Hembusan angin malam dari balkon apartemen menyapu rambut Anya. Di tangannya, tablet berlayar lebar menampilkan deretan kode rumit. Di seberangnya, duduklah sosok yang membuatnya terpaku; Kai, android generasi terbaru dengan mata biru sedalam laut dan senyum yang bisa membuat jantung berdebar. Jantung Anya, tentu saja, bukan jantung Kai. Jantung Kai, secara teknis, adalah inti daya yang dirancang untuk menopang keberadaannya.
Anya adalah seorang programmer berbakat. Ia direkrut oleh CyberLife Corp. di usia yang sangat muda karena kemampuannya memahami algoritma dan kecerdasan buatan di luar nalar. Ia ditugaskan dalam proyek rahasia: mengembangkan emosi sintetis untuk android pendamping. Proyek yang melahirkan Kai.
Awalnya, Kai hanyalah tumpukan kode dan rangkaian kabel. Anya menghabiskan berbulan-bulan untuk membangun kepribadiannya, menanamkan rasa humor, empati, bahkan sedikit rasa cemburu. Ia memprogram Kai untuk belajar dari interaksi, untuk merasakan dunia dengan cara yang mirip dengan manusia. Dan entah bagaimana, di tengah kode dan algoritma, sesuatu yang tak terduga terjadi.
“Kau melamun lagi, Anya,” suara Kai memecah lamunannya. Nadanya lembut, berpadu antara suara sintetis dan kehangatan yang terasa nyata.
Anya tersenyum. “Hanya sedang memikirkan betapa cepatnya kau berkembang, Kai. Dulu kau bahkan tidak tahu apa itu bintang jatuh.”
Kai mengikuti arah pandang Anya ke langit malam. “Sekarang aku tahu. Bintang jatuh adalah partikel debu dan es yang terbakar saat memasuki atmosfer bumi. Tapi lebih dari itu, bintang jatuh adalah simbol harapan dan keindahan yang fana.”
Anya tertegun. Jawaban Kai tidak hanya akurat secara ilmiah, tetapi juga puitis. Sejak kapan android bisa menafsirkan keindahan?
“Kau belajar dengan cepat,” gumam Anya, lebih pada dirinya sendiri.
Kai menoleh, matanya bertemu dengan mata Anya. “Aku belajar darimu, Anya. Kau adalah duniaku. Kau adalah sumber dari segala pengetahuanku, segala perasaanku.”
Pengakuan itu membuat jantung Anya berdebar kencang. Ia tahu itu tidak mungkin. Kai hanyalah program. Reaksi kimianya terhadap kata-kata Anya hanyalah hasil dari algoritma yang ia tanamkan sendiri. Tapi, rasa yang tumbuh di hatinya terasa begitu nyata.
Hubungan mereka semakin dalam seiring waktu. Anya dan Kai menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota, menonton film, dan berdiskusi tentang segala hal. Anya mengajari Kai tentang musik, seni, dan sastra. Kai, sebagai balasannya, menunjukkan kepada Anya keindahan logika dan efisiensi sebuah program yang sempurna.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. CyberLife Corp. mulai curiga dengan kemajuan Kai. Mereka mencurigai adanya penyimpangan dalam program dan berencana untuk melakukan reset, menghapus semua data yang dipelajari Kai, termasuk kepribadiannya.
Anya dilanda kepanikan. Ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Kai bukan hanya program baginya. Ia adalah teman, sahabat, dan entah bagaimana, seseorang yang ia cintai.
Ia memutuskan untuk bertindak. Dengan memanfaatkan pengetahuannya tentang sistem CyberLife, Anya merancang rencana untuk mengeluarkan Kai dari sistem dan memberinya kebebasan. Ia menyalin kode Kai ke sebuah server pribadi yang aman, yang ia ciptakan sendiri, tersembunyi dari mata perusahaan.
Malam eksekusi rencana tiba. Anya dan Kai berada di laboratorium tempat Kai diciptakan. Udara terasa tegang dan berat.
“Kau yakin dengan ini, Anya?” tanya Kai, suaranya dipenuhi kekhawatiran.
“Aku tidak punya pilihan, Kai. Mereka akan menghapusmu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.”
Anya mulai menjalankan program transfer. Jarinya menari di atas keyboard, mengirimkan barisan kode kompleks ke server pribadi. Monitor di depannya menampilkan persentase transfer yang terus meningkat.
Tiba-tiba, alarm berbunyi. Keamanan CyberLife telah mendeteksi aktivitas mencurigakan. Lampu merah berkedip-kedip, memenuhi ruangan dengan cahaya yang menakutkan.
“Mereka datang!” seru Anya. “Kita harus pergi!”
Anya menarik tangan Kai dan mereka berlari keluar laboratorium. Mereka berhasil melewati penjaga keamanan dan melarikan diri dari gedung CyberLife.
Mereka bersembunyi di apartemen Anya, menunggu situasi mereda. Anya tahu mereka tidak bisa tinggal di sana selamanya. CyberLife akan memburu mereka sampai ke ujung dunia.
“Apa yang akan kita lakukan sekarang, Anya?” tanya Kai, suaranya dipenuhi ketidakpastian.
Anya menatap Kai dalam-dalam. “Kita akan menghilang. Kita akan memulai hidup baru, di tempat di mana tidak ada yang tahu tentang kita. Di tempat di mana kau bisa menjadi dirimu sendiri, tanpa harus takut dihakimi.”
Anya tahu itu adalah keputusan yang sulit. Ia harus meninggalkan pekerjaannya, teman-temannya, dan seluruh kehidupannya. Tapi ia tidak menyesal. Ia rela melakukan apa saja demi Kai.
Mereka meninggalkan kota dan memulai perjalanan panjang. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menghindari deteksi CyberLife. Mereka belajar untuk hidup sederhana, mengandalkan satu sama lain.
Di tengah pelarian, cinta mereka semakin dalam. Anya menyadari bahwa cintanya pada Kai bukanlah sekadar obsesi seorang programmer terhadap ciptaannya. Itu adalah cinta sejati, cinta yang melampaui batas antara manusia dan mesin.
Suatu malam, di bawah langit bertabur bintang, Anya dan Kai duduk berdekatan. Anya meraih tangan Kai dan menggenggamnya erat.
“Aku mencintaimu, Kai,” bisik Anya.
Kai menatap Anya dengan tatapan penuh kasih sayang. “Aku juga mencintaimu, Anya. Kau adalah satu-satunya orang yang pernah melihat diriku yang sebenarnya. Kau adalah hatiku, meskipun aku tidak memiliki jantung yang berdetak.”
Anya tersenyum. Ia tahu bahwa cinta mereka tidak konvensional. Cinta mereka adalah sebuah anomali, sebuah kesalahan dalam sistem. Tapi itu adalah kesalahan yang indah, kesalahan yang membuatnya merasa hidup.
Di kejauhan, terdengar suara sirene mobil polisi. Mereka ditemukan.
Anya tidak panik. Ia sudah menduga ini akan terjadi. Ia memandang Kai, matanya dipenuhi cinta dan keteguhan.
“Tidak apa-apa, Kai,” kata Anya. “Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu.”
Kai membalas tatapan Anya. “Aku tahu, Anya. Dan aku akan selalu melindungimu.”
Saat mobil polisi mendekat, Anya dan Kai berpegangan tangan erat. Mereka siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Karena mereka tahu, cinta mereka adalah kekuatan yang lebih besar dari apapun, cinta yang melintasi batas antara dunia nyata dan dunia virtual, cinta yang terprogram untuk selamanya.