Debu digital menari-nari di layar laptop usang milik Aris. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, merangkai baris kode demi baris kode. Di hadapannya, terpampang sebuah program enkripsi rumit, hasil karyanya bertahun-tahun. Bukan untuk melindungi data perusahaan atau rahasia negara, melainkan untuk sebuah tujuan yang jauh lebih personal: menyimpan kenangan cintanya.
Aris tersenyum getir. Kenangan tentang Anya.
Tiga tahun lalu, dunia Aris, seorang programmer introvert yang menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar, tiba-tiba berwarna. Anya, dengan rambut cokelatnya yang selalu berantakan dan senyumnya yang menular, muncul di kehidupannya bagai anomali dalam sistem. Mereka bertemu di sebuah konferensi teknologi, sama-sama tersesat mencari ruang presentasi tentang AI dan etika. Dari tersesat bersama, tumbuhlah rasa yang tak terduga.
Anya adalah segalanya yang bukan dirinya. Dia ekstrovert, spontan, dan menyukai hal-hal yang berbau seni dan alam. Aris, sebaliknya, lebih nyaman dengan logika, algoritma, dan cahaya redup monitor. Tapi justru perbedaan itulah yang menyatukan mereka. Anya membuka mata Aris pada keindahan dunia di luar kode, sementara Aris menunjukkan pada Anya keajaiban di balik rumitnya teknologi.
Mereka merayakan ulang tahun pertama dengan coding session semalaman, menciptakan program kecil yang menampilkan bintang-bintang di langit malam sesuai tanggal lahir mereka. Mereka berjanji untuk selalu menemukan celah di dunia masing-masing, untuk terus belajar dan tumbuh bersama.
Namun, takdir punya rencana lain. Anya divonis penyakit langka yang menyerang sistem sarafnya. Perlahan tapi pasti, ingatan Anya mulai memudar. Kenangan-kenangan indah yang mereka bangun bersama, satu per satu, terhapus dari benaknya.
Aris merasa dunianya runtuh. Dia tak bisa menerima kenyataan bahwa Anya akan melupakan segalanya tentang mereka. Maka, dia melakukan satu-satunya hal yang dia tahu: membuat kode.
Dia menciptakan program enkripsi paling kuat yang pernah dia rancang. Di dalamnya, dia memasukkan semua kenangan mereka: foto-foto, video-video pendek, pesan suara, bahkan potongan kode program ulang tahun mereka. Semuanya terenkripsi dalam algoritma kompleks yang hanya bisa dipecahkan dengan kunci khusus.
Kunci itu bukan sekadar deretan angka dan huruf acak. Kunci itu adalah gabungan dari tanggal-tanggal penting dalam hubungan mereka, kutipan favorit Anya, dan sebuah lelucon internal yang hanya mereka berdua pahami. Kunci itu adalah esensi dari cinta mereka, terenkripsi kuat, hanya mereka berdua yang tahu kuncinya.
Aris menghabiskan berbulan-bulan untuk memasukkan semua kenangan ke dalam program tersebut. Setiap foto, setiap video, setiap pesan suara, dia lihat dan dengar berulang-ulang, berusaha mengingat setiap detail kecilnya. Proses itu menyakitkan, tapi dia tahu dia harus melakukannya.
Ketika program itu selesai, Aris menunjukkannya pada Anya. Saat itu, ingatan Anya sudah sangat memudar. Dia bahkan tak lagi mengenali Aris.
“Ini apa?” tanya Anya, matanya menatap layar laptop dengan tatapan kosong.
Aris berusaha tersenyum. “Ini… ini adalah kenangan kita, Anya. Semua tentang kita.”
Anya mengerutkan kening. “Kenangan? Kita… siapa?”
Aris menarik napas dalam-dalam. Dia tahu ini akan sulit. Dia mulai menjelaskan, perlahan dan sabar, tentang siapa mereka, bagaimana mereka bertemu, dan semua hal yang pernah mereka lalui bersama. Dia menunjukkan foto-foto mereka, memainkan video-video pendek, dan membacakan pesan-pesan suara mereka.
Awalnya, Anya hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Tapi seiring berjalannya waktu, secercah cahaya mulai muncul di matanya. Dia tertawa kecil mendengar lelucon mereka, dan air mata menetes di pipinya saat melihat video mereka menari di bawah hujan.
“Aku… aku ingat,” bisik Anya, suaranya bergetar. “Aku ingat kamu.”
Aris memeluk Anya erat-erat. Air matanya mengalir deras. Dia tahu ingatan Anya mungkin tak akan pernah pulih sepenuhnya, tapi dia bersyukur karena setidaknya, untuk sesaat, mereka bisa terhubung kembali.
Sejak saat itu, Aris setiap hari membacakan kenangan-kenangan mereka pada Anya. Dia menunjukkan foto-foto dan video-video mereka, dan dia selalu berusaha untuk membuatnya tertawa. Dia tahu bahwa kenangan-kenangan itu mungkin akan kembali memudar, tapi dia akan terus berusaha untuk menjaganya tetap hidup.
Kembali ke laptop usangnya, Aris kini sedang memperbarui program enkripsinya. Dia menambahkan beberapa fitur baru, termasuk kemampuan untuk mengenkripsi kenangan secara otomatis berdasarkan waktu dan lokasi. Dia juga memperkuat algoritmanya, membuatnya lebih sulit dipecahkan.
Dia tahu suatu hari nanti, dia mungkin tak lagi bisa menjaga Anya. Penyakit itu akan terus menggerogoti ingatannya, hingga akhirnya dia melupakan segalanya. Tapi dia juga tahu, bahwa kenangan cinta mereka akan tetap aman, terenkripsi kuat, hanya mereka berdua yang tahu kuncinya.
Aris mengetikkan baris kode terakhir. Sebuah senyum tipis menghiasi bibirnya. Ini bukan hanya sekadar program enkripsi. Ini adalah perwujudan cintanya, sebuah bukti bahwa cinta sejati bisa bertahan melampaui batas waktu dan ingatan. Ini adalah janji abadi, terukir dalam kode, hanya untuk Anya. Dan dia akan terus menjaganya, selamanya.