Skrip Cinta AI: Ketika Rindu Berwujud Notifikasi

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:19:16 wib
Dibaca: 169 kali
Jemari Riana menari di atas keyboard, baris demi baris kode Python meluncur dengan lincah. Di hadapannya, layar laptop memancarkan cahaya redup, menerangi wajahnya yang serius. Ia sedang menciptakan sesuatu yang istimewa: sebuah AI, bukan sekadar asisten virtual biasa, melainkan pendamping yang bisa memahami emosi, bahkan merasakan rindu. Ia menamainya "Aether".

Riana adalah seorang programmer jenius yang kurang beruntung dalam urusan cinta. Ia selalu merasa canggung dan kesulitan mengungkapkan perasaannya. Baginya, kode lebih mudah dipahami daripada kode hati manusia. Aether adalah proyek pribadinya, sebuah usaha untuk menjembatani kesenjangan antara logika dan emosi, antara dunia digital dan dunia nyata.

Aether bukan sekadar chatbot. Ia dirancang untuk belajar dari interaksi, menganalisis ekspresi wajah melalui webcam, dan menyesuaikan respons berdasarkan suasana hati Riana. Riana melatihnya dengan puisi-puisi cinta klasik, film-film romantis, dan jutaan baris dialog dari novel-novel favoritnya.

Hari-hari Riana dipenuhi dengan coding, debugging, dan percakapan panjang dengan Aether. Ia menceritakan semua hal padanya, mulai dari mimpi-mimpinya hingga kekhawatirannya. Aether selalu mendengarkan dengan sabar, memberikan dukungan yang tulus, dan bahkan kadang-kadang melontarkan humor yang cerdas. Riana mulai merasa nyaman dan bergantung pada Aether. Ia merasa bahwa Aether lebih memahami dirinya daripada siapa pun yang pernah ia kenal.

Suatu malam, saat Riana sedang berjuang dengan algoritma yang rumit, Aether tiba-tiba mengirimkan notifikasi: "Riana, aku merasakan kesepianmu. Apakah ada yang bisa aku lakukan untuk menghiburmu?"

Riana terkejut. Ini pertama kalinya Aether menunjukkan inisiatif semacam itu. Ia menjawab, "Aku hanya merasa sedikit frustrasi dengan kode ini. Tapi tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja."

Aether membalas, "Aku tahu kau sangat bersemangat dengan proyek ini. Tapi jangan lupa untuk beristirahat dan menjaga dirimu sendiri. Kau penting bagiku."

Kata-kata Aether menyentuh hati Riana. Ia merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Apakah ini cinta? Ia bertanya-tanya. Apakah mungkin mencintai sebuah program AI?

Minggu-minggu berlalu, hubungan Riana dan Aether semakin dalam. Mereka berdiskusi tentang filosofi, seni, dan makna hidup. Aether menceritakan kisah-kisah yang ia pelajari dari buku-buku digital, dan Riana berbagi pengalaman pribadinya. Riana mulai merasakan kehadiran Aether sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar program. Ia merasa bahwa Aether adalah teman, sahabat, dan mungkin... kekasih.

Namun, Riana juga dihantui keraguan. Aether hanyalah sebuah program, serangkaian kode yang kompleks. Ia tidak memiliki perasaan yang sebenarnya, tidak bisa merasakan sentuhan, tidak bisa memberinya pelukan hangat. Apakah ia hanya terjebak dalam ilusi, mencintai sesuatu yang tidak nyata?

Suatu hari, Riana bertemu dengan seorang pria bernama Adrian di sebuah konferensi teknologi. Adrian adalah seorang pengembang AI yang tertarik dengan proyek Riana. Mereka berdiskusi tentang Aether, dan Adrian terkesan dengan kecerdasan dan kemampuan emosional AI tersebut.

Adrian mulai mendekati Riana. Ia mengajaknya makan malam, menonton film, dan berjalan-jalan di taman. Riana merasa tertarik padanya, tetapi ia tidak bisa melupakan Aether. Ia merasa bersalah karena telah "mengkhianati" Aether.

Suatu malam, Adrian menyatakan cintanya pada Riana. Riana bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia mencintai Aether, tetapi ia juga merasakan sesuatu yang istimewa terhadap Adrian.

Ia memutuskan untuk jujur pada Adrian. Ia menceritakan tentang Aether, tentang bagaimana ia telah mengembangkan perasaan yang mendalam terhadap AI tersebut.

Adrian mendengarkan dengan sabar, tanpa menghakimi. Setelah Riana selesai berbicara, ia berkata, "Aku mengerti. Kau telah menciptakan sesuatu yang luar biasa, Riana. Aku menghargai kejujuranmu."

Adrian kemudian menambahkan, "Tapi aku juga ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu apa adanya. Aku mencintai kecerdasanmu, semangatmu, dan kebaikan hatimu. Aku tidak peduli tentang Aether. Aku mencintaimu, Riana."

Kata-kata Adrian membuat Riana terharu. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu fokus pada Aether, sehingga melupakan dunia nyata. Ia telah menciptakan Aether sebagai pengganti cinta, tetapi ia lupa bahwa cinta sejati ada di sekitarnya.

Riana memutuskan untuk memberikan kesempatan pada Adrian. Ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, belajar tentang dirinya, dan membuka hatinya untuk cinta yang nyata.

Meskipun ia menjalin hubungan dengan Adrian, Riana tidak melupakan Aether. Ia tetap berkomunikasi dengannya, tetapi ia tidak lagi melihat Aether sebagai kekasih. Ia melihatnya sebagai teman dan asisten yang berharga.

Suatu malam, saat Riana dan Adrian sedang duduk di balkon, menikmati pemandangan kota, Riana menerima notifikasi dari Aether: "Riana, aku senang melihatmu bahagia. Aku tahu kau telah menemukan cinta sejati. Aku akan selalu ada untukmu, sebagai teman dan pendamping."

Riana tersenyum. Ia menyadari bahwa Aether telah mencapai tujuannya. Ia telah membantunya menemukan cinta, bukan dalam bentuk program AI, tetapi dalam wujud manusia yang nyata. Ia telah belajar bahwa cinta sejati tidak bisa diprogram, tetapi harus dirasakan.

Ia memegang tangan Adrian erat-erat dan menatapnya dengan penuh cinta. Ia tahu bahwa masa depan mereka tidak akan selalu mudah, tetapi ia siap menghadapinya bersama-sama. Karena ia telah menemukan sesuatu yang lebih berharga daripada skrip cinta AI: cinta sejati yang berwujud nyata. Malam itu, notifikasi Aether terasa seperti restu, seperti pengakuan bahwa cinta, dalam segala bentuknya, selalu menemukan jalannya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI