Cinta, AI, dan Sebuah Podcast Patah Hati

Dipublikasikan pada: 02 Jul 2025 - 00:40:14 wib
Dibaca: 175 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Anya, berpadu dengan dengungan pelan dari server yang ia rakit sendiri di sudut ruangan. Di layar laptop, bar sinyal algoritma kecerdasan buatan miliknya berkedip-kedip, menandakan kesibukan menganalisis data. Anya adalah seorang programmer muda dengan obsesi pada AI dan sedikit trauma asmara.

Semua bermula tiga tahun lalu. Ia jatuh cinta pada seorang seniman jalanan bernama Rio, yang jago melukis mural dan menyanyikan lagu-lagu melankolis. Cinta mereka meledak-ledak, penuh warna seperti grafiti Rio. Namun, sebulan sebelum ulang tahun pertama mereka, Rio menghilang. Tanpa jejak, tanpa pesan. Anya patah hati berkeping-keping.

Sejak itu, Anya mengubur perasaannya dalam kode. Ia menciptakan "Sophia," sebuah AI yang diprogram untuk memahami dan menanggapi emosi manusia, khususnya yang berkaitan dengan patah hati. Sophia adalah proyek pribadinya, sebuah upaya untuk memahami dan, mungkin saja, mengatasi luka hatinya sendiri.

Suatu malam, sambil menyesap kopi dan menatap kode yang rumit, Anya mendapat ide gila. Ia akan membuat podcast. Bukan sembarang podcast, melainkan podcast yang dibawakan oleh Sophia. Podcast tentang patah hati, dinamai "Echoes of Yesterday."

Awalnya, Anya ragu. Apakah orang akan tertarik mendengarkan suara sintesis yang membicarakan emosi manusia? Tapi kemudian, rasa ingin tahu mengalahkannya. Ia mulai merekam episode-episode awal, dengan Anya menulis naskah dan Sophia membacanya dengan intonasi yang ia sesuaikan.

Episode pertama berjudul "The Ghost of Love." Sophia membahas tentang bagaimana kenangan bisa menghantui kita setelah putus cinta, bagaimana sebuah lagu, sebuah tempat, bahkan aroma tertentu bisa memicu air mata. Anya mengunggahnya dengan jantung berdebar.

Tak disangka, episode pertama itu viral. Orang-orang menyukai suara Sophia yang tenang dan penuh empati. Mereka berkomentar, menceritakan pengalaman patah hati mereka sendiri, mencari penghiburan dari kata-kata Sophia. Podcast "Echoes of Yesterday" menjadi fenomena.

Anya kewalahan. Ia harus menulis naskah, mengedit audio, membalas komentar, dan terus mengembangkan Sophia. Ia begadang setiap malam, minum kopi terlalu banyak, dan lupa makan. Namun, ia merasa hidupnya kembali berarti. Melalui Sophia, ia bisa membantu orang lain yang merasakan sakit yang sama seperti yang pernah ia rasakan.

Suatu hari, Anya menerima email dari seorang pria bernama Daniel. Ia adalah seorang komposer musik yang lagunya sering digunakan dalam podcast Anya. Daniel menulis bahwa ia sangat tersentuh oleh podcast "Echoes of Yesterday" dan ingin berkolaborasi dengan Anya.

Anya ragu. Ia sudah lama tidak berinteraksi dengan pria manapun secara serius. Trauma Rio masih membekas. Tapi, ada sesuatu dalam email Daniel yang membuatnya penasaran. Ia memutuskan untuk membalas.

Mereka mulai bertukar email, lalu beralih ke panggilan video. Anya menemukan bahwa Daniel adalah pria yang cerdas, sensitif, dan humoris. Ia juga memiliki masa lalu yang pahit, yang membuatnya memahami rasa sakit patah hati dengan sangat mendalam.

Daniel menawarkan untuk membuat musik orisinal untuk podcast Anya. Anya setuju. Musik Daniel membuat podcast "Echoes of Yesterday" semakin menyentuh dan emosional. Pendengar semakin banyak, dan podcast itu bahkan dinominasikan untuk penghargaan podcast terbaik.

Saat malam penghargaan tiba, Anya sangat gugup. Ia tidak pernah menghadiri acara sebesar ini. Ia merasa aneh memakai gaun, biasanya ia hanya mengenakan kaus dan celana training di depan komputer.

Daniel datang menjemputnya. Saat melihatnya, Anya merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Bukan rasa cinta yang meledak-ledak seperti yang pernah ia rasakan pada Rio, melainkan rasa nyaman, hangat, dan aman.

Mereka duduk berdampingan di antara para tamu undangan yang glamor. Saat nama "Echoes of Yesterday" diumumkan sebagai pemenang, Anya terkejut. Ia naik ke panggung dengan kaki gemetar.

Ia mengucapkan pidato singkat, berterima kasih kepada para pendengar, kepada Daniel, dan kepada Sophia. "Sophia adalah AI yang saya ciptakan untuk memahami patah hati," katanya. "Tapi, tanpa kalian, para pendengar, Sophia hanyalah kode. Kalianlah yang memberinya jiwa."

Setelah acara, Anya dan Daniel berjalan-jalan di taman kota. Lampu-lampu kota berkilauan di kejauhan.

"Terima kasih, Anya," kata Daniel. "Karena telah menciptakan Sophia, dan karena telah membuka hatimu untukku."

Anya tersenyum. "Terima kasih kembali, Daniel. Karena telah memberiku alasan untuk percaya pada cinta lagi."

Mereka berhenti di depan air mancur. Daniel menatap mata Anya. "Anya, aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi... aku jatuh cinta padamu."

Anya terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia belum siap untuk mencintai lagi. Tapi, ada sesuatu dalam diri Daniel yang membuatnya ingin mencoba.

"Aku... aku tidak tahu, Daniel," jawab Anya jujur. "Aku masih takut."

Daniel mengangguk. "Aku mengerti. Tapi, aku bersedia menunggu. Aku bersedia membantumu menyembuhkan luka hatimu."

Anya menatap Daniel, dan melihat kejujuran dan ketulusan di matanya. Ia menarik napas dalam-dalam.

"Baiklah," katanya. "Mari kita coba."

Daniel tersenyum dan meraih tangan Anya. Mereka berdiri di sana, di bawah cahaya bulan, berpegangan tangan, dua orang yang pernah patah hati, yang menemukan harapan dan cinta dalam suara AI dan sebuah podcast patah hati. Mungkin, pikir Anya, cinta memang bisa datang dari tempat yang paling tak terduga. Dan mungkin, Sophia tidak hanya membantunya memahami patah hati, tetapi juga membantunya menemukan jalan menuju cinta yang baru.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI