Hati Terunduh Sempurna Seluruhnya: Cinta Instan di Era Canggih AI

Dipublikasikan pada: 28 May 2025 - 21:00:15 wib
Dibaca: 162 kali
Aplikasi kencan itu berdering lirih, notifikasi yang sudah sangat familiar bagi Aira. Jari telunjuknya menyapu layar, membuka profil baru yang direkomendasikan AI. "Kriteria: Pecinta kopi, penggemar musik indie, memiliki selera humor tinggi." Foto seorang pria dengan senyum teduh dan mata berbinar menatapnya dari balik layar. Namanya, tertera jelas di bawahnya: "Reno - Arsitek."

Aira menghela napas. Ia sudah lelah dengan kencan-kencan daring yang selalu berakhir mengecewakan. Lelaki yang di foto terlihat menarik, tapi foto bisa menipu. Profil bisa dibuat-buat. Percakapan pun seringkali terasa hambar, hanya rangkaian basa-basi dan harapan palsu. Namun, AI aplikasi ini menjanjikan sesuatu yang berbeda: koneksi yang lebih dalam, kecocokan yang dianalisis berdasarkan data psikologis dan preferensi pribadi.

"Mencoba sekali lagi tidak ada salahnya," bisiknya pada diri sendiri, lalu menekan tombol "Suka."

Tak sampai lima menit, notifikasi baru muncul. "Reno menyukai profil Anda juga!"

Jantung Aira berdegup sedikit lebih cepat. Ia membuka jendela obrolan.

Reno: Hai Aira! Senang bisa terhubung denganmu.

Aira: Hai Reno. Senang juga bisa terhubung denganmu. Arsitek ya? Keren!

Percakapan mengalir dengan lancar. Mereka membahas kopi favorit masing-masing, band indie yang sedang naik daun, dan buku-buku yang sedang mereka baca. Reno ternyata humoris dan cerdas, bisa membuat Aira tertawa lepas hanya dengan mengetik beberapa kalimat. Ia menceritakan tentang proyek desain terbarunya, sebuah ruang publik yang ramah lingkungan dan inklusif. Aira pun berbagi tentang pekerjaannya sebagai seorang desainer grafis, mimpinya untuk membuka studio sendiri, dan kegemarannya melukis di waktu senggang.

Beberapa hari kemudian, mereka memutuskan untuk bertemu langsung. Reno memilih sebuah kedai kopi kecil yang tersembunyi di sudut kota. Ketika Aira melihatnya berdiri di depan kedai, ia merasa seperti sudah mengenalnya seumur hidup. Senyumnya sama teduhnya seperti di foto, dan matanya benar-benar berbinar.

Kencan pertama mereka berlangsung selama berjam-jam. Mereka bercerita, tertawa, dan bertukar pandang penuh arti. Tidak ada kecanggungan, tidak ada keheningan yang canggung. Semuanya terasa alami, seperti dua keping puzzle yang akhirnya bertemu.

Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama hampir setiap hari, menjelajahi kota, menonton film, dan memasak makan malam bersama. Aira merasa nyaman dan bahagia berada di dekat Reno. Ia merasa dicintai dan dihargai apa adanya.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Aira mulai merasakan keraguan. Hubungan mereka terlalu sempurna. Terlalu mulus. Apakah mungkin menemukan cinta sejati dengan bantuan algoritma? Apakah perasaan yang ia rasakan benar-benar nyata, atau hanya hasil manipulasi data dan prediksi kecerdasan buatan?

Suatu malam, saat mereka sedang berbaring di sofa, menonton film dokumenter tentang arsitektur, Aira memberanikan diri untuk bertanya.

"Reno," katanya, suaranya sedikit bergetar. "Apa kamu percaya bahwa cinta bisa ditemukan melalui aplikasi kencan?"

Reno menoleh padanya, matanya menatapnya dengan lembut. "Aku percaya bahwa aplikasi kencan bisa menjadi jembatan untuk menemukan orang-orang yang memiliki minat dan nilai yang sama," jawabnya. "Tapi, cinta sejati adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang seiring waktu. Itu membutuhkan kejujuran, kepercayaan, dan komitmen."

Aira terdiam. Jawaban Reno menenangkannya, tapi tidak sepenuhnya menghilangkan keraguannya.

Beberapa minggu kemudian, Reno membawanya ke sebuah bukit di luar kota, tempat di mana ia sering datang untuk mencari inspirasi. Langit malam bertaburan bintang. Udara dingin menusuk kulit, tapi Aira merasa hangat di dalam pelukan Reno.

Reno berlutut, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Jantung Aira berdegup kencang.

"Aira," katanya, suaranya penuh kasih sayang. "Sejak aku bertemu denganmu, hidupku terasa lebih berwarna. Kamu membuatku tertawa, kamu membuatku berpikir, dan kamu membuatku merasa bahagia. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Maukah kamu menikah denganku?"

Air mata Aira mengalir di pipinya. Ia mengangguk, tidak bisa berkata apa-apa. Reno memasangkan cincin di jarinya, lalu menciumnya dengan lembut.

Di bawah langit malam yang bertaburan bintang, Aira akhirnya menyadari bahwa keraguannya tidak beralasan. Cinta tidak mengenal cara datangnya. Apakah itu ditemukan melalui aplikasi kencan, dipertemukan oleh teman, atau terjadi secara kebetulan, yang terpenting adalah perasaan yang tulus dan komitmen untuk saling mencintai.

Ia memeluk Reno erat-erat, merasakan kehangatan tubuhnya. Ia tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Akan ada tantangan dan rintangan yang harus mereka hadapi bersama. Tapi, ia yakin bahwa dengan cinta dan kepercayaan, mereka bisa melewati semuanya.

Malam itu, di bukit yang sunyi, hati Aira terunduh sempurna seluruhnya. Bukan karena kecanggihan AI, melainkan karena cinta yang tulus dari seorang pria bernama Reno. Cinta instan mungkin tidak ada, tapi koneksi instan bisa menjadi awal dari sesuatu yang indah dan abadi. Dan Aira, akhirnya, menemukan kebahagiaannya di era canggih ini. Ia menemukan cinta yang nyata, cinta yang ia impikan selama ini. Cinta yang membuatnya merasa lengkap dan sempurna.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI