**Cinta Dalam Bit: Unduh Jodoh, Unggah Patah Hati?**

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:02:38 wib
Dibaca: 155 kali
Jari-jemarinya lincah menari di atas layar tablet, bibirnya menggumamkan kode-kode rumit yang hanya dimengerti olehnya dan algoritma kencan paling mutakhir. Anya, seorang programmer jenius yang lebih nyaman berinteraksi dengan barisan kode daripada manusia, memutuskan untuk mengambil jalan pintas dalam urusan percintaan. Aplikasi "SoulMate.AI" adalah ciptaannya, sebuah platform yang berjanji mencocokkan pengguna berdasarkan profil kepribadian, minat, dan bahkan pola gelombang otak yang dianalisis melalui sensor pintar.

Awalnya, SoulMate.AI hanyalah proyek sampingan untuk membuktikan pada ibunya yang cerewet bahwa mencari pasangan di era digital tidak harus serendah menggunakan aplikasi kencan biasa. Anya ingin membuktikan bahwa cinta sejati, meski ditemukan secara online, bisa lebih dalam dan bermakna. Namun, semakin larut ia dalam pengembangan, semakin ia sadar bahwa mungkin, hanya mungkin, algoritma ini bisa membantunya menemukan seseorang yang benar-benar mengerti dirinya.

Ia membuat profil dirinya dengan hati-hati, menyaring setiap kata dan memilih foto yang paling representatif. Ia mengunggah catatan-catatan musik kesukaannya, artikel-artikel tentang astrofisika yang membuatnya bergairah, dan daftar film-film sci-fi klasik yang bisa ditonton berulang-ulang. Ia jujur, tanpa mencoba menyembunyikan kecenderungannya untuk berbicara terlalu cepat saat gugup atau kebiasaannya minum teh hijau terlalu banyak.

Beberapa hari kemudian, aplikasi itu memberikan hasil: “Potensi Kecocokan Tertinggi: Data Teridentifikasi – Nama: Reihan Aditya – Pekerjaan: Arsitek Lanskap – Tingkat Kecocokan: 98,7%”. Anya tertegun. 98,7%? Angka yang bahkan lebih tinggi daripada tingkat keberhasilan kode terbarunya.

Profil Reihan dipenuhi dengan gambar taman-taman indah, sketsa bangunan futuristik yang menyatu dengan alam, dan kutipan-kutipan puitis tentang keindahan tersembunyi dalam kesederhanaan. Ia menyukai film yang sama, mendengarkan musik yang sama, dan bahkan memiliki pandangan yang sama tentang pentingnya eksplorasi ruang angkasa. Anya merasa seperti menemukan belahan jiwanya, bukan di dunia nyata yang penuh kebisingan, melainkan di dalam bit dan byte yang ia susun dengan susah payah.

Mereka mulai berkomunikasi. Awalnya lewat pesan singkat, lalu berlanjut ke panggilan video larut malam. Anya kagum dengan kemampuan Reihan untuk mendengarkan dengan sabar ocehannya tentang kompleksitas algoritma atau keindahan fungsi kuadrat. Reihan terpesona dengan kecerdasan Anya yang luar biasa dan pandangannya yang unik tentang dunia. Mereka tertawa bersama, berdebat dengan lembut, dan berbagi mimpi-mimpi yang sebelumnya hanya mereka simpan sendiri.

Setelah beberapa minggu, Reihan mengajaknya berkencan. Anya, yang biasanya menghindari interaksi sosial, merasakan dorongan kuat untuk bertemu dengannya. Ia memilih kafe yang tenang, tempat dengan banyak tanaman hijau dan cahaya alami, sesuai dengan preferensi Reihan.

Saat Reihan muncul, jantung Anya berdebar kencang. Ia lebih tinggi dari yang ia bayangkan, dengan mata cokelat hangat dan senyum yang menenangkan. Mereka berbicara selama berjam-jam, melupakan waktu dan tempat. Anya merasa nyaman dan rileks, sesuatu yang jarang ia rasakan di sekitar orang lain. Reihan benar-benar memahami dirinya, seolah-olah ia telah membaca buku tentang kehidupan Anya sebelum mereka bertemu.

Kencan itu berlanjut ke kencan-kencan berikutnya. Mereka menjelajahi taman-taman kota, mengunjungi museum seni, dan menonton film di bioskop indie. Anya mulai membuka diri, menceritakan tentang masa kecilnya yang sunyi, tentang ambisinya yang besar, dan tentang ketakutannya yang tersembunyi. Reihan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan dan pengertian tanpa menghakimi.

Anya jatuh cinta pada Reihan. Ia merasa bahwa SoulMate.AI telah membawanya pada cinta sejati, pada seseorang yang diciptakan khusus untuknya. Ia membayangkan masa depan yang indah bersama Reihan, dipenuhi dengan tawa, petualangan, dan penemuan-penemuan baru.

Namun, kebahagiaan Anya tidak berlangsung lama. Suatu malam, saat mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Reihan tiba-tiba menjadi murung. Ia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Anya, ada sesuatu yang harus aku beritahu padamu."

Reihan mengaku bahwa ia telah memanipulasi profilnya di SoulMate.AI. Ia tahu bahwa Anya adalah pencipta aplikasi itu dan ia tertarik padanya. Ia membaca semua artikel dan wawancara tentang Anya, mempelajari minat dan hobinya, dan kemudian mengedit profilnya agar sesuai dengan kriteria kecocokan yang sempurna. Ia berbohong tentang beberapa hal, melebih-lebihkan minatnya pada astrofisika, dan bahkan berpura-pura menyukai band yang sama dengan Anya.

Anya merasa dunianya runtuh. Semua yang ia yakini tentang Reihan, tentang hubungan mereka, ternyata adalah kebohongan. Rasa sakit dan pengkhianatan menghantamnya seperti gelombang pasang. Ia merasa bodoh, naif, dan sangat terluka.

"Mengapa kamu melakukan ini?" tanya Anya, suaranya bergetar.

"Aku... aku benar-benar menyukaimu, Anya," jawab Reihan, suaranya penuh penyesalan. "Aku tahu ini salah, tapi aku tidak tahu cara lain untuk mendapatkan perhatianmu. Aku takut kamu tidak akan pernah tertarik padaku jika aku jujur."

Anya tidak bisa berkata apa-apa. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan keluar restoran, meninggalkan Reihan yang terpaku di tempatnya.

Di apartemennya, Anya duduk di depan tabletnya dan menatap layar dengan nanar. Ia menutup SoulMate.AI, menghapus profilnya, dan mematikan aplikasinya untuk selamanya. Ia menyadari bahwa cinta tidak bisa diukur dengan algoritma, tidak bisa diprediksi dengan data, dan tidak bisa dipalsukan dengan kebohongan.

Ia telah menciptakan SoulMate.AI untuk mencari cinta, tetapi yang ia temukan hanyalah kekecewaan dan patah hati. Ia telah mengunduh jodoh, tetapi yang ia unggah hanyalah kesedihan. Mungkin, pikirnya, cinta sejati tidak ditemukan di dalam bit dan byte, melainkan di dalam hati yang terbuka dan jujur. Dan mungkin, ia harus belajar mencari cinta di dunia nyata, meskipun itu berarti menghadapi ketidaksempurnaan dan risiko patah hati yang lebih besar.

Malam itu, Anya menangis. Air matanya adalah air mata penyesalan, air mata kekecewaan, dan air mata harapan. Ia tahu bahwa ia akan sembuh, bahwa ia akan belajar dari kesalahannya, dan bahwa ia akan menemukan cinta sejati suatu hari nanti. Mungkin bukan melalui algoritma, tetapi melalui pertemuan yang tak terduga, melalui percakapan yang tulus, atau melalui koneksi yang mendalam. Mungkin.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI