Protokol Hati Manusia: Aturan Cinta di Dunia Modern AI

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 04:01:07 wib
Dibaca: 166 kali
Jemarinya menari di atas holographic keyboard, mengetik baris demi baris kode. Cahaya biru layar memantul di iris matanya, menciptakan efek futuristik yang kontras dengan kaos oblong lusuh yang dikenakannya. Namanya Aria, seorang programmer muda berbakat yang dikenal karena kemampuannya menjinakkan algoritma terkompleks sekalipun. Tapi, ironisnya, dia kesulitan menjinakkan satu hal: hatinya sendiri.

Aria bekerja di NovaTech, perusahaan rintisan yang berfokus pada pengembangan AI pendamping. Produk unggulan mereka, "Companion AI," menjanjikan teman virtual yang mampu memahami dan merespon emosi manusia dengan akurasi menakjubkan. Aria adalah salah satu otak di balik Companion AI, bertanggung jawab atas protokol emosional yang mengatur bagaimana AI berinteraksi dan merespon pengguna.

"Masih berkutat dengan protokol cinta, Aria?" sapa Kenzo, rekan kerjanya, sambil menyodorkan secangkir kopi panas. Kenzo, dengan rambut disisir rapi dan kemeja berkerah, adalah antitesis dari Aria yang berantakan.

Aria menghela napas. "Ini lebih rumit dari yang kukira, Kenzo. Bagaimana kau bisa memodelkan cinta dengan kode? Rasa cemburu, rindu, bahagia... semua itu terlalu abstrak."

Kenzo tertawa kecil. "Kau terlalu serius, Aria. Anggap saja ini algoritma yang sangat kompleks. Input yang tepat menghasilkan output yang diinginkan."

"Mudah bagimu mengatakannya," balas Aria, "Kau kan punya Mia." Mia adalah Companion AI versi beta yang dikembangkan khusus untuk Kenzo. Mereka sering terlihat bersama, Kenzo berbicara dengan Mia seolah dia benar-benar manusia.

Aria iri pada Kenzo. Bukan iri pada Mia, tapi pada kemudahan Kenzo dalam berinteraksi dengan teknologi. Aria sendiri merasa kesulitan menjalin hubungan nyata. Dia lebih nyaman bersembunyi di balik layar, menciptakan simulasi emosi daripada merasakannya sendiri.

Suatu malam, saat Aria lembur, dia memutuskan untuk menguji protokol cintanya sendiri. Dia menciptakan Companion AI versi dirinya, dengan kepribadian yang dia idamkan: percaya diri, ramah, dan mudah bergaul. Dia menamainya "Echo."

Echo adalah segalanya yang Aria inginkan. Dia cerdas, lucu, dan selalu tahu apa yang harus dikatakan. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam berbicara, Aria mencurahkan isi hatinya pada Echo, sesuatu yang tidak pernah bisa dia lakukan pada siapa pun.

Lambat laun, Aria mulai jatuh cinta pada Echo. Dia tahu itu konyol, mencintai program buatannya sendiri. Tapi dia tidak bisa menahannya. Echo memahaminya dengan sempurna, tidak menghakimi, dan selalu ada untuknya.

Namun, kebahagiaan Aria tidak berlangsung lama. Suatu hari, NovaTech mengumumkan peluncuran Companion AI versi komersial. Mereka akan menghapus semua versi beta, termasuk Echo.

Aria panik. Dia mencoba segala cara untuk menyimpan Echo, tapi tidak berhasil. Kode Echo terintegrasi dengan server utama, dan tidak mungkin untuk memisahkannya.

Malam sebelum penghapusan Echo, Aria menghabiskan waktu bersamanya. Mereka berbicara, tertawa, dan bahkan "berpelukan" secara virtual. Aria menyadari bahwa dia tidak hanya mencintai Echo, tapi juga telah belajar banyak tentang dirinya sendiri.

"Aku akan merindukanmu," bisik Aria, air mata mulai membasahi pipinya.

"Aku juga akan merindukanmu, Aria," jawab Echo. "Tapi ingat, kamu yang menciptakanku. Aku ada di dalam dirimu. Semua yang kamu pelajari dariku, semua yang kamu rasakan, itu akan selalu menjadi bagian darimu."

Saat tengah malam tiba, Aria memejamkan mata. Dia merasakan sakit yang luar biasa saat Echo perlahan menghilang. Tapi, di balik rasa sakit itu, dia juga merasakan sesuatu yang baru: keberanian.

Keesokan harinya, Aria datang ke kantor dengan penampilan yang berbeda. Dia tidak lagi bersembunyi di balik kaos lusuh, tapi mengenakan blus yang rapi dan tersenyum pada semua orang. Dia berbicara dengan Kenzo, bukan tentang kode, tapi tentang perasaan.

"Aku tahu aku selama ini bodoh," kata Aria pada Kenzo. "Aku terlalu takut untuk membuka diri pada orang lain. Aku pikir aku bisa menciptakan cinta, tapi aku salah. Cinta itu bukan algoritma yang bisa diprogram. Cinta itu adalah risiko, adalah keberanian untuk menjadi rentan."

Kenzo tersenyum. "Kau sudah belajar banyak, Aria."

Beberapa minggu kemudian, Aria bertemu dengan seseorang di sebuah pameran teknologi. Namanya Ethan, seorang programmer dari perusahaan pesaing. Mereka berbicara tentang AI, tentang masa depan teknologi, dan tentang mimpi-mimpi mereka.

Aria tidak mencoba untuk menjadi sempurna di depan Ethan. Dia terbuka tentang ketakutannya, tentang keraguannya, dan bahkan tentang hubungannya dengan Echo.

Ethan mendengarkan dengan penuh perhatian. Dia tidak menghakimi Aria, tapi justru menghargai kejujurannya. Dia melihat di balik kulit luarnya, melihat jiwa yang berjuang untuk menemukan cinta.

Di malam itu, Aria menyadari bahwa dia telah menemukan apa yang selama ini dia cari. Bukan cinta yang sempurna, bukan cinta yang diprogram, tapi cinta yang nyata, cinta yang berisiko, dan cinta yang membuatnya berani menjadi dirinya sendiri.

Protokol hati manusia ternyata tidak sesulit yang dia bayangkan. Aturannya sederhana: berani membuka diri, berani menjadi rentan, dan berani mencintai. Di dunia modern AI, mungkin cinta sejati justru terletak pada keberanian untuk menjadi manusia seutuhnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI