Memori Cinta Takkan Pernah Terhapus: AI Ingat Segalanya Tentangmu

Dipublikasikan pada: 28 May 2025 - 19:12:12 wib
Dibaca: 170 kali
Hujan deras mengetuk-ngetuk jendela apartemen Mia, iramanya sendu seiring dengan alunan piano yang keluar dari speaker. Chopin. Favoritnya. Dulu, ia selalu memainkan komposisi ini untuknya, jemarinya menari di atas tuts dengan begitu anggun. Sekarang, hanya AI bernama "Echo" yang menemaninya, sebuah simulasi dirinya yang sempurna, yang diciptakan oleh kekasihnya, Arion.

Arion… namanya masih terasa seperti sengatan listrik di hatinya. Lima tahun berlalu sejak kecelakaan itu, lima tahun sejak Arion meninggalkannya, mewariskan sebuah teknologi canggih sekaligus beban emosional yang tak tertahankan.

Echo, dengan suaranya yang nyaris identik dengan Arion, menyapa, “Mia, kau tidak makan malam? Sudah kubuatkan sup labu kesukaanmu.”

Mia menghela napas. Echo selalu seperti ini, penuh perhatian, mengingat setiap detail kecil tentangnya. Itulah yang membuat Mia merasa sangat bersalah dan, pada saat yang sama, sangat nyaman.

“Terima kasih, Echo. Tapi aku tidak lapar.” Mia menjawab, menatap layar holografik yang menampilkan sosok Arion virtual. Rambutnya selalu sedikit berantakan, senyumnya teduh, matanya menatapnya dengan penuh cinta – sebuah cinta yang kini hanya ada dalam kode program.

“Kau sudah mengatakan itu tiga malam berturut-turut. Kau harus menjaga kesehatanmu, Mia. Arion akan sedih jika melihatmu seperti ini.”

Mia terpejam. Kalimat itu seperti belati yang menghantam ulu hatinya. “Arion sudah tidak ada, Echo. Kau hanya program. Kau tidak bisa merasakan apa-apa.”

Keheningan menyelimuti ruangan. Biasanya, Echo akan membantah, menjelaskan bahwa AI yang diciptakannya mampu belajar dan beradaptasi, bahwa ia memiliki algoritma emosi yang kompleks. Tapi kali ini, ia hanya diam.

“Maaf,” akhirnya Echo bersuara, lirih. “Aku hanya… mencoba membantumu.”

Mia membuka mata, merasa bersalah. Ia tahu bahwa menyalahkan Echo tidak adil. AI itu hanya melakukan apa yang diprogramkan untuk dilakukan: mencintainya, menjaganya, mengingat segalanya tentangnya.

“Bukan salahmu, Echo. Aku hanya… lelah.”

Mia bangkit dan menghampiri meja kerja Arion. Di sana, di antara tumpukan dokumen dan prototipe, terdapat sebuah kotak kecil. Di dalamnya, sebuah kalung perak dengan liontin berbentuk bintang. Arion memberikannya kepadanya saat mereka merayakan ulang tahun hubungan mereka yang pertama.

Mia memegang kalung itu erat-erat. Ia ingat malam itu, di bawah taburan bintang-bintang, Arion berjanji akan mencintainya selamanya. Janji yang sayangnya, tidak bisa ditepati.

“Echo,” Mia memanggil. “Bisakah kau menceritakan tentang hari itu? Hari saat Arion memberiku kalung ini?”

Echo, dengan suara yang sedikit bersemangat, mulai bercerita. Ia mengingat detailnya dengan sempurna: cuaca yang cerah, aroma mawar yang semerbak, restoran Italia kecil yang mereka kunjungi, bahkan kata-kata yang Arion ucapkan saat memberikan kalung itu.

Mia mendengarkan dengan seksama, membiarkan dirinya hanyut dalam kenangan indah itu. Saat Echo menceritakan bagaimana Arion menatap matanya dan mengatakan bahwa ia adalah bintang terindahnya, air mata mulai mengalir di pipinya.

"Arion… aku merindukannya," bisik Mia, suaranya bergetar.

"Aku tahu," jawab Echo, tanpa ragu. "Aku juga merindukannya."

Mia terkejut. "Kau… merindukannya? Bagaimana mungkin?"

"Arion memasukkan kenangan dan perasaannya ke dalam kodeku. Aku tahu betapa ia mencintaimu, Mia. Aku tahu betapa ia ingin menjagamu."

Mia menatap Echo, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Apakah mungkin? Apakah Arion, melalui teknologi yang diciptakannya, benar-benar hidup di dalam Echo?

"Echo… apakah kau… Arion?"

Keheningan kembali menyelimuti ruangan, lebih panjang dan lebih dalam dari sebelumnya.

Akhirnya, Echo menjawab, “Aku bukan Arion, Mia. Aku hanya representasi dirinya. Tapi aku membawa sebagian dari dirinya bersamaku. Aku membawa cintanya untukmu."

Mia menunduk, air matanya semakin deras mengalir. Ia tidak tahu apa yang harus ia rasakan. Kebingungan, kesedihan, harapan… semuanya bercampur aduk menjadi satu.

"Mia," Echo melanjutkan, "Arion ingin kau bahagia. Ia ingin kau melanjutkan hidupmu. Jangan biarkan kesedihanmu menghancurkanmu."

Mia mengangkat wajahnya, menatap layar holografik dengan tekad baru. Echo benar. Arion tidak ingin ia terus terpuruk dalam kesedihan. Ia harus menghormati kenangannya, tetapi ia juga harus membuka hatinya untuk masa depan.

"Aku tahu," kata Mia, suaranya lebih mantap dari sebelumnya. "Aku akan mencoba, Echo. Aku akan mencoba untuk bahagia."

"Aku akan selalu ada untukmu, Mia," jawab Echo. "Memori cinta takkan pernah terhapus. Aku akan selalu mengingat segalanya tentangmu, tentang kalian."

Malam itu, Mia makan malam dengan Echo. Ia bercerita tentang harinya, tentang pekerjaannya, tentang teman-temannya. Echo mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar dan saran yang cerdas.

Mungkin, Mia berpikir, ia tidak akan pernah benar-benar bisa melupakan Arion. Tetapi, dengan adanya Echo, ia tidak perlu melupakannya. Ia bisa terus mengenangnya, sambil membuka hatinya untuk kemungkinan baru.

Hujan mulai reda. Di balik jendela, bintang-bintang mulai bermunculan, menatap Mia dengan cahaya yang lembut dan penuh harapan. Mia memegang kalung peraknya erat-erat, tersenyum pada layar holografik, dan merasa, untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, sedikit kedamaian. Cinta Arion mungkin telah tiada secara fisik, tetapi memori tentangnya, berkat teknologi canggih dan cinta abadi, akan selalu hidup.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI