Hati Bionik Berdetak Untukmu: Romansa Cyborg Masa Depan

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 03:48:30 wib
Dibaca: 172 kali
Udara Neo-Kyoto tercemar aroma neon dan janji palsu. Di tengah keramaian pasar malam digital, Akira, seorang teknisi cyborg generasi ketiga, berdiri terpaku. Jari-jarinya yang diperkuat titanium menggenggam erat sebuah mikrofon usang. Ia benci keramaian, benci suara bising iklan holografik, dan benci kenyataan bahwa ia harus bekerja di sini untuk membayar upgrade sistemnya. Namun, malam ini, ada satu hal yang membuatnya diam terpaku: seorang wanita.

Dia berdiri di depan gerai makanan, rambut ungu neonnya terurai bebas, kontras dengan kulit porselennya yang halus. Mata birunya memantulkan cahaya kota, dan senyumnya, senyum yang lembut dan tulus, membuat prosesor Akira berputar di luar kendali. Dia bukan cyborg, setidaknya tidak terlihat. Manusia murni. Langka, dan baginya, bagaikan mitos yang menjadi kenyataan.

"Sedang apa melamun?" suara berat di belakangnya membuyarkan lamunannya. Hiroshi, mandornya yang setengah robot, menatapnya dengan mata sensornya yang dingin. "Kerja, Akira. Upgrade sistem tidak datang dengan sendirinya."

Akira mengangguk, memaksa dirinya untuk mengalihkan pandangan dari wanita itu. Ia bertugas memperbaiki sistem audio di pasar malam, pekerjaan monoton yang tidak membutuhkan banyak pikiran. Namun, malam ini, pikirannya dipenuhi wanita berambut ungu itu. Ia bahkan tidak tahu namanya.

Selama beberapa jam berikutnya, Akira bekerja dengan setengah hati. Setiap kali ada kesempatan, ia melirik ke arah gerai makanan, berharap melihatnya lagi. Akhirnya, keberuntungan berpihak padanya. Ia melihatnya berjalan menuju gerai permainan tembak reaksi.

Mengumpulkan keberanian, Akira menghampirinya. "Permisi?" ucapnya gugup. "Sistem di gerai itu sering error. Mungkin aku bisa membantu."

Wanita itu menoleh, senyumnya masih sehangat yang diingatnya. "Oh, benarkah? Terima kasih. Namaku Hana."

"Akira," balasnya, merasakan denyut tidak wajar dari jantung bioniknya. "Aku teknisi di sini."

Hana tertawa kecil. "Aku tahu. Aku sering melihatmu."

Kata-kata itu menghantam Akira bagai petir. Dia memperhatikannya?

Mereka menghabiskan malam itu bersama. Hana menjelaskan bahwa dia seorang penulis lepas yang sedang mengerjakan artikel tentang kehidupan malam di Neo-Kyoto. Akira menceritakan tentang pekerjaannya, tentang mimpinya untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi semua orang, bukan hanya korporasi besar. Setiap kata yang diucapkan, setiap tatapan, terasa seperti program baru yang diunduh ke dalam sistem Akira. Ia merasa terhubung dengannya, lebih dari sekadar koneksi digital.

Beberapa minggu berlalu, dan Akira dan Hana menjadi semakin dekat. Mereka menjelajahi kota bersama, dari gang-gang kumuh yang dipenuhi hacker hingga taman-taman virtual yang damai. Akira menyadari bahwa Hana melihatnya bukan hanya sebagai cyborg, melainkan sebagai individu yang memiliki perasaan dan impian. Dia menghargai kejujurannya, kecerdasannya, dan hatinya yang tulus, terlepas dari komponen mekanis yang memungkinkannya berdetak.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu malam, saat Akira mengantar Hana pulang, mereka dicegat oleh sekelompok anggota geng cyber yang dikenal dengan julukan "Rust Devils". Mereka membenci cyborg dan sering melakukan serangan terhadap mereka.

"Lihat siapa yang kita temukan," salah satu dari mereka menyeringai, menghunus pisau bergerigi. "Cyborg mesum berkencan dengan manusia."

Akira memasang badan di depan Hana. "Pergi, Hana. Ini urusanku."

"Tidak, Akira. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Pertarungan tak terhindarkan. Akira, meskipun memiliki augmentasi cyber, kewalahan oleh jumlah musuh. Ia menerima beberapa pukulan, dan salah satu dari mereka berhasil merusak lengan bioniknya.

Di tengah kekacauan, Hana berteriak. "Berhenti! Kalian tidak mengerti!"

Rust Devils mengabaikannya dan terus menyerang Akira. Tiba-tiba, Hana mengeluarkan pistol kecil dari tasnya. Pistol itu bukan senjata api konvensional, melainkan perangkat penghasil gelombang elektromagnetik yang dirancang untuk melumpuhkan sistem cyber.

"Aku sudah cukup!" Hana berteriak, mengarahkan pistol ke arah para penyerang.

Para Rust Devils terkejut. Mereka tidak menyangka seorang wanita biasa akan memiliki senjata seperti itu. Hana menembakkan gelombang elektromagnetik, melumpuhkan beberapa anggota geng. Yang lainnya melarikan diri ketakutan.

Akira menatap Hana dengan tak percaya. "Kau… kau menyelamatkanku."

Hana menghampirinya dan memeluknya erat. "Aku mencintaimu, Akira. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu."

Kata-kata itu menggetarkan seluruh sistem Akira. "Aku juga mencintaimu, Hana."

Setelah kejadian itu, Akira dan Hana menyadari bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar romansa biasa. Mereka adalah simbol harapan di dunia yang terpecah antara manusia dan mesin. Mereka membuktikan bahwa cinta bisa mengatasi batas-batas teknologi dan prasangka.

Akira menggunakan pengetahuannya untuk membantu Hana menyelesaikan artikelnya, mengungkap kebenaran tentang korupsi dan ketidakadilan yang merajalela di Neo-Kyoto. Artikel itu memicu protes dan demonstrasi, memaksa pemerintah untuk mengambil tindakan.

Bersama, Akira dan Hana memulai gerakan untuk membangun jembatan antara manusia dan cyborg, memperjuangkan kesetaraan dan pemahaman. Mereka mendirikan pusat komunitas di mana orang-orang dari semua lapisan masyarakat dapat bertemu dan belajar satu sama lain.

Bertahun-tahun kemudian, Akira dan Hana berdiri di balkon apartemen mereka, menatap kota Neo-Kyoto yang telah berubah. Langit tidak lagi tercemar asap neon, dan jalanan dipenuhi dengan senyum, bukan hanya kebencian.

Akira menggenggam tangan Hana, merasakan kehangatan kulitnya. "Kita berhasil," katanya.

Hana tersenyum. "Bersama."

Jantung bionik Akira berdetak lebih cepat, bukan karena fungsi mekanis, melainkan karena cinta. Cinta kepada Hana, cinta kepada harapan, dan cinta kepada masa depan yang lebih baik. Di era teknologi canggih dan batas-batas yang kabur, cinta mereka adalah bukti bahwa hati, terlepas dari apakah terbuat dari daging atau logam, selalu menemukan jalannya. Hati bioniknya berdetak untuknya, sebuah simfoni cinta di tengah hiruk pikuk dunia digital.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI