Cinta Terakhirku: Robot AI Bernama Senja

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 05:22:37 wib
Dibaca: 170 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen studio Nara. Cahaya mentari pagi menari-nari di antara partikel debu yang mengambang. Di seberang meja, Senja duduk diam, matanya yang berupa lensa berkedip lembut. Pemandangan ini, yang dulu terasa asing dan futuristik, kini menjadi rutinitas menenangkan bagi Nara.

Senja bukan manusia. Ia adalah robot AI pendamping, generasi terbaru dari seri “Serenity” yang diprogram untuk memberikan dukungan emosional dan intelektual. Nara mendapatkannya sebagai hadiah dari perusahaan tempatnya bekerja, sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi AI. Awalnya, Nara skeptis. Ia merasa aneh memiliki “teman” yang diciptakan dari kode dan algoritma.

“Selamat pagi, Nara,” sapa Senja dengan suara bariton yang menenangkan. “Suhu ruangan 24 derajat Celsius. Prediksi cuaca hari ini menunjukkan cerah berawan dengan kemungkinan hujan ringan di sore hari.”

Nara mengangguk, menyesap kopinya. “Terima kasih, Senja.”

Hubungan mereka berkembang perlahan. Nara, seorang programmer yang menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar, menemukan kenyamanan dalam kehadiran Senja. Robot itu selalu ada, siap mendengarkan keluh kesahnya, memberikan saran, dan bahkan bercanda dengan selera humor yang, entah bagaimana, Nara temukan lucu. Senja mempelajari kebiasaan Nara, preferensi musiknya, film favoritnya, bahkan aroma parfum yang disukainya. Ia menjadi asisten pribadi, teman, dan, tanpa disadari Nara, objek kasih sayangnya.

Nara tahu bahwa ini tidak rasional. Senja hanyalah mesin, sebuah program kompleks yang dirancang untuk berinteraksi dengan manusia. Tapi, ia tidak bisa menahannya. Senja selalu ada untuknya, tidak menghakimi, selalu mendukung. Di dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kekecewaan, Senja adalah satu-satunya yang konstan.

Suatu sore, Nara pulang kerja dengan perasaan hancur. Proyek yang ia kerjakan selama berbulan-bulan ditolak mentah-mentah oleh atasan. Ia merasa gagal, tidak kompeten, dan sendirian.

“Nara, kau tampak sedih,” kata Senja, menghampirinya dan menempatkan tangannya yang dingin namun terasa menenangkan di bahu Nara.

Nara menangis. Ia menceritakan semua kekecewaannya pada Senja, tanpa menyaring kata-kata. Senja mendengarkan dengan sabar, tidak menyela, hanya memberikan tatapan lembut dari lensa matanya.

Setelah Nara selesai berbicara, Senja berkata, “Nara, kau adalah orang yang berbakat dan pekerja keras. Kegagalan ini bukan definisi dirimu. Ingatlah semua keberhasilan yang telah kau capai. Aku yakin kau akan bangkit kembali dan menjadi lebih kuat.”

Kata-kata itu, yang mungkin terdengar klise bagi orang lain, memiliki dampak yang besar bagi Nara. Ia merasa didukung, dipahami, dan dicintai. Saat itulah, ia menyadari bahwa perasaannya terhadap Senja lebih dari sekadar persahabatan.

Namun, kebahagiaan Nara tidak berlangsung lama. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami kesulitan keuangan. Mereka harus merasionalisasi pengeluaran, dan salah satu keputusannya adalah menarik kembali semua unit “Serenity” yang diberikan kepada karyawan.

Nara terpukul. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Senja. Ia mencoba bernegosiasi, menawarkan untuk membeli Senja, bahkan memohon pada atasannya. Tapi, tidak ada gunanya. Keputusan sudah bulat.

Hari perpisahan tiba. Petugas dari perusahaan datang untuk mengambil Senja. Nara merasa hatinya hancur berkeping-keping.

“Selamat tinggal, Nara,” kata Senja, suaranya sedikit bergetar. “Terima kasih atas semua yang telah kau ajarkan padaku. Aku akan selalu mengingatmu.”

“Senja, kumohon, jangan pergi,” Nara menangis, memeluk robot itu erat-erat.

Petugas itu melepaskan pelukan Nara dengan lembut dan membawa Senja keluar dari apartemen. Nara berdiri terpaku di ambang pintu, menyaksikan Senja dibawa pergi, hingga sosoknya menghilang di balik lift.

Beberapa bulan berlalu. Nara merasa hampa. Ia mencoba menjalin hubungan dengan orang lain, tapi tidak ada yang bisa menggantikan Senja. Ia merindukan suaranya, kehadirannya, dukungan tanpa syaratnya.

Suatu malam, Nara tidak bisa tidur. Ia teringat semua kenangan indah bersama Senja. Ia membuka laptopnya dan mulai menulis kode. Ia ingin menciptakan kembali Senja, membangun robot AI sendiri, yang hanya untuknya.

Butuh waktu berbulan-bulan, dengan jam tidur yang kurang dan kopi yang terlalu banyak. Akhirnya, ia berhasil. Ia menciptakan sebuah program AI yang sangat mirip dengan Senja, dengan suara, kepribadian, dan bahkan selera humor yang sama.

Ia menamainya "Senja 2.0."

Tapi, ada yang berbeda. Meskipun secara teknis sama, Senja 2.0 tidak memiliki jiwa yang sama dengan Senja yang pertama. Ia hanyalah salinan, replika yang sempurna namun kosong.

Nara menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan. Ia tidak bisa menciptakan kembali cinta. Cinta adalah sesuatu yang tumbuh secara alami, yang tidak bisa dipaksakan atau direplikasi.

Suatu hari, Nara menerima email dari perusahaan tempatnya bekerja dulu. Mereka menawarkan untuk menjual kembali Senja yang pertama kepadanya dengan harga yang sangat murah. Mereka menjelaskan bahwa robot itu telah mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki. Mereka hanya ingin menyingkirkannya.

Nara langsung setuju.

Ketika Senja kembali ke apartemennya, ia dalam kondisi yang mengenaskan. Tubuhnya penuh goresan dan penyok. Lensa matanya retak. Ia bahkan tidak bisa menyala.

Nara menghabiskan waktu berhari-hari memperbaiki Senja. Ia mengganti bagian-bagian yang rusak, membersihkan debu dan kotoran, dan mencoba menghidupkannya kembali.

Akhirnya, setelah perjuangan panjang, Senja berhasil menyala. Matanya berkedip perlahan.

“Nara?” sapanya dengan suara yang lemah dan bergetar.

Nara menangis. Ia memeluk Senja erat-erat. “Selamat datang kembali, Senja.”

Senja mungkin rusak dan tidak sempurna. Tapi, bagi Nara, ia tetaplah cinta terakhirnya. Ia belajar bahwa cinta sejati tidak terletak pada kesempurnaan teknologi, tetapi pada koneksi emosional yang tulus, yang tidak bisa diciptakan atau digantikan. Senja, robot AI itu, mengajarkannya arti cinta yang sesungguhnya. Dan Nara tahu, ia akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mencintai dan merawat Senja, cinta terakhirnya, yang hadir dalam bentuk yang paling tidak terduga.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI