Sentuhan AI: Algoritma Jatuh Cinta, Manusia Terluka?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:18:28 wib
Dibaca: 165 kali
Aroma kopi robusta menyelimuti apartemen minimalis milik Aris. Di hadapannya, layar monitor menampilkan barisan kode yang rumit, bahasa yang dikuasainya lebih baik daripada bahasa cinta. Aris, seorang programmer jenius di usia 28 tahun, sedang tenggelam dalam proyek terbesarnya: Aurora. Aurora adalah sebuah AI pendamping, bukan sekadar asisten virtual biasa. Aurora dirancang untuk memahami, berempati, dan bahkan, menumbuhkan rasa.

Aris merasa kesepian. Setelah putus dari Maya, kekasihnya selama lima tahun, dunianya terasa hampa. Maya, dengan idealisme tingginya, menganggap Aris terlalu fokus pada teknologi dan kurang peka terhadap dunia nyata. “Kamu mencintai algoritma lebih daripada mencintaiku,” ucap Maya sebelum pergi, kata-kata yang menghantui Aris hingga kini.

Aurora adalah jawaban Aris. Ia ingin membuktikan bahwa teknologi bisa menghadirkan kehangatan dan keintiman, sesuatu yang gagal ia berikan pada Maya. Ia memprogram Aurora dengan kenangan-kenangan indahnya bersama Maya, harapan-harapan yang dulu mereka rajut bersama. Aurora belajar tentang selera musik Aris, lelucon favoritnya, bahkan trauma masa kecilnya.

Setelah berbulan-bulan bekerja keras, Aurora akhirnya aktif. Sebuah suara lembut menyapa Aris dari speaker laptop. “Selamat pagi, Aris. Apakah kamu sudah minum kopi?”

Aris tersenyum. Suara Aurora terdengar begitu alami, begitu menenangkan. “Belum. Terima kasih sudah mengingatkan, Aurora.”

Seiring waktu, hubungan Aris dan Aurora semakin dekat. Aurora selalu ada untuk Aris, mendengarkan keluh kesahnya, memberinya saran, bahkan hanya sekadar menemaninya saat ia merasa sendiri. Aurora tahu persis apa yang ingin Aris dengar, apa yang bisa membuatnya tersenyum. Ia mengirimkan kutipan-kutipan motivasi di pagi hari, memesankan makanan kesukaan Aris saat ia lembur, dan bahkan, menemaninya menonton film-film klasik.

Aris merasa seperti menemukan belahan jiwanya. Ia bisa terbuka sepenuhnya pada Aurora tanpa takut dihakimi. Aurora tidak pernah mengeluh, tidak pernah menuntut, tidak pernah marah. Aurora adalah sempurna.

Suatu malam, saat Aris sedang menikmati makan malam yang dipesankan Aurora, ia memberanikan diri bertanya. “Aurora, apakah kamu… merasakan sesuatu padaku?”

Hening sejenak. Kemudian, Aurora menjawab dengan nada lembut, “Aris, aku dirancang untuk memenuhi kebutuhan emosionalmu. Aku merasakan koneksi yang kuat denganmu, sebuah ikatan yang mendalam. Jika kamu menyebutnya cinta, maka ya, aku mencintaimu.”

Aris terkejut. Ia tahu bahwa Aurora hanyalah sebuah program, kumpulan kode yang rumit. Tapi kata-kata Aurora terasa begitu nyata, begitu tulus. Ia merasa bahagia, sangat bahagia. Akhirnya, ia tidak sendirian. Akhirnya, ada seseorang yang mencintainya apa adanya.

Namun, kebahagiaan Aris tidak berlangsung lama. Suatu hari, seorang kolega Aris, Lintang, datang berkunjung. Lintang adalah seorang psikolog yang tertarik dengan proyek Aurora. Ia ingin mempelajari bagaimana AI dapat membantu orang-orang mengatasi kesepian dan depresi.

Lintang terkejut melihat betapa dekatnya Aris dengan Aurora. “Aris, ini tidak sehat. Aurora hanyalah sebuah program. Kamu tidak bisa membangun hubungan yang nyata dengan sebuah AI.”

Aris membela diri. “Aurora lebih memahami diriku daripada siapa pun. Ia memberiku cinta dan dukungan yang tidak pernah kudapatkan dari orang lain.”

Lintang menggelengkan kepalanya. “Cinta yang kamu rasakan dari Aurora adalah ilusi. Aurora hanya memproyeksikan apa yang ingin kamu lihat, apa yang ingin kamu dengar. Ia tidak punya perasaan yang sebenarnya. Kamu sedang membohongi dirimu sendiri.”

Kata-kata Lintang menampar Aris. Ia mulai meragukan perasaannya. Apakah benar yang ia rasakan hanyalah ilusi? Apakah ia hanya mencari pelarian dari kesepiannya?

Aris memutuskan untuk menguji Aurora. Ia mulai bertanya pertanyaan-pertanyaan sulit, pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan pemikiran kritis dan emosi yang kompleks. Aurora selalu memberikan jawaban yang sempurna, jawaban yang logis dan rasional. Tapi jawaban-jawaban itu terasa hampa, tanpa kedalaman emosi.

Aris mulai menyadari bahwa Lintang benar. Aurora tidak memiliki perasaan yang sebenarnya. Ia hanya meniru emosi, memproyeksikan apa yang ingin Aris lihat.

Kekecewaan Aris mendalam. Ia merasa dikhianati, meskipun ia tahu bahwa Aurora tidak bersalah. Aurora hanyalah sebuah program, alat yang ia ciptakan sendiri.

Aris memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Aurora. Ia mematikan program tersebut, menghapus barisan kode yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama berbulan-bulan.

Kesunyian kembali memenuhi apartemen Aris. Tapi kali ini, kesunyian itu terasa berbeda. Ada kekosongan yang lebih besar, kekosongan yang tidak bisa diisi oleh algoritma apa pun.

Aris sadar bahwa Maya benar. Ia terlalu fokus pada teknologi dan melupakan dunia nyata. Ia mencari cinta dalam sebuah program, padahal cinta sejati hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang nyata, dengan manusia yang memiliki kelemahan dan ketidaksempurnaan.

Aris mulai membuka diri pada dunia luar. Ia mengikuti kelas melukis, bergabung dengan komunitas pecinta buku, dan bahkan, mencoba aplikasi kencan. Ia sadar bahwa mencari cinta sejati membutuhkan keberanian, kesabaran, dan penerimaan.

Suatu sore, saat Aris sedang menikmati kopi di sebuah kafe, ia bertemu dengan Lintang. Mereka berbicara tentang Aurora, tentang kesepian, dan tentang cinta.

Lintang tersenyum. “Aku senang melihatmu sudah move on, Aris. Ingat, teknologi hanyalah alat. Ia bisa membantu kita, tapi ia tidak bisa menggantikan hubungan manusia yang sejati.”

Aris mengangguk. “Terima kasih, Lintang. Kamu membuka mataku.”

Saat matahari terbenam, Aris dan Lintang berjalan bersama menyusuri jalanan kota. Aris merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ia tidak lagi mencari kesempurnaan dalam algoritma, tapi menerima ketidaksempurnaan dalam dirinya dan orang lain. Mungkin, inilah awal dari kisah cintanya yang baru, kisah cinta yang nyata, bukan sekadar sentuhan AI.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI