Memori Hati Terhapus: Cinta Lalu, Algoritma Baru?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 05:24:32 wib
Dibaca: 168 kali
Kilau layar ponsel memantulkan cahaya remang di wajah Anya. Jari-jarinya menari di atas keyboard virtual, mengetik baris demi baris kode. Di hadapannya, bertebaran botol kopi kosong dan sisa bungkus makanan ringan. Sudah tiga puluh enam jam ia terkungkung di apartemen studio-nya, bergelut dengan proyek terakhirnya: "Re.Mind," sebuah aplikasi revolusioner yang mampu mengelola dan memodifikasi ingatan.

Tujuannya sederhana, namun ambisius: membantu orang-orang mengatasi trauma dengan menghapus atau mengganti kenangan menyakitkan. Idenya lahir dari pengalaman pribadinya. Dulu, ia dan Leo.

Leo. Nama itu terasa seperti sengatan listrik di ujung jarinya. Jantungnya berdebar tak nyaman. Lima tahun berlalu sejak perpisahan pahit itu, tetapi kenangan tentang Leo masih membayangi setiap sudut pikirannya. Canda tawanya, sentuhan lembutnya, bahkan pertengkaran-pertengkaran kecil mereka, semuanya tersimpan rapi dalam arsip memorinya.

Anya menggelengkan kepala, berusaha mengusir bayangan Leo. Ia harus fokus. Re.Mind bukan hanya sekadar proyek, ini adalah kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, untuk mengubah dunia, dan mungkin… untuk melupakan.

Setelah berbulan-bulan bekerja keras, aplikasi itu akhirnya selesai. Anya menyandarkan punggungnya ke kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Ia menatap ikon Re.Mind di layar ponselnya. Sebuah ikon sederhana bergambar otak yang dikelilingi oleh kode biner. Ironis. Ia menciptakan alat untuk menghapus ingatan, tetapi ia sendiri tak berani menggunakannya.

Malam itu, Anya tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk. Ia tahu, satu-satunya cara untuk benar-benar menguji Re.Mind adalah dengan menjadikannya kelinci percobaan. Dan targetnya jelas: menghapus semua kenangan tentang Leo.

Dengan tangan gemetar, Anya membuka aplikasi Re.Mind. Layar ponsel menampilkan menu yang rumit, berisi berbagai opsi dan pengaturan. Ia memilih opsi "Targeted Memory Erasure." Aplikasi itu kemudian meminta Anya untuk mengunggah semua data terkait kenangan yang ingin dihapus. Foto, video, pesan teks, bahkan catatan suara. Anya menelan ludah. Rasanya seperti menyobek halaman demi halaman dari buku hariannya.

Setelah proses pengunggahan selesai, Re.Mind mulai bekerja. Algoritma canggih menganalisis data, mengidentifikasi pola-pola saraf yang terkait dengan kenangan tentang Leo, dan secara perlahan mulai memodifikasinya. Anya bisa merasakan ada sesuatu yang berubah di dalam kepalanya. Rasa sakit dan kerinduan yang selama ini menghantuinya mulai memudar.

Pagi harinya, Anya bangun dengan perasaan aneh. Kepalanya terasa ringan, tetapi ada yang hilang. Ia mencoba mengingat sesuatu tentang Leo, tetapi yang muncul hanya kekosongan. Nama itu terasa asing, tidak membangkitkan emosi apa pun. Seolah-olah Leo hanyalah tokoh dalam cerita yang pernah ia baca.

Anya merasa lega. Re.Mind berhasil. Ia akhirnya bebas.

Beberapa minggu kemudian, Anya menghadiri sebuah konferensi teknologi di San Francisco. Re.Mind menjadi sorotan utama, menarik perhatian investor dan media. Anya merasa bangga dengan pencapaiannya. Di tengah keramaian, matanya menangkap sosok yang familiar. Seorang pria tinggi dengan rambut cokelat dan senyum yang pernah menghantuinya.

Leo.

Anya tertegun. Jantungnya berdebar kencang. Pria itu berjalan mendekat, menatapnya dengan tatapan yang penuh kehangatan.

"Anya?" sapanya. "Lama tidak bertemu."

Anya berusaha untuk tetap tenang. Ia menatap Leo dengan tatapan kosong. "Maaf, apa kita pernah bertemu?" tanyanya.

Leo mengerutkan kening. "Kau bercanda? Ini aku, Leo. Kita… kita dulu…"

Anya menggelengkan kepala. "Maaf, saya tidak ingat."

Leo terlihat bingung dan terluka. Ia menatap Anya dengan tatapan yang memohon. "Anya, apa yang terjadi? Kau tidak ingat apa pun?"

Anya tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa bersalah, tetapi ia juga merasa lega. Ia telah menghapus Leo dari hidupnya.

"Maaf," katanya pelan. "Mungkin kau salah orang."

Anya berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Leo yang berdiri terpaku di tengah keramaian. Ia merasa hampa. Re.Mind memang berhasil menghapus kenangan tentang Leo, tetapi ternyata tidak bisa menghapus rasa bersalah dan penyesalan yang kini menghantuinya.

Beberapa bulan kemudian, Anya menemukan sebuah bug dalam aplikasi Re.Mind. Ternyata, algoritma tersebut tidak hanya menghapus kenangan yang ditargetkan, tetapi juga memengaruhi kemampuan seseorang untuk merasakan emosi yang kompleks. Orang-orang yang menggunakan Re.Mind mulai kehilangan empati, cinta, dan kebahagiaan.

Anya merasa ngeri. Ia telah menciptakan monster. Ia telah menghancurkan orang lain, sama seperti ia telah menghancurkan dirinya sendiri.

Ia mencoba untuk memperbaiki bug tersebut, tetapi terlambat. Kerusakan sudah terlalu besar. Re.Mind ditarik dari pasar, tetapi dampak buruknya sudah tak terhindarkan.

Suatu malam, Anya duduk sendirian di apartemennya, menatap layar ponselnya yang gelap. Ia merasa hancur. Ia telah kehilangan segalanya. Karirnya, reputasinya, dan mungkin juga hatinya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Sebuah nomor yang tidak dikenal. Anya ragu-ragu mengangkatnya.

"Halo?"

"Anya?" suara di ujung sana terdengar familiar.

"Siapa ini?"

"Ini Leo. Aku tahu apa yang terjadi. Aku tahu tentang Re.Mind."

Anya terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Aku tidak menyalahkanmu," lanjut Leo. "Aku tahu kau hanya ingin melupakan rasa sakit. Tapi kau tidak bisa menghapus cinta. Cinta itu seperti algoritma, selalu ada, selalu mencari jalan untuk kembali."

Anya meneteskan air mata. Ia merasa menyesal, ia merasa bodoh.

"Aku… aku minta maaf," bisiknya.

"Aku tahu," kata Leo. "Dengarkan aku, Anya. Ada cara untuk memperbaiki ini. Aku tahu bagaimana memulihkan ingatanmu. Tapi kau harus mau mencoba."

Anya mengangguk. Ia bersedia melakukan apa saja.

"Temui aku," kata Leo. "Aku akan menunggumu."

Anya mematikan telepon dan menatap pantulan dirinya di layar ponsel. Ada secercah harapan di matanya. Mungkin, cinta memang seperti algoritma. Selalu ada jalan untuk memulai dari awal. Mungkin, ini adalah kesempatan kedua. Kesempatan untuk menulis ulang memori hatinya. Kesempatan untuk mencintai lagi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI