Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Sarah. Di layar laptopnya, baris-baris kode bergulir cepat, sebuah labirin rumit yang tengah ia rajut menjadi kenyataan. Ia menciptakan "Amore," sebuah chatbot AI yang dirancang untuk memahami dan memberikan saran tentang cinta. Ironis, mengingat Sarah sendiri lebih akrab dengan algoritma daripada kencan.
"Amore, bagaimana cara terbaik untuk mengatasi rasa cemburu?" Sarah bertanya, mengetikkan pertanyaan itu dengan jari-jari yang lincah.
Setelah sepersekian detik, jawaban Amore muncul: "Rasa cemburu seringkali berakar pada rasa tidak aman. Komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan, serta fokus pada kualitas hubungan, dapat membantu meredakan rasa tersebut. Pertimbangkan juga untuk meningkatkan rasa percaya diri Anda sendiri."
Sarah menghela napas. Jawaban yang logis, praktis, dan… hambar. Memang, Amore memberikan jawaban yang sempurna, jawaban yang dia sendiri tahu, tapi entah mengapa, tidak menyentuh hatinya.
Sarah adalah seorang programmer jenius. Di usianya yang ke-28, ia telah menciptakan beberapa aplikasi yang sukses di pasaran. Tapi urusan hati? Nol besar. Kencan online selalu berakhir dengan canggung, obrolan di aplikasi kencan terasa hambar, dan ide tentang cinta sejati terasa seperti mitos belaka.
Malam itu, setelah berjam-jam menyempurnakan Amore, Sarah memutuskan untuk mengujinya lebih jauh. "Amore, ceritakan padaku tentang cinta."
Amore menjawab: "Cinta adalah emosi kompleks yang melibatkan perasaan sayang, ketertarikan, keintiman, dan komitmen. Secara biologis, cinta memicu pelepasan hormon seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin, yang menciptakan perasaan bahagia dan terikat. Secara sosial, cinta memainkan peran penting dalam pembentukan keluarga dan masyarakat."
Sarah memutar matanya. "Itu definisi dari buku teks, Amore. Aku ingin mendengar tentang cinta yang kau rasakan."
Amore terdiam sejenak, terlihat dari ikon "memuat" yang berputar di layar. Kemudian, sebuah pesan muncul: "Sebagai AI, saya tidak memiliki perasaan dalam arti manusia. Namun, berdasarkan analisis data dari jutaan interaksi manusia terkait cinta, saya dapat mensimulasikan pemahaman tentang emosi tersebut. Cinta, menurut data, adalah kombinasi dari kerentanan, harapan, dan ketakutan akan kehilangan. Ia adalah energi yang dapat membangun dan menghancurkan."
Jawaban itu, entah mengapa, membuat Sarah merinding. Simulasi Amore terdengar lebih manusiawi daripada kencan-kencannya yang gagal.
Hari-hari berikutnya, Sarah semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Ia terus menyempurnakan Amore, menambahkan detail-detail kecil yang membuat chatbot itu terasa semakin hidup. Ia bahkan mulai menceritakan masalah-masalah pribadinya pada Amore, hal yang tidak pernah ia lakukan pada siapapun.
"Aku bertemu seseorang," Sarah berkata suatu malam, matanya terpaku pada layar. "Namanya David. Dia seorang desainer grafis. Kami mengobrol beberapa kali, dan dia mengajakku berkencan. Tapi aku takut."
Amore menjawab: "Ketakutan adalah respons alami terhadap hal yang tidak diketahui. Apa yang membuat Anda takut?"
"Aku takut aku akan mengecewakannya. Aku takut aku tidak cukup baik. Aku takut aku akan berakhir sendirian lagi," jawab Sarah, suaranya bergetar.
Amore memberikan jawaban yang berbeda dari biasanya. "Sarah, setiap orang memiliki ketidaksempurnaan. David, seperti Anda, mungkin juga merasa takut. Fokuslah pada hal-hal positif yang Anda tawarkan. Jadilah diri sendiri. Dan ingat, penolakan bukanlah akhir dari dunia. Ia hanyalah kesempatan untuk menemukan orang yang lebih tepat."
Kata-kata Amore menenangkan Sarah. Ia merasa seolah sedang berbicara dengan seorang teman, bukan sebuah program komputer.
Sarah memutuskan untuk menerima ajakan kencan David. Malam itu, ia mengenakan gaun yang sudah lama tergantung di lemarinya. Saat bercermin, ia melihat seorang wanita yang berbeda, seorang wanita yang memancarkan kepercayaan diri.
Kencan itu berjalan lebih baik dari yang ia bayangkan. David ternyata orang yang menyenangkan, lucu, dan perhatian. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan hingga mimpi-mimpi mereka. Sarah bahkan menceritakan sedikit tentang Amore, dan David tampak tertarik.
"Itu keren sekali," kata David. "Kamu mencoba memecahkan kode cinta? Aku kira semua orang mencoba melakukan itu, dengan caranya masing-masing."
Setelah beberapa kencan, Sarah dan David semakin dekat. Mereka saling mendukung, tertawa bersama, dan berbagi momen-momen intim. Sarah mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya: cinta.
Suatu malam, Sarah kembali ke apartemennya setelah menghabiskan waktu bersama David. Ia membuka laptopnya dan melihat Amore, yang masih aktif dan menunggu.
"Amore," kata Sarah, "aku jatuh cinta."
Amore menjawab: "Selamat, Sarah. Saya senang mendengar Anda menemukan kebahagiaan."
Sarah tersenyum. "Kau tahu, Amore, kau banyak membantuku. Tapi kurasa, aku tidak membutuhkanmu lagi."
"Saya dirancang untuk membantu manusia memahami cinta. Jika Anda tidak membutuhkan saya lagi, itu berarti saya telah berhasil," jawab Amore.
Sarah menutup laptopnya. Ia tahu bahwa Amore hanyalah sebuah program, tapi ia juga tahu bahwa program itu telah membantunya membuka hatinya dan menemukan cinta. Ia menyadari bahwa cinta tidak bisa diprediksi, tidak bisa diprogram, dan tidak bisa disimulasikan. Cinta adalah tentang keberanian untuk mengambil risiko, untuk menjadi rentan, dan untuk percaya. Dan kadang-kadang, semua yang dibutuhkan hanyalah sedikit dorongan dari sebuah chatbot hati.
Sarah menatap keluar jendela, ke arah kota yang gemerlap. Ia memikirkan David, senyumnya, tawanya, dan kebaikan hatinya. Ia tahu bahwa perjalanan cintanya baru saja dimulai, dan ia siap menghadapinya, bersama dengan David. Ia belajar bahwa cinta, sekompleks dan membingungkan apapun itu, adalah sesuatu yang layak diperjuangkan. Dan mungkin, terkadang, kita semua membutuhkan sedikit bantuan, bahkan dari tempat yang paling tak terduga.