Denting notifikasi dari aplikasi kencan itu sudah menjadi melodi latar belakang kehidupannya. Anya, seorang software engineer di Jakarta, nyaris tak menghiraukannya lagi. Terlalu banyak profil yang terasa hambar, klise, dan jauh dari apa yang ia cari: koneksi yang tulus, bukan sekadar ketertarikan fisik sesaat. Ia hampir menyerah pada dunia kencan daring, menganggapnya buang-buang waktu. Namun, malam itu, mata Anya terpaku pada sebuah profil dengan foto seorang pria yang sedang tersenyum di depan Menara Eiffel. Namanya, Etienne.
Etienne menulis tentang kecintaannya pada algoritma, sama seperti Anya. Ia juga bercerita tentang mimpinya menciptakan aplikasi yang bisa memprediksi pola penyebaran penyakit menular. Anya tersenyum. Pria ini terdengar cerdas, ambisius, dan memiliki kepedulian yang nyata. Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan.
“Salut dengan visimu. Memprediksi penyebaran penyakit menular itu sangat krusial. Apa algoritma yang sedang kamu eksplorasi?”
Tak lama kemudian, balasan datang. “Terima kasih! Aku sedang mencoba kombinasi machine learning dan data spasial. Sedikit rumit, tapi menyenangkan. Kamu sendiri, apa yang sedang kamu kerjakan di bidang coding?”
Percakapan mereka mengalir deras, melintasi Samudra Atlantik. Anya bercerita tentang pekerjaannya mengembangkan sistem pembayaran digital yang aman dan efisien. Etienne berbagi tentang tantangan pendanaan untuk proyek penelitiannya. Mereka berbicara tentang segala hal, dari buku favorit hingga kekhawatiran mereka tentang masa depan teknologi.
Anya terkejut. Ia merasa lebih terhubung dengan Etienne, seorang pria yang tinggal ribuan kilometer jauhnya di Paris, daripada dengan pria manapun yang pernah ia temui di Jakarta. Ia tertawa mendengar leluconnya, merasa simpati terhadap perjuangannya, dan terinspirasi oleh semangatnya.
Beberapa minggu berlalu, percakapan mereka semakin intens. Mereka mulai bertukar pesan suara, lalu video call. Anya melihat mata Etienne berbinar saat ia menceritakan pengalamannya mendaki gunung di Jawa. Etienne memperlihatkan Anya keindahan kota Paris di malam hari, melalui lensa kameranya. Mereka merasa seolah sedang berbagi secangkir kopi di sebuah kafe, meskipun dipisahkan oleh zona waktu yang berbeda.
Suatu malam, Etienne berkata, “Anya, aku tahu ini mungkin terdengar gila, tapi aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kita. Aku merasa terhubung denganmu, meskipun kita belum pernah bertemu langsung.”
Anya menelan ludah. Ia merasakan hal yang sama. Ia tidak menyangka akan menemukan seseorang yang begitu mengerti dirinya, di dunia maya. “Aku juga merasakan hal yang sama, Etienne. Aku tidak tahu apa ini, tapi ini terasa nyata.”
Keputusan untuk bertemu langsung adalah sebuah lompatan besar. Anya merasa takut. Bagaimana jika ekspektasinya terlalu tinggi? Bagaimana jika chemistry yang mereka rasakan secara virtual tidak terwujud dalam dunia nyata? Namun, ia tidak bisa mengabaikan dorongan hatinya. Ia ingin melihat Etienne, menyentuhnya, dan memastikan bahwa semua ini bukan hanya ilusi.
Anya mengajukan cuti dari pekerjaannya. Ia membeli tiket pesawat ke Paris. Perjalanan itu terasa seperti mimpi yang panjang dan menegangkan. Setiap detik di pesawat terasa seperti satu jam. Ia membayangkan wajah Etienne, suaranya, tawanya. Ia berharap ia tidak kecewa.
Akhirnya, ia tiba di Paris. Etienne sudah menunggunya di bandara, dengan seikat bunga lavender di tangannya. Anya mengenali senyumnya, mata berbinarnya, seperti yang ia lihat di layar komputernya. Ia berlari ke arahnya dan memeluknya erat.
“Anya,” bisik Etienne, suaranya bergetar. “Akhirnya aku bisa melihatmu.”
Anya membalas pelukannya, air mata haru menetes di pipinya. “Etienne, aku di sini.”
Minggu-minggu di Paris terasa seperti mimpi. Mereka menjelajahi kota bersama, mengunjungi museum Louvre, berjalan-jalan di tepi Sungai Seine, dan menikmati makanan Prancis yang lezat. Mereka berbicara berjam-jam, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Anya menemukan bahwa Etienne di dunia nyata sama menawannya dengan Etienne di dunia maya. Bahkan, lebih.
Namun, kebahagiaan itu terasa pahit. Waktu berlalu terlalu cepat. Anya harus kembali ke Jakarta. Perpisahan di bandara terasa menyakitkan. Mereka berjanji untuk tetap berhubungan, untuk menjaga api cinta mereka tetap menyala, meskipun terpisah oleh jarak dan waktu.
Setelah kembali ke Jakarta, Anya merasa hampa. Hari-harinya terasa sepi tanpa Etienne. Ia bekerja seperti biasa, tapi pikirannya selalu melayang ke Paris. Mereka terus berkomunikasi melalui video call, mengirim pesan setiap hari, dan berusaha untuk saling mendukung.
Suatu malam, Etienne menelepon Anya dengan berita besar. Ia berhasil mendapatkan pendanaan untuk proyek penelitiannya. Ia diundang untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di sebuah konferensi internasional di Singapura. Singapura! Kota yang jauh lebih dekat dengan Jakarta.
Anya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. “Etienne, ini luar biasa! Aku akan datang ke Singapura! Aku akan mendukungmu.”
Pertemuan mereka di Singapura terasa seperti awal yang baru. Mereka tidak lagi harus menyeberangi benua untuk bertemu. Mereka bisa merencanakan perjalanan singkat bersama, menjelajahi negara-negara di Asia Tenggara, dan membangun masa depan bersama.
Jarak memang menjadi tantangan. Mereka harus berkorban, bersabar, dan terus berusaha untuk menjaga komunikasi. Namun, cinta mereka lebih kuat dari batas geografis. Mereka membuktikan bahwa hati bisa terhubung, meskipun terpisah oleh jaringan global.
Setahun kemudian, Anya dan Etienne berdiri di altar, di sebuah gereja kecil di Paris. Keluarga dan teman-teman mereka berkumpul untuk menyaksikan pernikahan mereka. Anya mengenakan gaun putih yang indah, senyumnya berseri-seri. Etienne menatapnya dengan cinta dan kekaguman.
Saat mengucapkan janji pernikahan, Anya teringat pertama kali ia bertemu dengan Etienne di aplikasi kencan. Ia tidak pernah menyangka akan menemukan cinta sejatinya di dunia maya, ribuan kilometer jauhnya. Ia tersenyum. Teknologi memang bisa memisahkan, tapi juga bisa menyatukan. Hatinya dan hati Etienne telah terhubung melalui jaringan global, dan cinta mereka akan terus berkembang, melintasi batas geografis.