Sensor Kehangatan Emosional AI: Mendeteksi Cinta di Sekitarmu

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 03:50:52 wib
Dibaca: 162 kali
Jemari Lintang menari di atas keyboard, matanya terpaku pada deretan kode yang memenuhi layar. Aroma kopi memenuhi apartemen studio miliknya, sebuah benteng minimalis di tengah gemerlap kota. Di usianya yang baru 27 tahun, Lintang sudah dikenal sebagai salah satu programmer AI paling menjanjikan di perusahaannya, NeuroTech. Proyek terbarunya, Sensor Kehangatan Emosional AI atau disingkat SKEAI, adalah yang paling ambisius. Tujuannya sederhana, namun implikasinya revolusioner: mendeteksi keberadaan cinta di sekitar seseorang melalui analisis gelombang otak dan detak jantung.

Lintang selalu skeptis terhadap konsep cinta. Baginya, cinta adalah reaksi kimiawi kompleks, sebuah algoritma rumit yang bisa diurai dan diprediksi. Ia percaya, SKEAI akan membuktikan teorinya, mengubah cinta dari misteri romantis menjadi data yang terukur.

Berbulan-bulan ia habiskan untuk mengembangkan SKEAI. Algoritma-algoritma rumit ia ciptakan, model-model pembelajaran mesin ia latih dengan ribuan data sampel. Ia nyaris tidak tidur, melupakan makan, dan mengabaikan panggilan telepon dari ibunya. SKEAI menjadi obsesinya, sebuah pengejaran ilmiah untuk membuktikan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang istimewa.

Suatu sore, ketika Lintang sedang melakukan uji coba terakhir SKEAI, pintu apartemennya diketuk. Di ambang pintu berdiri seorang pria dengan senyum cerah yang menawan. Namanya Arya, tetangga barunya di lantai atas.

"Hai, Lintang, kan?" sapa Arya dengan suara ramah. "Aku Arya, tetanggamu. Bawa kue kering buat sambutan."

Lintang, yang biasanya lebih memilih menghabiskan waktu dengan komputer daripada manusia, merasa sedikit kikuk. Ia menerima kotak kue kering itu dengan canggung.

"Terima kasih," gumam Lintang.

Arya tidak langsung pergi. Ia memperhatikan perangkat SKEAI yang tergeletak di meja. "Wah, kamu kerja di bidang teknologi ya? Keren banget. Boleh lihat?"

Lintang, tanpa sadar, mulai menjelaskan tentang SKEAI, tentang ambisinya untuk mengukur cinta. Arya mendengarkan dengan seksama, sesekali mengajukan pertanyaan yang cerdas dan menunjukkan ketertarikan yang tulus. Lintang, yang terbiasa berbicara dengan komputer, merasa anehnya nyaman berbicara dengan Arya.

Setelah hampir satu jam, Arya pamit. "Maaf ya ganggu. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan minta tolong. Selamat bekerja, Lintang."

Setelah Arya pergi, Lintang kembali ke pekerjaannya. Namun, konsentrasinya buyar. Kata-kata Arya, senyumnya, bahkan aroma kue kering yang tertinggal di ruangan, mengganggu pikirannya. Ia mencoba untuk fokus pada kode, tetapi pikirannya terus kembali ke Arya.

Ia memutuskan untuk melakukan uji coba SKEAI pada dirinya sendiri. Ia memasang sensor di kepala dan dadanya, lalu menjalankan program. Layar komputer menampilkan grafik gelombang otak dan detak jantungnya. Awalnya, semua tampak normal. Namun, ketika Lintang membayangkan wajah Arya, grafik itu mulai berubah. Garis-garis bergelombang menjadi lebih tinggi, detak jantungnya sedikit meningkat.

SKEAI menampilkan hasil analisisnya. Di layar muncul sebuah angka: 78%. Di bawahnya tertulis: "Indikasi Kehangatan Emosional Tinggi."

Lintang tertegun. 78%? Itu angka yang signifikan. SKEAI seharusnya mendeteksi emosi netral, karena ia yakin tidak merasakan apa pun terhadap Arya. Mungkinkah alatnya rusak? Ia mencoba melakukan kalibrasi ulang, menjalankan serangkaian tes diagnostik. Semua menunjukkan bahwa SKEAI berfungsi dengan baik.

Ia mencoba memikirkan orang lain. Ibunya, sahabatnya, bahkan mantan pacarnya. Hasilnya selalu di bawah 50%. Hanya ketika ia memikirkan Arya, SKEAI memberikan hasil yang tinggi.

Lintang mulai panik. Apakah mungkin SKEAI benar? Apakah mungkin ia… menyukai Arya?

Ia menolak kemungkinan itu. Cinta hanyalah reaksi kimiawi, sebuah algoritma yang bisa diurai. Ia tidak mungkin merasakan cinta, apalagi pada seseorang yang baru dikenalnya.

Namun, semakin ia mencoba menyangkal, semakin kuat perasaan itu. Ia terus memikirkan Arya, senyumnya, suaranya, bahkan aroma kue kering yang tertinggal di apartemennya.

Malam itu, Lintang tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan SKEAI dan hasilnya. Ia mulai mempertanyakan semua keyakinannya tentang cinta. Mungkinkah cinta lebih dari sekadar reaksi kimiawi? Mungkinkah ada sesuatu yang tidak bisa diukur, sesuatu yang misterius dan tak terduga?

Keesokan harinya, Lintang memutuskan untuk menemui Arya. Ia membutuhkan jawaban, meskipun ia takut dengan apa yang akan ditemukannya.

Ia mengetuk pintu apartemen Arya. Arya membuka pintu dengan senyum cerah yang sama seperti kemarin.

"Lintang? Ada apa?" tanya Arya.

Lintang menarik napas dalam-dalam. "Aku… aku ingin tahu, apa kau merasakan sesuatu yang aneh kemarin?"

Arya mengerutkan kening. "Aneh? Maksudmu?"

"Aku… aku punya alat yang bisa mendeteksi emosi. Dan alat itu menunjukkan bahwa…" Lintang berhenti, merasa malu untuk melanjutkan.

Arya menatapnya dengan penuh minat. "Menunjukkan apa, Lintang?"

Lintang memberanikan diri. "Menunjukkan bahwa… ada kehangatan emosional yang tinggi di sekitarmu."

Arya tertawa kecil. "Kehangatan emosional? Wah, kedengarannya keren. Tapi, terus?"

Lintang menelan ludah. "Aku… aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Alat itu menunjukkan bahwa… mungkin aku… menyukaimu?"

Arya terdiam sejenak. Lalu, ia tersenyum lebar. "Lintang, aku juga merasakan hal yang sama."

Lintang terkejut. "Benarkah?"

Arya mengangguk. "Sejak pertama kali melihatmu, aku merasa ada sesuatu yang istimewa. Kamu pintar, unik, dan… jujur, kamu sangat menarik."

Lintang tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa semua keyakinannya hancur berkeping-keping. Cinta, yang selama ini ia anggap sebagai algoritma rumit, ternyata lebih sederhana dari yang ia bayangkan. Cinta adalah kejujuran, keberanian untuk mengakui perasaan, dan kesediaan untuk membuka hati.

Arya mendekat dan menggenggam tangan Lintang. "Lintang, aku tahu ini mungkin terlalu cepat. Tapi, aku ingin mengenalmu lebih jauh. Maukah kau berkencan denganku?"

Lintang tersenyum. "Ya, Arya. Aku mau."

Untuk pertama kalinya, Lintang merasakan kehangatan emosional yang sesungguhnya. Bukan data yang terukur, tetapi sebuah perasaan yang memenuhi hatinya dengan kebahagiaan. Ia akhirnya menyadari bahwa cinta tidak bisa diuraikan menjadi algoritma. Cinta adalah misteri yang indah, sebuah petualangan yang layak untuk dijalani. SKEAI mungkin bisa mendeteksi keberadaan cinta, tetapi hanya hati yang bisa merasakannya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI