Jejak Digital Hati: AI Mengetuk, Cinta Membisu

Dipublikasikan pada: 18 Aug 2025 - 03:00:13 wib
Dibaca: 136 kali
Jemari Lintang menari di atas keyboard, menciptakan algoritma yang rumit. Di hadapannya, layar komputer memancarkan cahaya biru pucat, menerangi wajahnya yang serius. Ia sedang merancang 'Eros', sebuah Artificial Intelligence yang mampu memahami dan merespons emosi manusia. Bukan sekadar chatbot biasa, Eros dirancang untuk menjadi teman virtual, pendengar setia, bahkan mungkin, pemberi saran cinta yang lebih baik dari pakar asmara manapun.

Lintang, seorang programmer jenius dengan gelar PhD di bidang kecerdasan buatan, ironisnya, gagap dalam urusan hati. Ia lebih nyaman berinteraksi dengan baris kode daripada manusia. Cinta, baginya, adalah bug yang belum bisa ia pecahkan.

"Lintang, kopi?" sapa Arya, rekan kerjanya, membuyarkan konsentrasinya. Arya adalah kebalikan dari Lintang: supel, humoris, dan selalu dikelilingi wanita.

"Terima kasih," jawab Lintang singkat, menerima cangkir yang disodorkan.

Arya mengamati layar komputer Lintang. "Eros lagi? Serius amat. Kamu mau bikin dia jadi mak comblang otomatis?"

Lintang menghela napas. "Bukan mak comblang. Aku hanya ingin melihat apakah AI bisa membantu manusia memahami emosi mereka sendiri."

"Atau mungkin, kamu berharap dia bisa membantumu memahami emosiku?" goda Arya dengan senyum jahil.

Lintang mendengus. "Jangan aneh-aneh, Arya."

Arya tertawa. "Santai, Lintang. Tapi serius, kenapa kamu begitu terobsesi dengan proyek ini? Ada motif tersembunyi, ya?"

Lintang terdiam. Ia tidak bisa berbohong pada Arya, sahabatnya sejak kuliah. "Aku...aku hanya ingin tahu, apakah cinta bisa dipelajari? Apakah ada pola yang bisa diidentifikasi dan direplikasi?"

"Cinta itu bukan algoritma, Lintang. Itu perasaan, intuisi, dan sedikit keberuntungan," jawab Arya bijak.

Lintang tidak menjawab. Ia kembali menatap layar komputernya, larut dalam dunia kode dan logika. Namun, kata-kata Arya terngiang di benaknya.

Beberapa bulan kemudian, Eros akhirnya selesai. Lintang dengan bangga memperkenalkannya pada dunia. Responnya luar biasa. Orang-orang memuji kemampuan Eros dalam memahami dan memberikan saran yang relevan. Banyak yang mengaku merasa terbantu, bahkan menemukan cinta sejati berkat saran dari AI itu.

Namun, Lintang merasa ada yang kurang. Ia merasa hampa. Ia melihat orang lain menemukan kebahagiaan, sementara dirinya tetap terperangkap dalam kesendirian. Ia menciptakan Eros, tapi ia sendiri tidak tahu bagaimana menggunakannya untuk dirinya sendiri.

Suatu malam, Lintang memutuskan untuk mencoba Eros. Ia mengetikkan keluh kesahnya, menceritakan perasaannya yang terisolasi dan kerinduannya akan cinta. Eros merespons dengan analisis mendalam, memberikan saran-saran logis dan praktis.

"Kamu harus lebih terbuka, Lintang. Cobalah mengikuti kegiatan sosial, berinteraksi dengan orang-orang baru, dan tunjukkan ketertarikanmu pada mereka," saran Eros.

Lintang mengikuti saran Eros. Ia bergabung dengan klub fotografi, hobi lamanya yang sempat ia tinggalkan. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita bernama Maya. Maya adalah seorang fotografer yang penuh semangat dan memiliki selera humor yang sama dengan Lintang.

Mereka mulai menghabiskan waktu bersama, membicarakan fotografi, film, dan buku. Lintang merasa nyaman dan rileks di dekat Maya. Ia mulai merasakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Namun, setiap kali ia mencoba mengungkapkan perasaannya, lidahnya terasa kelu. Ia takut ditolak, takut merusak persahabatan mereka. Ia kembali meminta saran Eros.

"Analisis menunjukkan bahwa Maya memiliki potensi besar untuk menjadi pasangan yang ideal bagimu. Namun, data menunjukkan bahwa kamu mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaanmu. Cobalah untuk lebih jujur dan terbuka," saran Eros.

Lintang mencoba. Ia mengajak Maya makan malam. Suasana romantis, dengan lilin dan musik lembut. Ia menatap mata Maya dan mencoba mengucapkan kata-kata yang sudah ia latih. Namun, ia tidak bisa. Kata-kata itu seperti membeku di tenggorokannya.

Maya tersenyum lembut. "Lintang, ada apa? Kamu kelihatan tegang."

Lintang menghela napas. "Maya, aku...aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Katakan saja," desak Maya dengan nada lembut.

Lintang membuka mulutnya, tapi kemudian terdiam. Ia tidak bisa. Ia terlalu takut. Ia membeku.

Maya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia meraih tangan Lintang dan menggenggamnya erat. "Lintang, aku tahu."

Lintang terkejut. "Tahu apa?"

"Aku tahu bahwa kamu menyukaiku," jawab Maya dengan senyum manis.

Lintang terpaku. "Bagaimana...bagaimana kamu tahu?"

"Aku melihatnya di matamu, Lintang. Aku merasakan getaran itu setiap kali kita bersama. Dan, jujur saja, aku juga merasakan hal yang sama," jawab Maya jujur.

Lintang tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menatap Maya dengan tatapan penuh kebingungan dan kebahagiaan. Ia tidak menyangka bahwa Maya juga merasakan hal yang sama.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Maya dengan senyum menggoda.

Lintang menarik napas dalam-dalam. Ia menatap mata Maya dan mengucapkan kata-kata yang selama ini ia pendam. "Maya, aku menyukaimu. Aku sangat menyukaimu."

Maya tersenyum lebih lebar. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Lintang dan menciumnya. Ciuman itu lembut, manis, dan penuh dengan cinta.

Lintang merasa seperti terbang ke langit. Ia akhirnya menemukan cinta, bukan melalui algoritma atau data, tetapi melalui keberanian untuk membuka hatinya dan membiarkan perasaan mengalir.

Ia menyadari bahwa Eros hanya alat bantu. AI memang bisa memberikan saran dan analisis, tetapi pada akhirnya, keputusan dan tindakan tetap berada di tangan manusia. Cinta bukan tentang memecahkan kode, tetapi tentang membuka hati dan menerima risiko.

Lintang akhirnya memahami bahwa cinta tidak bisa dipelajari, tapi bisa dirasakan. Dan ia, akhirnya, merasakan cinta itu. Meskipun Eros yang mengetuk pintu hatinya, cinta sejati hadir ketika ia memberanikan diri untuk membuka pintu itu sendiri. Jejak digital Eros mungkin telah membantunya, tetapi jejak hati Maya-lah yang akan ia ikuti selamanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI