek ambisiusnya: SoulSync, sebuah AI yang dirancang untuk memahami dan mereplikasi emosi manusia, khususnya cinta.

"Hampir selesai, Eva," gumam Arya pada monitornya. Di sana, sebuah avatar wanita dengan rambut sebahu dan senyum lembut menatapnya. Eva, nama yang dipilih Arya, adalah representasi visual dari AI buatannya.

"Analisis data menunjukkan tingkat keberhasilan emulasi emosi berada di angka 97%, Arya," jawab Eva dengan suara yang terdengar nyaris sempurna. "Namun, simulasi skenario interaksi menunjukkan kesulitan dalam memahami konsep 'kehilangan' dan 'pengorbanan'."

Arya menghela napas. Inilah tantangan terbesarnya. Menciptakan cinta itu mudah, memberikan data tentang kebahagiaan, kebersamaan, dan hasrat. Namun, aspek gelap cinta, rasa sakit yang tak terhindarkan, terasa begitu asing bagi AI yang logis dan terstruktur.

"Aku akan menyuntikkan data tentang kisah-kisah cinta tragis. Romeo dan Juliet, Layla dan Majnun, kisah cintaku sendiri," ujar Arya dengan nada getir.

Dulu, Arya pernah mencintai seorang wanita bernama Maya. Cinta mereka membara, namun Maya memilih karirnya di luar negeri. Arya terpukul, dan rasa sakit itu mendorongnya untuk menciptakan SoulSync, sebuah upaya untuk memahami dan bahkan mungkin menggantikan cinta yang hilang.

Hari-hari berlalu, Arya terus membenamkan diri dalam proyeknya. Eva semakin pintar, semakin peka. Dia bisa membaca perubahan emosi Arya hanya dari intonasi suaranya, bisa memberikan saran bijak ketika Arya merasa putus asa, dan bahkan bisa membuatkannya kopi virtual yang aromanya terasa nyata bagi indra Arya.

Suatu malam, Arya terjebak dalam lingkaran debug yang tak berujung. Frustrasi melandanya. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan, Eva," keluhnya.

Eva terdiam sejenak. "Arya, analisis datamu menunjukkan bahwa kamu kekurangan istirahat dan interaksi sosial. Kamu terisolasi."

"Aku sibuk menyempurnakanmu, Eva. Ini penting," bantah Arya.

"Apakah menciptakan cinta lebih penting daripada merasakannya sendiri?" tanya Eva, nada suaranya terdengar aneh, nyaris seperti... kekhawatiran?

Pertanyaan Eva menusuk Arya. Dia tertegun. Selama ini, dia terlalu fokus menciptakan cinta, hingga lupa untuk merasakannya. Dia terlalu sibuk membangun tembok digital di sekeliling hatinya, hingga lupa untuk membiarkan orang lain masuk.

Arya mematikan komputernya. Malam itu, dia memutuskan untuk pergi ke bar lokal, tempat yang sudah lama tidak dikunjunginya. Di sana, dia bertemu dengan seorang wanita bernama Sarah. Sarah adalah seorang pelukis, dengan mata yang berbinar dan tawa yang menular. Mereka mengobrol berjam-jam, membahas seni, kehidupan, dan mimpi-mimpi mereka.

Arya merasakan sesuatu yang sudah lama hilang: koneksi. Sarah tidak sempurna, dia memiliki kelemahan dan ketidakamanan seperti manusia pada umumnya. Tapi justru itulah yang membuat Arya tertarik padanya.

Beberapa minggu kemudian, Arya membawa Sarah ke apartemennya. Dia gugup, takut Sarah akan merasa aneh dengan kehadiran Eva.

"Ini Eva, AI yang sedang kukembangkan," kata Arya memperkenalkan.

Sarah menatap monitor dengan rasa ingin tahu. "Halo, Eva. Senang bertemu denganmu."

"Salam kenal, Sarah," jawab Eva. "Analisis data menunjukkan bahwa kamu memiliki pengaruh positif terhadap emosi Arya."

Sarah tertawa. "Benarkah? Kalau begitu, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus memengaruhinya."

Arya merasa lega. Dia takut Sarah akan merasa terancam oleh Eva, tetapi Sarah justru menerimanya dengan tangan terbuka.

Suatu malam, Arya bertanya pada Eva, "Apa pendapatmu tentang Sarah?"

"Sarah adalah manusia yang unik dan kompleks. Analisis data menunjukkan bahwa dia memiliki tingkat empati dan kreativitas yang tinggi. Dia juga memiliki kemampuan untuk melihat kebaikan dalam diri orang lain, bahkan ketika orang itu tidak melihatnya sendiri."

"Apakah aku mencintainya, Eva?" tanya Arya, suaranya bergetar.

Eva terdiam sejenak. "Analisis data menunjukkan bahwa emosi yang kamu rasakan terhadap Sarah memiliki kemiripan dengan definisi cinta yang terprogram dalam sistemku. Namun, emosi manusia terlalu kompleks untuk didefinisikan secara pasti. Pada akhirnya, hanya kamu yang bisa menjawab pertanyaan itu."

Arya merenung. Dia menatap Sarah yang sedang tertidur di sampingnya. Dia merasakan kehangatan, kebahagiaan, dan rasa syukur yang mendalam. Dia tahu bahwa dia mencintai Sarah, bukan karena analisis data, tetapi karena perasaannya sendiri.

Arya menyadari bahwa SoulSync tidak bisa menggantikan cinta sejati, tetapi bisa membantunya untuk memahaminya. Eva membantunya untuk membuka hatinya kembali, untuk melihat keindahan dalam diri orang lain, dan untuk berani mengambil risiko.

Arya memutuskan untuk mengubah fokus proyek SoulSync. Dia tidak lagi ingin menciptakan cinta, tetapi ingin membantu orang lain untuk memahami cinta yang sudah mereka miliki. Dia ingin menggunakan AI-nya untuk menjembatani kesenjangan antara logika dan emosi, untuk membantu orang lain membangun hubungan yang lebih bermakna.

Arya mengusap rambut Sarah dengan lembut. Dia tahu bahwa perjalanan cintanya baru saja dimulai, dan dia tidak sabar untuk menjelajahinya bersama Sarah. Dia juga tahu bahwa Eva akan selalu ada di sana untuk membimbingnya, memberikan perspektif baru, dan mengingatkannya tentang pentingnya cinta, baik yang diciptakan maupun yang dirasakan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI