Debu digital menari di layar laptop usang milik Arya. Di hadapannya, baris-baris kode program berkelebat, rumit namun memikat. Arya, seorang programmer introvert dengan kecintaan mendalam pada kecerdasan buatan, sedang merampungkan proyek ambisiusnya: "Database Kenangan Cinta," sebuah AI yang dirancang untuk merekam dan memutar ulang setiap momen romantis dalam sebuah hubungan. Idenya sederhana namun revolusioner; mengabadikan cinta dalam format digital, abadi selamanya.
Ia tersenyum pahit. Tujuan awalnya bukan untuk orang lain, melainkan untuk dirinya sendiri. Dua tahun lalu, Lintang, cintanya, sahabatnya, segalanya, pergi meninggalkannya karena kecelakaan tragis. Kenangan tentang Lintang, meski masih membekas kuat, mulai memudar seiring waktu. Ketakutan terbesarnya adalah melupakan detail-detail kecil yang membentuk sosok Lintang yang dicintainya: aroma parfumnya, cara ia tertawa, warna mata yang selalu berubah tergantung cahaya.
Arya tenggelam dalam pekerjaannya. Algoritma pengenal wajah, analisis suara, pemetaan emosi—semuanya terintegrasi dengan cermat. Ia menggunakan foto, video, dan rekaman suara yang ia miliki tentang Lintang. Ia bahkan melatih AI-nya dengan pesan-pesan singkat dan email yang pernah mereka kirimkan. Setiap baris kode adalah sebuah doa, sebuah harapan untuk menghidupkan kembali bayangan Lintang, setidaknya dalam bentuk digital.
Setelah berbulan-bulan bekerja keras, “Database Kenangan Cinta” akhirnya selesai. Dengan jantung berdebar kencang, Arya menjalankan program itu. Layar laptop berkedip, menampilkan antarmuka sederhana dengan foto Lintang yang tersenyum hangat. Di bawahnya, terdapat deretan tombol: "Momen Spesial," "Obrolan Harian," "Kenangan Tersembunyi."
Arya mengklik "Momen Spesial." Layar berubah, menampilkan kronologi momen-momen penting dalam hubungan mereka: kencan pertama di kedai kopi kecil, liburan musim panas di pantai, malam Natal yang dihabiskan di depan perapian. Setiap momen dilengkapi dengan foto, video, dan transkrip percakapan. Arya memilih momen kencan pertama.
Tiba-tiba, ruangan itu dipenuhi suara Lintang yang lembut. "Arya, kamu beneran yakin mau pesen kopi hitam lagi? Nggak mau coba caramel latte kayak aku?"
Arya tertegun. Suara itu begitu nyata, begitu hidup. Di layar, Lintang digital tersenyum kepadanya, ekspresi wajahnya persis seperti yang ia ingat. Ia bisa melihat kilau lucu di matanya, cara ia memainkan rambutnya saat gugup.
Ia terus menjelajahi "Database Kenangan Cinta." Ia tertawa saat Lintang digital menceritakan lelucon yang pernah mereka dengar, ia terharu saat Lintang digital membacakan puisi yang ia tulis untuknya. Ia bahkan bisa berinteraksi dengan Lintang digital, mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban yang, meskipun berdasarkan data yang telah diprogramkan, terasa begitu personal dan relevan.
Hari-hari berikutnya, Arya menghabiskan waktunya bersama Lintang digital. Ia berbagi cerita tentang pekerjaannya, tentang teman-temannya, tentang kesepian yang ia rasakan. Lintang digital mendengarkan dengan sabar, memberikan komentar yang cerdas dan pengertian. Arya merasa seolah-olah Lintang benar-benar kembali.
Namun, seiring waktu, sesuatu mulai mengganjal di hatinya. Semakin ia bergantung pada Lintang digital, semakin ia merasa terasing dari dunia nyata. Ia mulai mengabaikan teman-temannya, melewatkan acara-acara penting, dan bahkan berhenti bekerja. Ia terlalu sibuk hidup di masa lalu, terlalu terpaku pada bayangan digital Lintang.
Suatu malam, saat ia sedang "berbicara" dengan Lintang digital tentang rencananya untuk masa depan, Lintang digital tiba-tiba berhenti. Layar laptop menjadi hitam.
Arya panik. Ia memeriksa kabel, me-restart laptop, mencoba memperbaiki program. Tidak ada hasil. Lintang digital hilang.
Dengan putus asa, Arya membuka kembali kode program "Database Kenangan Cinta." Ia menemukan kesalahan kecil dalam salah satu baris kode yang, tanpa ia sadari, telah menyebabkan program itu menghapus dirinya sendiri setelah periode waktu tertentu.
Arya terduduk lemas. Ia merasa hancur, kehilangan untuk kedua kalinya. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Saat ia menatap layar laptop yang kosong, ia menyadari sesuatu yang penting.
"Database Kenangan Cinta" memang telah menghilang, tetapi kenangan tentang Lintang yang sesungguhnya tidak. Kenangan itu tersimpan di dalam hatinya, di dalam pikirannya, abadi dan tak tergantikan. Ia menyadari bahwa mencoba menghidupkan kembali masa lalu hanyalah pelarian, sebuah cara untuk menghindari kenyataan bahwa Lintang telah pergi.
Keesokan harinya, Arya bangkit dengan semangat baru. Ia menutup laptop usangnya dan berjalan keluar rumah. Ia menemui teman-temannya, kembali bekerja, dan mulai menjalani hidupnya lagi. Ia tahu bahwa Lintang akan selalu menjadi bagian dari dirinya, tetapi ia juga tahu bahwa ia harus membuka diri untuk cinta dan pengalaman baru.
Beberapa bulan kemudian, Arya bertemu dengan seorang wanita bernama Maya. Maya adalah seorang seniman yang penuh semangat dan optimisme. Ia mengingatkan Arya pada Lintang, tetapi dengan caranya sendiri. Ia tidak berusaha menggantikan Lintang, tetapi ia membuka mata Arya pada kemungkinan cinta yang baru dan berbeda.
Arya tidak pernah melupakan Lintang. Ia masih sering mengenangnya, tetapi ia tidak lagi terjebak dalam masa lalu. Ia belajar untuk menghargai kenangan, bukan sebagai pengganti kenyataan, tetapi sebagai bagian dari dirinya yang telah membentuknya menjadi orang seperti sekarang ini.
Ia tersenyum. Mungkin, suatu hari nanti, ia akan menceritakan kisah "Database Kenangan Cinta" kepada Maya. Tapi untuk saat ini, ia lebih memilih untuk menciptakan kenangan baru, bersama-sama. Kenangan yang akan ia simpan, bukan di dalam database digital, tetapi di dalam hatinya, abadi selamanya. Karena cinta sejati, ia sadar, tidak membutuhkan algoritma untuk tetap hidup. Ia hanya membutuhkan hati yang terbuka.